Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Diabetes: Terapi Insulin Bukanlah Berita Buruk

15 Juni 2020   19:00 Diperbarui: 15 Juni 2020   20:18 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


"Saya tidak mau suntik insulin dokter," ungkap seorang pasien di ruang praktek saya sambil melihat kepada suaminya yang ada di sampingnya.

"Ya, dokter, jangan insulin dokter, usahakan yang lain," ujar suaminya sambil menatap istrinya agak cemas

"Memang kenapa?"  .... "Takut santik insulin?" Tanya saya

"Bukan dokter, saya lihat tetangga saya yang juga menderita  diabetes  dapat insulin sekarang cuci darah. Famili saya luka tidak sembuh-sembuh akhir kakinya dipotong juga sedang mendapatkan suntikan insulin. Dan, kata teman-teman saya kalau sudah dapat insulin berarti penyakitnya sudah parah dan untuk selamanya akan mendapatkan insulin, itu yang kami takutkan dokter,"  tutur pasien

Dialog seperti ini sering berlangsung dengan  pasien diabetes dan keluarganya, ketika pasien disarankan menggunakan  insulin untuk mengendalikan gula darahnya. Pasien sering menolak karena asumsi yang tidak tepat terhadap terapi insulin. 

Bahkan insulin sering dianggap sebagai penyebab komplikasi diabetes. Anggapan yang salah tapi dapat dipahami. Kesalahpahaman ini dapat terjadi karena pasien sering  melihat penderita diabetes lain yang mengalami cuci darah, yang kakinya diamputasi, yang buta adalah penderita diabetes yang sedang menggunakan insulin.  

Padahal sebenarnya komplikasi-komplikasi itu sudah terjadi sebelum insulin diberikan. Karena tidak lama setelah pemberian kemudian pasien diamputasi misalnya, pasien atau keluarga pasien menanggap bahwa insulinlah sebagai biang keroknya.

Berlainan dangan anggapan pasien, orang awam, insulin sebenarnya adalah awal dari kesehatan pasien diabetes yang lebih baik. Dengan insulin gula darah lebih mudah  dikendalikan, terkontrol atau target yang dinginkan tercapai. Kalau gula darah terkontrol dengan baik, keluhan-keluhan terkait dengan gula darah yang tinggi dan kemungkinan komplikasi diabetes juga berkurang.

Lalu, jika pasien mengalami infeksi sepeti luka atau peradangan yang cukup berat,  ada  tindakan operasi, gangguan fungsi ginjal, hamil, kurus misalnya, pemberian insulin mempermudah pengendalian gula darah. 

Pada kasus-kasus seperti itu pemberian insulin sangat  dianjurkan. Pemberian insulin pada infeksi seperti luka diabetes yang luas akan mempercepat proses penyembuhan lukanya karena gula darah yang mudah terkontrol.

Dan  memang, pada umumnya pendekatan pertama dalam mengelola pasien diabetes tipe 2 adalah dengan diet  serta olahraga. Bila ini gagal, baru  ditambahakan obat-obat oral berupa tablet atau caplet. 

Dan, sering juga setelah cukup lama dengan diet olahraga, dan obat oral,  kalau ini juga gagal mencapai target gula darah  yang diinginkan dengan obat-obat yang dianggap sudah cukup, baru diberikan insulin. 

Insulin juga diberikan pada pasien-pasien diabetes melitus dengan penyulit atau sudah ada komplikasi misalnya hiperglikemia, infeksi yang berat, pasien yang akan menjalani tindakan operasi,  gangguan fungsi ginjal berat  atau penyakit ginjal kronis derajat tertentu.

Sehubungan dengan pemberian insulin ini, klinik diabetes terkenal di Boston, Joslin Diabetes  Clinic, bahkan memberikan insulin segera setelah diagnosis ditegakkan. Pertimbangannya, jauh lebih mudah untuk mengendalikan gula farah, dan mencapai target yang diinginkan. 

Gula darah yang  tekontrol lebih awal   juga akan menurunkan kemungkinan kejadian komplikasi diabetes mellitus. Dan, seperti diketahui banyak pasien diabetes baru terdiagnosis setelah cukup lama menderitanya, dan bahkan sudah mengalami  komplikasi kronis diabetes.

Di Amerika Serikat, lebih dari 40 % penyandang diabetes mellitus tipe 2 menggunakan insulin. Dan, komunitas "American Diabetes Association" (ADA) merekomendasikan pemakaian insulin lebih awal. 

Pemberian insulin lebih awal diharapkan akan memperlambat risiko dan progresifitas komplikasi kronis diabetes. Apalagi, sekitar 52% pasien yang baru didiagnosis sebagai penyandang diabetes, sudah mengalami komplikasi kronis. 

Kalau ini sudah terjadi, menunjukkan bahwa penyakit diabetes juga  sudah berlangsung lama, biasanya lebih dari 10 tahun. Menurut penelitian, penyakit diabetes yang sudah berlangsung lama, produksi insulin oleh sel beta pankreas juga sudah jauh menurun. 

Memaksakan obat-obat an oral diabetes yang sebagian besar aksinya adalah memacu tubuh, atau sel pankreas memprodsuksi insulin akan sia-sia. Sehingga dengan obat oral yang maksimal-pun gula darah akan tetap tinggi atau tidak terkontrol dengan baik.

Sayangnya, ada pandangan yang salah mengenai insulin baik oleh pasien, keluarga, maupun  masyarakat awam. Insulin dianggap pilihan obat yang menakutkan, pilihan terakhir yang sangat buruk, dan bahkan dikaitkan sebagai penyebab komplikasi kronis diabetes mellitus. 

Tidak heran, banyak pasien dan keluarganya yang tidak menerima, dan menolak menggunakan insulin, bahkan pada pasien yang memang sudah harus mendapatkan insulin.  Akibatnya, gula darah semakin sulit  dikontrol, komplikasi semakin mengancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun