Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Mengintai Citayam Fashion Week

18 Juli 2022   15:32 Diperbarui: 18 Juli 2022   16:37 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di CFW, di ruang publik seperti itu, tidaklah bisa diketahui siapa saja yang datang. Seharusnya para orang tua menyadari hal itu dan melarang putra-putrinya datang ke Jakarta hanya untuk sekadar nongkrong di Jalan Sudirman, hanya sekadar untuk disebut sebagai anak yang mengikuti tren.

Siang ini, saya menyaksikan sebuah liputan CFW yang disiarkan oleh Kompas TV. CFW itu berlangsung hingga malam hari, sebab bisa terlihat di siaran itu hari yang sudah gelap. Maklumlah akhir pekan.

Bahkan, kegiatan itu juga didukung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Sandi ingin kegiatan CFW itu bukan hanya kegiatan saat libur sekolah, tapi bisa seperti di Jepang ada Harajuku atau di New York dengan Forty Second Street. Para remaja itu bisa menjadi trendsetter fesyen Indonesia dan berkolaborasi dengan UMKM. Demikian menurut berita yang dimuat di sini.

Ah, Pak Sandi hanya memikirkan bisnis. Kalau saya ada di posisi Pak Sandi, saya justru harus ingat betapa rawannya Indonesia saat ini. Darurat moral sedang terjadi. Para remaja yang berkumpul di Dukuh Atas itu, di mata saya, malah menjadi "mangsa" yang menakjubkan untuk para predator seks yang bisa jadi datang ke sana.

Mereka datang ke Dukuh Atas, mengamati, lalu juga menengok ke media sosial. Semua tersedia, segala jenis remaja. Tidak perlu susah-susah mengincar sebuah sekolah, datang saja ke Dukuh Atas. Calon korban datang sendiri. Sukarela.

Andai saja jadi pihak berwenang, saya akan membubarkan semua yang berkumpul di sana. Tidak ada lagi Citayam Fashion Week. Keenakan itu para penjahat. Sayangnya, saya bukan pihak berwenang.

Saya hanya berdoa agar para remaja itu selamat tiba di rumah, selamat juga sepanjang hidupnya, tidak menjadi korban seks atau korban kejahatan jenis lainnya. Mereka bisa tetap bersekolah dengan tenang, menuntut ilmu, kuliah, bekerja, sampai berkeluarga.

Saya tidak ingin mendengar atau membaca berita tentang seorang remaja yang mengalami kejahatan setelah ia nongkrong hingga malam hari di Dukuh Atas, hanya gara-gara penasaran seperti apa Citayam Fashion Week itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun