Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Tokyo Vice", yang Tidak Seimut Wajah Ansel Elgort

2 Juni 2022   14:01 Diperbarui: 2 Juni 2022   23:06 2804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, isi artikel ini penuh dengan spoiler serial “Tokyo Vice”. Jadi, jika Anda tidak suka di-spoiled, maka hindarilah artikel ini. Namun, kalau penasaran, nggih monggo

Kalau “Tokyo Vice” punya judul yang mirip-mirip dengan Miami Vice, film seri dan layar lebar, ada sebabnya. Ingat nama Michael Mann? Dia adalah salah satu penggagas serial beken “Miami Vice” yang diputar pada 1984-1989. Serial itu melambungkan nama Don Johnson yang menjadi pemeran utama.

Michael Mann menjadi sutradara untuk versi layar lebar “Miami Vice”, dengan Colin Farrell, mengisi peran Don Johnson sebagai Detektif Sonny Crockett.

Lalu, di “Tokyo Vice”, Mann menjadi sutradara untuk episode pertama Dia juga menjadi salah satu executive producer, walau judul "Tokyo Vice" bukanlah kreasi Mann, melainkan dari judul sebuah buku.

Beda “Tokyo Vice” dengan “Miami Vice” sangat jelas. Di Tokyo, tokoh protagonis adalah seorang jurnalis kriminal berkebangsaan Amerika pertama yang bekerja di sebuah surat kabar di ibu kota Jepang itu. Di Miami, protagonis adalah detektif polisi.

Selain itu, “Tokyo Vice” berdasarkan kisah nyata. Kisah film seri yang diputar secara streaming melalui saluran HBO Max ini adalah tentang seorang jurnalis Amerika yang bekerja di sebuah koran di Tokyo, Jepang, bernama Jake Adelstein.

Serial ini didasarkan pada memoir yang ditulis oleh Adelstein pada 2009, berjudul “Tokyo Vice: An American Reporter on the Police Beat in Japan”. Buku itu mengungkapkan tentang dirinya yang bekerja selama 12 tahun sebagai reporter kriminal di sebuah koran bernama Yomiuri Shimbun. Ketika diadaptasi, nama koran itu diganti menjadi Meicho Shimbun.

Adelstein diperankan oleh Ansel Elgort, yang sebelumnya pernah berakting antara lain di “The Fault of Our Stars”, “Baby Driver”, serta trilogi “Divergent”, “Insurgent”, dan “Allegiant”. Elgort juga bertindak sebagai executive producer di "Tokyo Vice".

Karena ini kisah tentang seorang reporter kriminal, maka sudah pasti ada polisi yang terlibat. Yang paling utama adalah Hiroto Katagiri. Ken Watanabe, yang bermain di “Inception”, Batman Begins, dan The Last Samurai di antara banyak film lain, memerankan Katagiri, seorang polisi yang tidak bisa disuap. Watanabe juga menjadi executive producer di "Tokyo Vice".

Lalu, siapa yang menjadi antagonis? Nah, karena ini Jepang, maka organized crime ala negara itu yang berkuasa, yaitu yakuza. Ada dua kelompok yakuza yang diceritakan paling berkuasa di Tokyo, dengan dua oyabun, atau bos yakuza, yang sangat dihormati oleh masing-masing kubu.

Pada episode pertama, adegan dibuka dengan Adelstein dan Katagiri yang duduk di sebuah ruangan di hadapan para anggota yakuza. Salah satu dari mereka tidak suka dengan berita-berita yang ditulis oleh Adelstein.

Lalu, adegan berikutnya adalah flashback ke periode dua tahun sebelumnya, pada 1999. Dikisahkan Adelstein yang bersiap diri untuk ikut test masuk ke Meicho Shimbun. Dia pindah dari Missouri, karena bosan dengan suasana di tempat kelahirannya itu. Maka dia pun kuliah di Tokyo dengan target menjadi seorang reporter kriminal di kota itu.

Pihak penguji sangat terkesan dengan hasil tes masuk Adelstein, yang fasih berbicara bahasa Jepang dan menulis aksara Jepang. Menurut Internet Movie Database, Elgort kursus bahasa Jepang untuk serial ini, sehingga ia bisa sangat lancar berbicara dengan bahasa itu. Pun, Elgort juga mengikuti seorang reporter Jepang dan mendapat tugas untuk menulis tiga artikel. Dengan aksara Jepang tentunya.

Kembali ke Adelstein. Elgort membawakan karakter Adelstein yang ceria dan innocent ketika pertama kali masuk ke Meicho Shimbun dengan pas. Diikutinya semua petunjuk ketika diberi tugas untuk menulis artikel pertama, termasuk ketika kena tipu dari rekan Katagiri, yang sebenarnya masuk kategori dirty cop. Namun, Adelstein belum mengetahuinya saat itu.

Lalu, muncul banyak kasus bunuh diri dan orang mati di mana-mana. Setelah ditelusur, semuanya menyangkut pada satu hal: Yakuza. Mulailah Adelstein berkutat dengan mereka.

Redaktur Adelstein, seorang perempuan bernama Eimi, harus tegas pada anak buahnya yang masih hijau dan muda itu. Berkali-kali Eimi mengingatkan Adelstein untuk tidak terlibat dengan yakuza. Reporter-reporter yang lain, yang semuanya orang Jepang, sudah paham dengan cara kerja yakuza.

