Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Harus Memulangkan Jenazah WNI dari Luar Negeri

21 Oktober 2021   15:24 Diperbarui: 22 Oktober 2021   14:03 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini hadir karena saya ingat pernah berada satu pesawat dengan jenazah. Tentu saja, peti jenazah tidak diletakkan di kabin penumpang, melainkan di kargo. Tapi, tetap saja saya pernah berada satu penerbangan dengan jenazah dan saya tidak mengetahuinya pada saat itu.

Saya tahu tentang jenazah itu bertahun kemudian, ketika rekan sekantor, sebut saja namanya Mbak Anna, menceritakan seorang temannya yang harus memulangkan jenazah salah satu orangtuanya, saya tidak ingat apakah itu ayah atau ibunya, dari Amsterdam. Setelah dicocok-cocokkan, ternyata saya dan teman Mbak Anna itu berada di satu pesawat.

Saya tidak tahu saya harus merasa bagaimana ketika mengetahuinya. Teman Mbak Anna itu sudah diwanti-wanti oleh kru penerbangan untuk tidak menangis selama penerbangan. Jadi, ia harus diam saja selama kurang lebih 15 jam penerbangan. 

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan si Mbak, kebetulan teman Mbak Anna itu perempuan, ketika harus menahan perasaan apapun selama itu, demi tidak membuat heran penumpang lain. Harus menahan tangis selama itu.

Jadi, begini ceritanya. Pada Mei 2000, saya ditugaskan oleh kantor untuk meliput final Liga Champion di Stade de France, St Denis, itu di pinggiran Paris. Beken kok stadionnya. Final digelar pada 24 Mei 2000 antara Real Madrid dan Valencia.

Saya mempersiapkan semuanya dari Jakarta. Kebetulan pada tahun itu, Belanda dan Belgia menjadi tuan rumah bersama Euro 2000. Jadi, saya minta izin kepada bos untuk sekaligus ke Amsterdam, melongok persiapan kota itu. 

Kebetulan juga, tim nasional Belanda mengadakan partai uji coba melawan Rumania di Amsterdam Arena, sekarang Johan Cruijff Arena. Tanggalnya adalah tiga hari setelah final Liga Champion.

Saya mengirim email melalui situs resmi KNVB, federasi sepak bola Kerajaan Belanda, dan mereka memberi saya satu tiket gratis untuk nonton di tribun wartawan. Lumayan. Tiket bisa diambil di stadion.

Kebetulan berikutnya, saya bisa mengunjungi tante saya yang juga tinggal di Amsterdam. Saat itu dia baru saja melahirkan putri semata wayang hasil pernikahan dengan seorang pria Belanda.

Singkat cerita, saya sudah menyelesaikan liputan Real Madrid kontra Valencia. Madrid menang 3-0 melalui gol Fernando Morientes, Steven McManaman, dan Raul Gonzalez. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun