Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menopause, Linu Sendi, dan Minyak Ikan

27 Juni 2022   15:56 Diperbarui: 30 Juni 2022   11:00 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menopause adalah siklus hormonal yang normal dialami oleh seorang perempuan. Biasanya terjadi pada usia sekitar 51 tahun, saat menstruasi sudah berhenti sepenuhnya. Namun, gejala menopause bisa saja sudah muncul 10 tahun sebelumnya.

Menurut situs Parade, gejala menuju menopause termasuk siklus menstruasi yang berantakan, hot flash, banyak berkeringat, tak bisa tidur alias insomnia, rasa cemas berlebihan, mood swing, berat badan bisa bertambah drastis atau malah turun, rasa lelah, vagina yang kering, dan jantung berdebar-debar.

Nanti, setelah menopause tiba, ada beberapa gejala baru yang muncul, antara lain alergi, gatal-gatal yang muncul tiba-tiba, linu sendi, kuku yang gampang patah, mulut terasa kering, meningkatnya risiko terkena infeksi saluran kemih, migrain bertambah parah, meningkatnya risiko terkena penyakit kardiovaskular, serta meningkatnya risiko osteoporosis.

Apa yang menyebabkan semua itu muncul pada perempuan yang telah mengalami menopause? Mestinya sudah bisa ditebak: Karena berkurangnya level estrogen di darah.

Hormon estrogen memang sangat berkuasa. Saya pernah menuliskan bahwa kadar hormon di dalam tubuh kita itu ibarat satu sendok teh garam dilarutkan ke dalam kolam renang ukuran olimpik. Tidak tampak, tak ada rasanya, tapi mereka ada.

Saya ingin menjelaskan efek estrogen terhadap semua gejala tersebut, namun saya hanya ingin membahas satu gejala, yaitu sendi-sendi yang linu. Saya merasakan linu-linu itu tidak hanya sejak menopause, namun sebelumnya, walau kadarnya tidak parah.

Sebelum menopause, sejak memasuki usia 40-an, saya tak bisa lagi berlama-lama berkeliling mall, misalnya. Hanya satu atau dua jam, dan sendi-sendi saya sudah menjerit minta istirahat. Ternyata hal itu juga dialami oleh beberapa teman yang berusia sebaya.

Padahal, sebelum berusia 40 tahun, saya tidak megalami masalah harus keliling mall atau tempat apa saja yang membutuhkan jalan kaki selama berjam-jam. Usia memang tidak menipu.

Setelah saya baca-baca, ternyata kesehatan sendi juga dipengaruhi oleh kehadiran estrogen. Tahukah Anda bahwa estrogen berhubungan langsung dengan linu-linu? Jadi, ketika estrogen menurun, linu sendi tambah parah.

Menurut Dr. Sherry Ross, MD, ahli kandungan dan kesehatan perempuan di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica California, estrogen adalah pelumas kelas wahid.

“Estrogen adalah pelumas terbaik dan juga memerangi peradangan di sekujur badan, terutama di sendi-sendi. Ketika seorang perempuan memasuki usia menopause dan produksi estrogen berkurang, maka sendi-sendi kehilangan pelumas dan mengalami radang yang menyebabkan rasa sakit,” kata Dr Ross, seperti dikutip dari Parade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun