Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memberi Waktu untuk yang Terbaring Sakit

28 Januari 2023   20:15 Diperbarui: 28 Januari 2023   20:16 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Laku, agak ragu, Hanna akhirnya menuju tempat tidur seorang nenek yang kelihatanyya sedang melamun duduk sendir di ruang paling ujung. Sambil mengucapkan salam hana duduk di atas kursi yang tersedia di samping tempat sang nenek. Hanna hanya diam,  tidak tahu harus bicara apa kepada nenek yang baru pertama kali dikenalnya itu. Tidak berapa lama setelah Hanna memegang tangannya, sang nenek terisak dan air  mata mulai mengalir di pipinya. "Kenapa menangis nek?" tanya Hanna heran.  "Saya besok akan menjalani operasi yang cukup berat, saya merasa ini barangkali menjjadi ooerasi saya yang terakhir. Dan, saya bahagia, doa saya dikabulkan Allah. Saya berdoa, di hari-hari terakhir hidup ku  ada seseorang yang kesini mendampingiku, yang dapat menghiburku dan memdengarkan  keluhan-keluhan ku."

Hanna akhirnya juga menangis dan memeluk perempuan tua yang baru dikenalnya itu dengan erat dan lama. Dalam pelukan itu Hanna merasakan kasiih sayang dan cinta yang tidak biasa yang dia berikan dan diterima dari sang nenek.

Tidak terasa waktu sangat  cepat berlalu, lebih dari satu jam dia bersma nenek itu dan  Hanna kemudian harus meninggalkan ruangan. Dengan mencium perempuan itu beberaoa kali Hanna minta izin pulang dan besok berjanji akan ke kembali lagi.

Besok sorenya, setelah pulang sekolah Hanna bergegas datang ke rumah sakit lagi ditemani Ibunya. Sampai di rumah sakit hanna langsung menuju ruangan tempat tidur sang nenek. Masih di pintu  masuk ruangan, Hanna tidak melihat nenek itu di sana lagi, jantungnya berdegup kencang, lemas dan dalam hati dia berbisik, jangan-jangan nenek itu sudah meninggal. Seperti tidak percaya dia tetap berjalan menuju ke arah tempat tidur  itu, dan baru yakin bahwa nenek tidak ada  berbaring di sana ketika sudah sampai dekat tempat tidurnya.

Lalu, menemui keadaan seperti itu, Hanna bergegas ke ruangan perawat jaga. "Nenek yang operasi tadi pagi di mana, tidak saya lihat di temoat tidurnya?"Tanya Hana kepada seorang perawat yang ada di ruang itu.

"Nenek itu sudah meninggal, tapi dia  ada meninggalkan sepucuk surat untuk kamu," jawab perawat sambil menyodorkan sebuah surat kepada Hanna.

Dengan berlinang air mata, Hanna membuka surat dari sang nenek, dan membacanya, isi suratnya,;  "untuk temanku satu-satunya di akhir hayat ku, terimakasih telah memberikan waktu yang sangat berharga bagiku, mendampingiku, mendengar keluhanku, kekhawatiran ku di saat bayangan kematianku semakjn dekat. Semogaga Tuhan memberkatimu, menyayangimu. Aku memcintaimu dan  selalu mengenangmu."

Kemudian, dengan hati pilu dan teesedu hana berlari ke pangkuan Ibunya. Sambil mengusap kepala Hana sang Ibunda  berkata, "kamu tahu sekarang sayang, betapa banyak dan berarti  yang tekah kamu berikan untuk nenek itu. pa yang sudah kamu berikan walau hanya waktu, dan cinta dapat  melebihi dari apa yang dapat dibeli dengan uang."

Menyimak cerita di atas, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak  memberi kepada siapapun juga. Memberi tidak harus dengan kekayaaan harta, ilmu, kekuatan yang kita punyai, kekayaan waktu dan cinta  sering lebih berharga dan tinggi nilainya. Berikanlah waktu, cinta anda kepada keluarga, orang tua yang sedang terbaring sakit, dan bahkan siapapun juga. Jangan biarkan mereka menghadapi kematian sendiri.  Waktu, cinta, perhatian itu lebih bermakna bagi mereka daripada apapun juga.

Catatan: Cerita di atas terinspirasi dari buku, " "Personal Power" (7 Secreat of Personal Power) karangan Ibrahim Elfiky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun