Sejak ditengok oleh wahana luar angkasa milik The National Aeronautics and Space Administration (NASA), Voyager 2, pada 24 Januari 1986, belum ada lagi pesawat luar angkasa yang menyambangi planet ke-7 pada Sistem Tata Surya, Uranus.
Pada saat itu, Voyager 2 pun hanya melakukan flyby, alias melayang sambil lewat, tidak mengorbit. Meski hanya flyby, Voyager 2 sudah mendapatkan data yang lumayan, walau tentu saja masih kurang detil.
Untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Voyager 2, muncullah proyek yang disebut Uranus Orbiter and Probe, yang pertama kali dievaluasi oleh Applied Physics Laboratory (APL) milik Universitas Johns Hopkins di Maryland, AS, pada 2010, menurut situs Info Galactic.
APL lantas merekomendasikan proyek itu ke NASA pada 2011, yang kemudian disebut sebagai Uranus Pathfinder. Lalu, APL juga meneruskannya ke European Space Agency (ESA) pada 2015 dan disebut sebagai misi ODINUS, singkatan dari Origins, Dynamics, and Interiors of the Neptunian and Uranian Systems.
Roket yang dipakai untuk mengembara ke Uranus juga masih berubah-ubah. Atlas V 521, Ariane 5, dan Soyuz-2 pernah dipertimbangkan. Saat ini, rencana roket yang dipakai untuk mengorbit Uranus adalah Atlas V 551 atau Space Launch System Block IB.
Roket mana pun yang akan dipakai, ia akan diluncurkan melalui Cape Canaveral di Florida, AS. Lalu, kapan akan diluncurkan? Ada yang menyebut Januari 2025, ada juga yang menyatakan pada 2031.
Karena jarak antara Bumi dan Uranus tidak sedekat Cempaka Putih-Palmerah, maka butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk roket tiba di Uranus.
Kalau menurut Info Galactic, roket akan tiba di orbit Uranus sebelum 2043. Sedangkan kalau menurut perhitungan Planetary Mission Concept for the 2023-2032 Planetary Science Decadal Survey dari NASA, roket akan tiba di orbit Uranus pada 2044 dan memasuki atmosfer pada 2045. Lalu, penelitian akan dilakukan kurang lebih selama 4,5 tahun.
Well, lumayan lama untuk mencapai Uranus, karena memang jaraknya yang lumayan. Menurut situs Space, jarak terdekat Bumi ke Uranus adalah 2,6 miliar kilometer, sementara titik terjauh adalah 3,2 miliar km.
Jarak terdekat pun masih sangat jauh. Kalau dibandingkan di Indonesia, misalnya jarak Anyer ke Panarukan adalah 1.000 km. Dengan jarak 2,6 miliar km, berarti sama dengan 2.600.000 kali bolak-balik antara Anyer ke Panarukan.
Hanya wong kenthir yang mau menempuh Anyer ke Panarukan lebih dari 2 juta kali. Gempor!
Sejatinya, eksplorasi ini akan dilakukan bersamaan dengan Neptunus, tapi akhirnya hanya difokuskan pada Uranus. Lalu, mengapa Uranus yang dipilih?
Menurut presentasi dari Mark Hofstadter, dari Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Technology, menyatakan bahwa Uranus lebih dekat dibanding Neptunus., sehingga masa terbang juga relatif lebih cepat.
Lalu, Uranus masih lebih dekat dengan Matahari, sehingga masih ada pencahayaan untuk pengambilan foto dan sebagainya. Alasan yang paling penting, menurut Hofstadter, adalah struktur interior dan aliran panas internal adalah dua hal yang paling menantang untuk digali, untuk semakin lebih diketahui formasi dan evolusi planet.
Lebih jauh, Uranus memang menarik untuk diteliti. Planet ini disebut juga sebagai ice giant. Maklum saja, selain terdiri dari gumpalan gas, Uranus juga dibangun dari es, sehingga permukaan solid di planet sangat sedikit.
Atmosfer Uranus mirip dengan Jupiter dan Saturnus, paling banyak diisi oleh hidrogen dan helium. Akan tetapi, Uranus juga memiliki lebih banyak “es’, yang terdiri dari air, amonia, metana, dan jenis-jenis hidrokarbon lainnya.
Uranus memiliki atmosfer terdingin di Sistem Tata Surya, dengan suhu mencapai minus 224 derajat Celsius. Bagian interior Uranus sebagian besar terbentuk dari es dan batu.
Lalu, ada hal yang paling unik dari Uranus. Kedua kutubnya tidak berada di utara dan selatan, melainkan ada di barat dan timur. Sehingga cincin Uranus tidak mengarah horisontal seperti halnya Saturnus, melainkan vertikal. Jadi, Uranus berputar di sumbunya dari barat ke timur.
Sisi unik lain Uranus, menurut artikel di Slate, adalah Uranus berbau seperti kentut, berkat banyaknya amonia yang ada di atmosfer. Sorry, karena sudah menulis kentut.
Barangkali, jika seluruh manusia di Bumi, yang jumlahnya nyaris 8 miliar orang, diminta untuk kentut pada saat bersamaan, bau yang dihasilkan mungkin masih kalah dari Uranus. Sebab, ukuran Uranus kira-kira 14,5 kali lebih besar dibanding ukuran Bumi.
Tapi, ada yang benar-benar menarik soal Uranus. Masih dari artikel di Slate, tekanan di atmosfer sangat besar, sehingga akan memecah molekul-molekul metana. Lalu, karbon hasil pemecahan itu diremas oleh tenaga itu, sedemikian kerasnya, sehingga menghasilkan berlian. Jadi, di suatu tempat, jauh di bawah atmosfer Uranus, ada hujan berlian dan bukan hujan air. Aduh, indahnya jika dibayangkan.
Fun Facts...
- Uranus memiliki 27 bulan yang telah ditemukan. Bulan-bulan itu diberi nama dari karakter sastra karya dua sastrawan Inggris, William Shakespeare dan Alexander Pope. Lima bulan terbesar adalah Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon.
- Waktu yang dibutuhkan oleh Uranus satu kali mengitari Matahari adalah 84 tahun Bumi.
- Julukan lain untuk Uranus adalah "pale blue dot" alias titik berwarna biru pucat.
- Sir William Herschel, astronom Inggris kelahiran Jerman, adalah orang yang menemukan Uranus pada 13 Maret 1781.
- Meski demikian, cincin Uranus tidak ditemukan bersamaan dengan planetnya. Pada 1789, Sir Herschel menyebut adanya kemungkinan cincin Uranus, meski masih meragukan, karena lingkaran-lingkaran cincin yang sangat tipis. Meski demikian, Sir Herschel sudah mengatakan bahwa cincinnya berwarna merah dan warnanya yang berubah-ubah sesuai dengan posisi Uranus dari Matahari.
- Sistem cincin Uranus benar-benar ditemukan pada 10 Maret 1977, oleh para ahli astronomi James L. Elliott, Edward D. Dunham, dan Jessica Mink.
- Oleh Sir Herschel, planet berwarna biru itu ingin diberi nama George’s Star, seperti nama raja Inggris, George III.
- Uranus berasal dari nama seorang dewa Yunani, Ouranos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H