Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Cantik-cantiknya KRL Masa Kini

25 Januari 2022   07:38 Diperbarui: 4 Februari 2022   04:00 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menulis artikel ini, karena topik pilihan Kompasiana soal kenaikan tarif KRL, yang akan berlaku pada April mendatang. Tarif akan naik 2.000 ribu rupiah menjadi 5.000 rupiah.

Saya memang tidak pernah menjadikan KRL sebagai transportasi reguler sejak saya bekerja. Namun, harga tiket yang 5.000 ribu rupiah itu masih relatif murah, menurut saya. Apalagi, KRL menyediakan sebuah trayek yang bebas dari kendaraan lain, sehingga bisa melaju kencang.

Bandingkan dengan jika harus naik taksi setiap hari. Harganya akan sangat jauh bedanya. Memang, naik taksi lebih nyaman, tidak berdesakan, namun masih sangat mungkin untuk terkena macet.

Coba bandingkan harga tiket KRL dengan kereta London Underground alias tube. Saya tengok di situs Transport for London, harga tiket paling murah, satu kali jalan dalam 1 zona, adalah 7 poundsterling atau sekitar 135 ribu rupiah. 

Kalau pindah zona, misalnya dari zona 1 ke zona 2, maka harganya akan berbeda lagi.

Kalau berargumen bahwa itu di London, keretanya lebih canggih dan sebagainya. Mereka memang menang sistem dan pengalaman, tapi tetap saja penumpangnya berjubel, tidak beda dengan KRL trayek Jakarta-Bogor atau yang lainnya, terutama pas berangkat dan pulang kerja.

Saya tahu itu, sebab saya pernah mengunjungi London sebanyak tiga atau empat kali dan kereta bawah tanah mereka menjadi andalan saya, meski mahalnya bukan main.

Sering saya harus berpadat ria dengan mereka yang pulang kerja. Setiap kali saya di London, terakhir kali pada 2003, saya memakai weekly travelcard, jadi tidak harus membeli tiket setiap kali akan naik tube. 

Saat itu, travelcard untuk satu pekan, zona 1 hingga 6, harganya 45 pound atau hampir 900 ribu rupiah. Saat ini, harga itu sudah hampir 64 pound.

Meski sangat mahal, mereka yang di London harus menyisihkan uang untuk membeli tiket secara borongan seperti itu agar lebih murah, bahkan ada yang berlaku hingga 1 tahun. Sebab, travelcard itu juga bisa digunakan untuk naik bus reguler dan trem.

Jadi, kalau harga tiket KRL naik 2.000 rupiah, sebaiknya tenang-tenang saja. Lama kelamaan fasilitas KRL akan meningkat. Percayalah, KRL masa kini sudah jauh lebih canggih dan modern dibanding KRL zaman saya dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun