Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Si Unying Pergi karena Gagal Ginjal

12 November 2021   15:04 Diperbarui: 15 November 2021   21:44 2008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unying, beberapa hari sebelum meninggalkan dunia fana. (Sumber: Koleksi pribadi)

Sejauh ingatan saya, rumah kami selalu memiliki kucing untuk dipelihara. Sejak saya kecil, selalu saja ada kucing yang datang ke rumah dan lantas menetap, beranak pinak. Kami tidak pernah mengadopsi kucing. Mereka yang datang ke rumah kami.

Karena itu, hingga saat ini, kami selalu punya banyak kucing. Baik itu yang dipelihara di dalam dan juga yang ada di luar rumah, mereka yang datang ke rumah untuk meminta sesuap biskuit kucing dan lantas menetap.

Hingga 21 November 2020, kami memiliki seekor kucing jantan bernama Unying, yang merupakan plesetan dari kata kuning. Warna rambutnya memang kuning. Dia putra salah satu kucing kesayangan kami, Horus.

Unying dilahirkan di dalam rumah. Jadi, sebenarnya dia adalah anak rumahan, namun setelah beranjak besar, Unying minta keluar rumah dan sejak itu kami hanya melihatnya ketika sekali-kali ia datang untuk minta ma'em.

Sampai suatu kali, awal Januari 2019, Unying datang dengan kondisi badan kurus dan napas yang satu-satu. Sangat berat untuk Unying menarik napas. Tanpa pikir panjang, langsung saja Unying saya bawa ke klinik hewan di bilangan Sunter.

Di sana, dokter khusus kucing memvonis Unying dengan pneumonia alias radang paru-paru. Setelah dironsen, paru-paru Unying berwarna putih laksana kabut, penuh berisi air. Sayangnya, klinik itu sedang penuh. Tidak ada lagi tempat untuk Unying dirawat.

Akhirnya, saya diarahkan ke sebuah klinik yang lebih kecil, namun ternyata lebih telaten dalam merawat hewan peliharaan, yang lokasinya di Pulomas. Malah lebih dekat dengan rumah.

Di klinik itu, Unying langsung ditangani dan langsung "menghilang", karena dia sudah dibawa ke ruang perawatan. Soalnya, pneumonia seperti yang diderita Unying sangat gawat. Telat sedikit saja, maka Unying bisa mati.

Selain itu, juga sulit untuk dirawat sendiri di rumah. Sebab, selain obatnya yang lumayan banyak, juga Unying harus diinfus agar tidak dehidrasi.

Saya tidak ingat berapa lama Unying dirawat di klinik, kalau tidak salah antara tujuh hingga 10 hari. Yang pasti, ketika saya melihat Unying lagi untuk menjemputnya, dia dalam kondisi sangat segar. Saya sangat senang melihatnya. Napasnya pun sudah normal. Aduh, saya cium dia saking senangnya.

Dan, karena saya sudah didapuk untuk merawat Unying di rumah, maka segala obat lanjutan pun menjadi urusan saya. Saya merawat Unying dengan telaten. Jangan sampai pneumonia mampir lagi.

Beberapa bulan kemudian, badan Unying mulai berisi lagi. Wajahnya sudah ceria lagi. Makan pun sangat lahap. Dia sangat suka makanan kering alias biskuit. Setiap kali diberi makanan basah, sebagai selingan, selalu ditolak.

Unying sehat-sehat saja, sampai awal November 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda. Unying tidak doyan makan selama beberapa hari. Minum pun sangat sedikit. Sudah pasti, dengan tubuhnya yang besar, dia langsung dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.

Kali ini, adik saya yang membawa Unying ke klinik. Kami berharap Unying baik-baik saja, dia hanya sedang tidak doyan makan. Ternyata, diagnosa dokter sangat mengejutkan. Unying gagal ginjal. Kadar kreatinin di darahnya ratusan kali lipat dibanding angka normal.

Kreatinin adalah limbah hasil metabolisme otot yang ada di darah. Untuk ginjal yang sehat, maka kadar kreatinin akan normal, namun tidak demikian dengan ginjal yang sakit. Levelnya akan jauh di atas angka normal.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk Unying, sebab tidak bisa lagi mengembalikan kondisi ginjal untuk sehat kembali. Satu-satunya jalan adalah cuci darah. Saya lupa apa istilahnya untuk hewan, namun prosesnya mirip dengan cuci darah pada manusia.

Unying memang terlihat lebih baik setiap kali kelar cuci darah. Dia mau menyantap biskuit di hadapannya, walau sedikit. Susahnya, cuci darah itu harus sering dilakukan. Dalam satu hari, setidaknya harus dua kali cuci darah.

Sekarang, kami semua, juga penduduk dunia lainnya, sedang menghadapi pandemi Covid-19. Keadaan tak menentu. Kami jelas tidak punya dana ekstra belasan juta rupiah untuk merawat Unying di klinik. Sekadar informasi, satu kali cuci darah Unying sekitar setengah juta rupiah. Unying sudah berhari-hari cuci darah. Kami pun harus ambil keputusan.

Dokter sudah mengatakan seumur hidup Unying harus cuci darah. Well, kami masih memelihara banyak kucing lain. Kebutuhan hidup kami juga tak rendah, apalagi kalau ditambah dengan biaya memelihara belasan kucing.

Akhirnya, kami mengambil keputusan untuk merawat Unying di rumah. Sudah pasti, kami dibekali dengan banyak sekali instruksi perawatan dan juga obat yang bejibun. Saya, yang rupanya dianggap sudah ahli merawat kucing sakit, sekali lagi harus merawat Unying. Memberinya makan dan minum, juga obat.

Akan tetapi, tidak semudah itu. Unying selalu menolak untuk menelan, baik itu makanan, minuman, atau obat. Mungkin dia akan lebih baik jika cuci darah, ya.

Bagusnya, Unying kelihatan sangat "tabah". Wajahnya sangat sabar dan tenang, mungkin karena dia sudah tahu dirinya tak lama lagi akan mati. Saya sempat memotretnya beberapa hari sebelum ia pergi.

Unying bertahan selama kira-kira satu pekan sebelum akhirnya pergi. Sore hari, 21 November 2020, sudah hampir satu tahun Unying pergi, kami bertiga menungguinya pada detik-detik terakhir hidupnya. Saya pegangi tangannya ketika ia menghembuskan napas terakhir. Kami semua menangis, namun sekaligus lega. Unying tak lagi kesakitan. Dia akan selalu sehat.

Usia Unying lebih dari 7 tahun ketika mati.

Keesokan hari, kami mengubur Unying di halaman rumah. You see, halaman rumah kami penuh dengan makam kucing. Sejak rumah kami ada, kami selalu mengubur kucing yang mati di rumah. Pada hari itu, makam bertambah satu.

Unying mendapat tempat istimewa. Kami menguburkannya di dekat pagar utama, di sebelah kiri jika dari rumah. Sekarang, kuburan itu sudah rata tanah, namun saya tak pernah lupa untuk menyapanya, setiap kali akan keluar rumah dan ketika kembali dari bepergian.

"Apa kabar, Unying? Kamu sehat-sehat, ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun