Saya makan di sana. Nggak ingat juga di mana lokasinya. Pokoknya ada restoran berwarna khas merah dan putih itu, langsung saya masuki. Saya sudah berniat untuk mampir lagi nanti sekembalinya dari Messe untuk bekal makan malam dan sarapan. Saya terhitung jarang sarapan yang disediakan gratis di hotel. Lebih baik saya tidur lebih lama. Haha.
Lalu, saya meneruskan perjalanan dengan kereta menuju Messe. Hari itu matahari bersinar, tapi cuacanya sangat dingin. Nyaman sekali.
Setiba di Messe, sudah banyak jurnalis dari berbagai negara yang hadir di sana. Sekitar setengah jam prosesnya, saya sudah mendapatkan semua dokumen yang diperlukan, termasuk ID Card untuk undian dan juga untuk ruang pers di gedung itu.
Saya jelajahi gedung itu, terutama ruang persnya. Lumayan besar gedungnya. Untung saja ada vending machine yang menjual berbagai snack. Saya belum sempat belanja apa pun, termasuk camilan. Saya beli saja dari mesin itu.
Ketika saya rasa sudah cukup, saya memutuskan kembali ke pusat kota. Saya perlu membeli beberapa barang plus beli santapan makan malam dan sarapan, seperti rencana tadi.
Saya berjalan lumayan lama, ketika tiba-tiba hari sudah gelap. Wah, saya tidak mau berjalan dalam gelap. Saya pun segera menuju halte bus, mencari nomor bus yang dimaksud.
Saya tiba di hotel sekitar pukul 8 malam. Ternyata, hotel ini tidak seterpencil yang saya kira. Sebab, ada beberapa kelompok kru televisi dari berbagai negara yang menginap di sana, juga jurnalis tulis. Saya bertemu beberapa orang.
Saya masuk kamar, bungkusan makan malam saya atur di meja kerja. Belum saya buka kemasannya. Kamar memang hangat, tapi saya tidak mau santapan saya dingin dengan cepat.
Saya bersiap untuk mandi, ketika tiba-tiba tubuh saya menggigil kedinginan. Gigi saya sampai saling beradu, saling kerasnya gigilan. Saya heran juga, sebab kamar saya sangat hangat. Dari mana pula datangnya udara dingin?
Saya segera menyusup ke bawah selimut. Bukannya menghangat, justru semakin dingin. Tangan saya bergetar hebat. Saya ingat saya membawa balsam, barangkali saja bisa menghangatkan. Saya cari botol balsam itu, yang rupanya masih berada di dalam koper.
Setelah ketemu, langsung saya gosokkan balsam ke kedua telapak tangan, badan saya juga. Herannya, justru semakin dingin rasanya. Saya semakin mengetatkan selimut. Bahkan bed cover pun saya pakai untuk membungkus badan.
Saat itulah tiba-tiba saya sadar, dingin ini  bukan karena cuaca, melainkan 'dingin' yang lain. Akhirnya, saya membaca doa Ayat Kursi, doa yang selalu saya ucapkan setiap kali saya keluar rumah atau ketika saya merasa ada hal aneh di sebuah lokasi.