Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ratu Elizabeth II dan 15 Perdana Menteri Inggris

12 September 2022   12:03 Diperbarui: 12 September 2022   12:18 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alec Douglas-Home (Paul Popper/Popperfoto/Getty Images)

Tak bisa dipungkiri, selama 70 tahun dan 214 hari bertakhta di Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth II sudah menyaksikan banyak sekali perubahan. Di antaranya adalah pergantian Perdana Menteri Inggris.

Tercatat, ada 15 PM yang terpilih selama Elizabeth II menjadi ratu, mulai dari Winston Churchill hingga Margaret Thatcher, The Iron Lady. Beberapa ada yang lebih sulit untuk dihadapi dibanding lainnya.

Menurut CNN, meski percakapan pribadi dan politik tetap menjadi rahasia, namun interaksi mereka terekam dalam berbagai foto dan semua bisa menggambarkan bagaimana hubungan 15 PM itu dengan Sri Ratu.

Winston Churchill (1951-1955)

Winston Churchill sudah menjadi Perdana Menteri ketika Elizabeth menjadi Ratu Inggris pada 1952. Menurut CNN, Ratu Elizabeth II sangat terkagum-kagum pada Perdana Menteri pertamanya itu. Pernah sekali waktu Sri Ratu ditanya PM mana yang paling senang dijumpainya, Ratu menjawab: “Tentu saja Winston, sebab ia sangat menyenangkan."

Winston Churchill (Central Press/Getty Images)
Winston Churchill (Central Press/Getty Images)

Anthony Eden (1955-1957)

Ratu Elizabeth II menilai Anthony Eden sebagai pendengar yang simpatik. Event politik terbesar zaman PM Eden adalah krisis Terusan Suez. Selama krisis itu, Eden memastikan bahwa sangatlah penting untuk selalu memberi info terbaru kepada Ratu. Jadi, Eden pun membagi semua dokumen Suez kepada Ratu, pertama kalinya Ratu ditunjukkan dokumen rahasia pemerintahan.

Anthony Eden (Keystone/France/Gamma/Keystone via Getty Images)
Anthony Eden (Keystone/France/Gamma/Keystone via Getty Images)

Harold Macmillan (1957-1963)

Awalnya, Ratu menganggap Harold Macmillan sebagai sosok yang sulit untuk dihadapi, namun pada akhirnya mereka bisa saling mengerti. Ratu Elizabeth II percaya pada nasihat Macmillan – baik ketika Macmillan masih menjadi PM maupun setelah ia pensiun pada 1963.

Harold Macmillan (Paul Popper/Popperfoto via Getty Images)
Harold Macmillan (Paul Popper/Popperfoto via Getty Images)

Alec Douglas-Home (1963-1964)

Ratu sangat mengenal Douglas-Home, sebab sang PM adalah teman masa kecil ibunya, Elizabeth alias Ibu Suri. Selama satu tahun menjabat, Douglas-Home membantu Ratu memberi nama beberapa ekor kuda.

Alec Douglas-Home (Paul Popper/Popperfoto/Getty Images)
Alec Douglas-Home (Paul Popper/Popperfoto/Getty Images)

Harold Wilson (1964-1970, 1974-1976)

Harold Wilson, dengan latar belakang kelas menengah ke bawah, menjadi PM pertama dari Partai Buruh untuk Ratu. Wilson sering mangkir dari rapat tradisional, karena ia lebih senang membantu mencuci piring setelah acara barbekyu di Balmoral. Ratu menyukai kehadiran Wilson pada acara-acara informal. Bahkan, Ratu melanggar tradisi, ia mengundang Wilson untuk minum setelah pertemuan pertama. Itu bukan protokol kerajaan.

Harold Wilson (Fox Photos/Hulton Archive/Getty Images)
Harold Wilson (Fox Photos/Hulton Archive/Getty Images)

Edward Heath (1970-1974)

Hubungan Sri Ratu dengan Edward Heath sangat sulit, sebab pandangan mereka sangatlah berbeda. Sementara Ratu adalah Kepala dari negara-negara Commonwealth dan menurutnya itu sangat penting, Heath lebih memandang pentingnya integrasi ke Eropa.

Edward Heath (Keystone/Hulton Archive/Getty Images)
Edward Heath (Keystone/Hulton Archive/Getty Images)

James Callaghan (1976-1979)

James Callaghan akrab dengan ratu, namun ratu menegaskan bahwa ia bersikap ramah, dan tidak menawarkan persahabatan. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Callaghan berbicara tentang sebuah momen di mana ia bertanya pendapat Ratu, sebab ia tidak bisa menentukan mana yang terbaik. Callaghan mengatakan Ratu hanya memandang padanya dan mengatakan: “Untuk itulah kamu dibayar.”

James Callaghan  (David Ashdown/Keystone/Getty Images)
James Callaghan  (David Ashdown/Keystone/Getty Images)

Margaret Thatcher (1979-1990)

Meski Margaret Thatcher dan Ratu berusia sebaya, namun Thatcher selalu menjaga hubungan mereka tetap formal dan terkenal kaku. The Iron Lady, demikian julukan untuk Thatcher, dilaporkan memiliki hubungan yang tegang dengan ratu setiap kali mereka melakukan rapat mingguan. Thatcher juga memandang kunjungan tahunan ke Balmoral hanya mengganggu tugasnya. Meski demikian, Thatcher mengatakan bahwa ia sangat respek pada Ratu dan menjadi PM dengan masa kerja terlama.

Margaret Thatcher (Fiona Hanson/AFP via Getty Images)
Margaret Thatcher (Fiona Hanson/AFP via Getty Images)

John Major (1990-1997)

John Major dan Ratu saling dukung selama Major menjadi PM. Mereka mengalami banyak krisis – Major dengan Perang Teluk dan krisis ekonomi, Ratu dengan kebakaran di Kastel Windsor dan masalah penikahan putranya, Charles, dan istrinya, Diana.

John Major  (Sean Dempsey / WPA Pool/Getty Images)
John Major  (Sean Dempsey / WPA Pool/Getty Images)

Tony Blair (1997-2007)

Blair menganggap Kerajaan Inggris sebagai institusi kuno dan berniat untuk membuatnya modern. Di bukunya, “A Journey”, Blair mengejek tradisi tahunan untuk mengunjungi Ratu di rumahnya, Balmoral. Blair menggambarkannya sebagai berikut: “Kombinasi yang sangat hidup antara menarik, tak nyata, dan sangat aneh. Kebudayaan itu sangat asing. Tentu saja, tidak semua anggota kerajaan sangat ramah.” Sementara itu, Ratu menilai hubungan Blair dengan Presiden AS, George W. Bush, kelewat ramah.

Tony Blair (Tim Graham Picture Library/Getty Images)
Tony Blair (Tim Graham Picture Library/Getty Images)

Gordon Brown (2007-2010)

Dipercaya bahwa Ratu memiliki hubungan yang dekat dengan Gordon Brown. Meski demikian, ternyata tak terlalu dekat, sampai-sampai Brown tak mendapat undangan ketika Pangeran William menikah. Kadang, Ratu sering menirukan aksen Skotlandia yang dimiliki Brown.

Gordon Brown (John Stillwell/WPA Pool/Getty Images)
Gordon Brown (John Stillwell/WPA Pool/Getty Images)

David Cameron (2010-2016)

Hubungan hangat adalah gambaran antara Ratu dengan David Cameron. Cameron bukan saja PM termuda semasa Ratu berkuasa, namun mereka juga punya hubungan darah. Cameron adalah keturunan langsung William IV, sehingga keduanya berhubungan sebagai sepupu. Sepupu jauh.

David Cameron (Max Mumbly/Indigo/Getty Images)
David Cameron (Max Mumbly/Indigo/Getty Images)

Theresa May (2016-2019)

Setelah David Cameron undur diri, Theresa May menjadi PM perempuan kedua di Inggris. Tidak banyak laporan tentang hubungan pribadi May dengan Ratu, namun keduanya memiliki rapot yang kuat selama tiga tahun May menjabat. Menurut May, dirinya menjadi PM adalah kehormatan terbesar.

Theresa May  (Dominic Lipinski/POOL/AFP via Getty Images)
Theresa May  (Dominic Lipinski/POOL/AFP via Getty Images)

Boris Johnson (2019-2022)

Boris Johnson selalu menganggap dirinya sebagai “monarchist” yang sangat menghargai Ratu. Namun, lebih dari satu kali kejadian terbukti bahwa Johson membuat posisi kerajaan sulit. Dua kali PM Johnson harus minta maaf kepada Ratu – yang pertama adalah soal pesta-pesta di Downing Street 10, rumah PM, saat malam kematian Pangeran Philip, juga ketika seluruh negeri sedang menghadapi pembatasan gerak gara-gara pandemi Covid-19. Permintaan maaf lainnya terjadi pada 2019, ketika Johnson secara tidak sopan meninggalkan rapat di Parlemen.

Boris Johnson (POOL/Tim Graham Picture Library/Getty Images)
Boris Johnson (POOL/Tim Graham Picture Library/Getty Images)

Liz Truss (2022-sekarang)

Jelas belum bisa digambarkan seperti apa hubungan Ratu dengan Liz Truss. Mereka baru bertemu pada 6 September 2022 dan pada 8 September 2022, Truss sudah harus mengumumkan kabar lelayu tentang wafatnya Ratu Elizabeth II. Namun, sebuah video ketika Mary Elizabeth Truss berusia 19 tahun, ketika itu masih menjadi anggota Liberal Democrat (sekarang Partai Konservatif), berkampanye untuk menghapus saja keluarga kerajaan.

Liz Truss (Jane Barlow/WPA Pool/Getty Images)
Liz Truss (Jane Barlow/WPA Pool/Getty Images)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun