Pertama-tama, maaf jika tulisan berikut ini sedikit berdarah-darah, karena memang membicarakan keguguran pada kucing peliharaan.
Kucing termasuk mamalia, karena itu mereka juga memiliki fungsi tubuh yang mirip dengan manusia, termasuk dalam hal keguguran.
Kami memiliki banyak kucing. Mereka terbagi dua; kelompok yang tinggal di dalam rumah dan yang tinggal di luar rumah. Yang tinggal di luar rumah adalah kucing-kucing liar yang datang dan pergi. Banyak juga yang lantas menetap dan kadang pergi untuk datang lagi, ada yang menitipkan anak-anaknya dan si emak lantas berkelana. Ada juga yang menetap sampai mati.
Dan percayalah, semua kucing liar itu memiliki nama, seperti mereka yang di dalam rumah.
Ada satu kucing betina berwarna oranye. Adik saya menamainya Debra. Kadang, saya salah panggil menjadi Brenda. Maaf, jika ada Kompasianer yang bernama sama.
Debra masih muda. Kalau dilihat dari ukuran tubuhnya paling baru berusia satu tahun. Tubuhnya kurus, meski makannya banyak.
Debra sudah pernah melahirkan, namun kedua anaknya mati begitu saja, karena dia tak merawatnya. Anak-anaknya itu selalu dipindahkan ke berbagai tempat di halaman rumah, meski sudah disediakan boks. Bahkan suatu kali anak-anak itu kehujanan, sementara Debra berlindung. Kami yang harus mengambil anak-anaknya dari guyuran hujan dan meletakkannya di dalam boks.
Debra sama sekali tak peduli pada anak-anaknya. Sudah bisa ditebak, tak sampai satu pekan, semuanya mati.
Nah, pekan lalu, tiba-tiba ia mengalami pendarahan. Kami pikir itu karena luka. Namun, setelah diperiksa, badannya baik-baik saja. Tidak ada luka. Tapi, yang namanya darah segar terus tercecer di halaman, di sekitar lokasi makan kucing di samping rumah, dan di boks tempat Debra biasa tidur.
Setelah dipikir, akhirnya kami mengambil kesimpulan bahwa Debra mengalami keguguran. Lucunya, dia tampak biasa saja. Malah seperti tak menyadari kalau ia mengalami bleeding. Tetap berselera makan, minum lancar, tidur tenang. Kami juga tak tahu kalau dia tengah hamil muda.
Sekitar dua hari kemudian, setelah pendarahan yang tak berhenti (untungnya sedikit-sedikit), tiba-tiba Debra mengeluarkan fetus, bayi kucing yang “belum jadi”. Tergeletak begitu saja di samping rumah. Bagaimana dengan Debra? Dia bertingkah seperti biasa, seperti tak mengalami sesuatu, tak menyadari ada benda keluar dari dalam tubuhnya.
ART kami sampai mengatakan, andai Debra itu manusia, dengan kondisi keguguran seperti itu, sudah pasti dia butuh bed rest, badannya bakal sangat lemas. Akan tetapi, Debra benar-benar tampak seperti biasa.
Kami pikir tak perlu membawanya ke klinik hewan. Karena, setelah fetus itu keluar, pendarahan pun berhenti. Halaman kami kembali bebas dari ceceran darah.
Akhirnya saya pun mencari tahu segala sesuatu tentang keguguran pada kucing, karena itu pertama kalinya terjadi di rumah kami ada kucing keguguran sampai fetus keluar sendiri.
Jadi, ada beberapa hal yang harus dilakukan ketika kucing mengalami keguguran, dan salah satunya berhubungan dengan pada tahap kehamilan mana kucing itu keguguran.
Menurut WikiHow, rata-rata lama kucing hamil adalah 65 hingga 69 hari. Jika keguguran terjadi, maka harus dilihat kira-kira sampai ada di tahap mana kehamikan itu.
Pertama, jika keguguran terjadi ketika kehamilan sudah mendekati akhir, maka kucing harus dibawa ke klinik hewan. Karena, ketika keguguran pada waktu itu terjadi, maka kucing bisa mengalami infeksi.
Dalam kasus Debra, hamilnya masih muda, sehingga Debra pun tak merasakan apa-apa. Kucing hamil tua akan tampak jelas, perutnya membusung besar dan biasanya keras.
Kedua, isolasi kucing. Kadang, kucing mengalami masalah emosional atau stres ketika keguguran, seperti yang juga terjadi pada manusia. Kadang, kucing stres hanya butuh dibiarkan sendiri. Kita kadang memeriksa keadaannya dan memastikan dia tak kurang makan dan minum. Dalam kasus Debra, tampaknya dia tidak butuh isolasi. Tak tampak stres juga.
Ketiga, jika Anda membawa kucing ke dokter hewan dan ada serangkai petunjuk untuk perawatan di rumah, maka sebaiknya diikuti, meski sebenarnya kucing bisa pulih secara mandiri usai keguguran.
Keempat, perhatikan jika ada tanda komplikasi. Awalnya, memang tak tampak ada efek samping, namun harus diawasi juga, barangkali ada pendarahan susulan, terutama dalam jumlah yang banyak.
Lalu, apa penyebab keguguran pada kucing? Ada beberapa, menurut situs First Vet.
- Yang sering terjadi adalah karena infeksi virus. Kucing betina sering terkena Feline Leukemia Virus (FELV), Feline Immunodeficiency Virus (FIV), Feline Herpes Virus (FHV), atau Feline Infectious Peritonitis Virus (FIP). Infeksi karena bakteri, terutama disebabkan oleh Chlamydia, bisa juga menjadi penyebab keguguran pada kucing betina.
- Yang tak terlalu sering terjadi adalah karena penyakit yang disebabkan parasit, terutama Neospora caninum (sebenarnya lebih sering terjadi pada anjing) dan penyakit karena jamur.
- Perubahan keseimbangan hormon juga bisa menjadi penyebab, terutama progesteron. Hormon itu dikeluarkan oleh indung telur, yang berfungsi untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron membuat lingkungan di dalam rahim “tenang”, sehingga tak memicu kontraksi dini. Dengan kondisi tenang itu, maka fetus bisa berkembang menjadi bayi kucing. Level progesteron yang rendah bisa memicu aborsi spontan atau keguguran. Progesteron juga memastikan sistem kekebalan induk kucing tak menganggap bayi yang ada di rahimnya sebagai “benda asing”. Jika itu terjadi, maka kucing akan menolak adanya fetus.
- Penyebab lain adalah masalah internal induk kucing, ada masalah dengan plasenta, adanya trauma, cedera di bagian dalam tubuh, kurang gizi, atau stres berat.
Terus, bagaimana cara kita mencegah kucing peliharaan mengalami keguguran? Sayangnya, tidak ada. Umtuk kucing betina yang tidak dimaksudkan untuk beranak, maka sebaiknya disteril ketika usianya minimal enam bulan. Itu adalah batas usia sebelum kucing memulai siklus reproduksi.
Lalu, kucing yang memang sengaja untuk beranak, pemeriksaan darah harus dilakukan secara reguler untuk mengetahui fungsi organ vital, melalui skrining untuk virus, bakteri, dan penyakit parasit, memonitor level progesteron, memberinya makanan bergizi tinggi, dan sebaiknya secara reguler diperiksakan ke klinik hewan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H