Tekanan darah tinggi, hipertensi, bukan sebuah kondisi yang asing. Banyak yang memilikinya secara genetik, ada yang memilikinya ketika usia bertambah, ada juga yang mengalaminya karena gaya hidup yang tak sehat.
Saya juga punya tekanan darah tinggi, tapi itu terjadi setelah saya berhenti menstruasi. Sebelum baarmoeder diangkut gara-gara mioma bejibun, tekanan darah saya sangat rendah. Kadang hanya 100/70 mmHg, bahkan lebih rendah.
Sekarang, setelah mioma raib, tekanan darah saya perlahan menanjak, sejalan dengan naiknya level hemoglobin alias Hb, walau pada saat tertentu bisa normal juga.
Saya pun harus minum obat penjaga tensi darah setiap malam. Tapi, ngerinya, saya pernah baca kalau secara rutin minum obat penurun tekanan darah dalam waktu lama akan berakibat pada fungsi ginjal. Aduh!
Lalu, bagaimana caranya menurunkan tekanan darah tanpa minum obat? Ada beberapa cara yang ternyata mudah saja dilakukan. Beberapa sudah saya lakukan, beberapa lainnya masih dalam proses.
Lalu, berapa tekanan darah yang dianggap tinggi? Menurut Health, tekanan darah di atas 120/80 mmHg sudah dianggap mulai meninggi.
Menjaga berat badan sehat
Menurut John Bisognano, MD, direktur klinik hipertensi di Rumah Sakit Universitas Rochester, Rochester, New York, berat badan adalah salah satu dari indikator penting tekanan darah.
Orang dengan massa indeks tubuh 25 hingga 28 sebaiknya menurunkan berat badannya. Sebab, beberapa kilogram lebih ringan, maka cara penanganan tekanan darah akan sangat berbeda.
Body mass index (BMI) 25-29,9 masuk kategori kelebihan berat badan (overweight), sementara lebih dari 30 termasuk obesitas.
Rajin olahraga
Bosan mendengar anjuran harus olahraga setiap hari? Well, sebab olahraga memang penting. Kalau ingin menurunkan tekanan darah, berarti olahraga yang dilakukan bukan sekedar jalan kaki santai, melainkan lari-lari kecil. Minimal.