Tapi, Adelstein semakin terseret, termasuk ketika ia mulai menikmati dunia malam Tokyo, nongkrong di sebuah klub malam yang memperkerjakan banyak gadis penghibur, termasuk mereka yang oleh orang Jepang disebut gaijin, atau orang asing.

Semakin bertambah episode, semakin dewasa pula Adelstein, meski sebenarnya ia masih muda. Adelstein berkawan dengan Katagiri dan keluarganya. Berteman pula dengan Sato, tangan kanan salah satu oyabun, dan pacarnya, Samantha, salah satu gaijin di klub malam.

Mau tak mau, Adelstein juga kenal dengan Jin Miyamoto, dirty cop yang disebut di atas. Miyamoto kontras dengan Katagiri. Miyamoto menghamba pada oyabun lawan oyabun Sato. Jadi, sebenarnya Miyamoto berseberangan dengan Adelstein.

Titik balik terjadi ketika Adelstein menerima bocoran dari bos Sato. Bahwa kiriman shabu milik oyabun Miyamoto akan tiba dengan pesawat, datang pada pagi hari. Merasa yakin bahwa petunjuk itu benar, Adelstein mendatangi Katagiri dengan harapan detektif itu akan menindaklanjuti. Adelstein harus kecewa, karena menurut Katagiri, petunjuk itu harus diselidiki lebih dalam, tidak grasa-grusu.

Adelstein lantas melapor ke redakturnya, Eimi. Eimi mengatakan bahwa Adelstein tidak bekerja untuk Katagiri. Eimi lantas meminta Adelstein mencari polisi lain.

Tanpa mengetahui bahwa Miyamoto adalah polisi korup, yang bekerja untuk oyabun pemilik shabu, Adelstein memberi tahunya tentang petunjuk itu. Keesokan pagi, rombongan polisi mendatangi sebuah bandara kecil tempat pesawat pengangkut shabu mendarat, dengan Miyamoto sebagai komandan.

Adelstein, dengan bekal kamera, mendokumentasi semunya. Nyaris sekujur pesawat dibongkar atas petunjuk Miyamoto, namun ada satu bagian yang tidak dibongkar.

Tentu saja penggerebakan itu sia-sia. Tidak ada satu gram pun shabu yang ditemukan. Hubungan Adelstein dengan Katagiri jadi rusak. Adelstein juga semakin sulit dihubungi oleh redakturnya. Dia lebih sering nongkrong di klub malam.

Sejak kejadian itu juga Miyamoto menghilang. Dia dijebak oleh Katagiri yang lantas tahu bahwa Miyamoto memberi banyak petunjuk untuk salah satu bos yakuza. Sebagai gantinya, Miyamoto lantas setuju untuk membantu Katagiri menjebak si oyabun. Selanjutnya sudah bisa ditebak. Miyamoto tinggal nama, meski tak adegan yang menunjukkan bagaimana si detektif disingkirkan.

Sementara itu, Adelstein mendapat ‘kunjungan persahabatan’ dari anak buah oyabun pemilik shabu. Pendeknya, Adelstein diperingatkan untuk tidak lagi menyelidiki tentang mereka.

Si bos sendiri lantas melarikan diri ke luar negeri. Kalau menurut buku Adelstein, sang oyabun pergi ke AS untuk transplantasi liver di University of California Los Angeles. Justru itu disebutkan di serial.

Di pihak lain, rekan Samantha, Polina, menghilang. Polina memiliki banyak utang kepada oyabun lawan oyabun shabu. Samantha, yang agaknya sudah menjadi pasangan Adelstein, meminta bantuan padanya untuk mencari Polina.

Dengan banyaknya utang yang dimiliki Polina, menurut oyabun ada satu cara yang bisa ditempuh Polina untuk menghapus utang, yaitu menjadi pemuas libido hidung belang.

Karena Polina sudah lama menghilang, Samantha dan Adelstein sudah kehabisan akal, sampai akhirnya mereka mendapat petunjuk bahwa Polina dibawa ke sebuah kapal untuk sex cruise.

Secara misterius, Adelstein mendapat kiriman sebuah video yang isinya menunjukkan Polina terbunuh setelah menolak untuk digauli, sebab menurut Polina bukan itu perjanjiannya. Episode 8 pun selesai dengan Adelstein terkaget-kaget.

Hingga tulisan ini kelar dibuat, belum ada kepastian apakah HBO Max akan meneruskannya dengan Season 2. Sudah banyak penonton yang sudah menyuarakan harapan melalui media sosial agar “Tokyo Vice” dilanjutkan.

“Tokyo Vice” Season 1 dimulai pada 7 April dan berakhir pada 28 April 2022. Saya termasuk yang menikmati serial ini. Sebuah penggambaran yang lugas tentang kehidupan yakuza. Kisah ini memang didasarkan pada kisah nyata, namun saya tak tahu apakah yakuza memang seperti itu.

Yang pasti, serial ini tidak seceria, tidak seimut wajah Ansel Elgort. Menurut saya, akting Elgort adalah yang terbaik dibanding akting-aktingnya di film lain yang pernah saya tonton.

Jika memang ada Season 2, maka isinya adalah jawaban siapa yang mengirim video pembunuhan Polina, nasib Samantha, apakah Sato masih hidup setelah ditusuk oleh rekannya sendiri, dan juga bagaimana kelanjutan kisah Katagiri dan Adelstein duduk di hadapan para anggota yakuza pada episode perdana.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun