"Sarapan pun saya tidak, dokter," ujar seorang adik pasien yang mendampingi kakaknya yang dirawat karena batu dan radang empedu. Perkatannya seperti tidak menerima pernyataan saya ketika saya mengungkapkan penyebab penyakit batu empedu yang diderita kakaknya.
Kegemukan dan perut yang buncit adalah salah satu faktor risiko penting yang menyebabkan penyakit batu empedu. Dan perut yang buncit itu berkaitan dengan apa yang masuk ke dalam mulut kita, serta aktivitas fisik apa yang kita lakukan. "Dan, adik ibu itu juga kemungkinan besar juga akan menderita hal yang sama. Adik ibu saya lihat lebih gemuk dari ibu sendiri," ujar saya sambil becanda menoleh ke arah adiknya.
Sarapan pagi saja saya tidak ada, atau saya jarang sarapan. Itu adalah ungkapan yang sering saya dengar dari pasien-pasien ketika saya beritahu bahwa keluhan dan penyakit yang dialaminya berkaitan dengan faktor risiko tubuhnya yang bongsor, atau gendut.
Saya tidak tahu pasti apa yang ada dalam benak pasien waktu mengungkapkan bahawa mereka tidak sarapan pagi. Apakah mungkin mereka merasa heran dengan badannya yang dibilang gemuk, padahal tidak sarapan? Apakah sarapan pagi dianggap sebagai penyebab badannya yang gemuk? Saya tidak tahu dengan pasti.
Menurut para ahli, sarapan pagi adalah bagian paling penting dari kegiatan rutin makan kita sehari-hari yang sebaiknya tetap kita jaga. Ibaratkan kita sudah berpuasa selama delapan sampai sepuiuh jam malam sebelumnya memberi kita energi segar yang dibutuhkan tubuh untuk memulai aktivitas hari itu. Andaikan tubuh kita ini bisa diumpamakan sebagai sebuah kendaraan bermotor, sarapan pagi adalah bahan bakar baru yang akan membuat kendaraan bermotor itu dapat digunakan.
Energi baru yang kita peroleh dari sarapan membuat gula darah kita lebih stabil. Gula darah yang stabil ini ternyata juga berpengaruh terhadap mood, dan pikiran kita. Sarapan pagi meningkatkan konsentrasi dan produktivitas kerja kita.
Bahkan, berpengaruh terhadap perilaku, gaya hidup, dan pola makan kita, terutama pada hari itu. Mereka yang sarapan pagi menurut penelitian cendrung memilih makanan yang lebih sehat, makan tidak berlebihan, dan melakukan aktivfitas olahraga lebih teratur.Â
Sebaliknya mereka yang menghindari sarapan pagi sering merasa lemah, tidak bersemangat, dan makan berlebihan, serta mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Snack, cemilan, makanan ringan lain, minuman soda, atau junk food, sering menjadi pilihan mereka yang tidak sarapan ketika mereka mulai lapar.
Nah, berlawanan dengan anggapan pasien di atas, dan kebanyakan kita, tidak sarapan lalu kita akan kurus. Sebaliknya yang terjadi adalah kita cenderung akan gemuk....... mengapa? Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mereka yang menghindari sarapan pagi akan mengonsumsi makanan, minuman, dan snack yang lebih banyak, juga makanan rendah nutrisi dan tinggi kalori. Anda tidak percaya?Â
Coba diingat, ketika anda tidak sempat sarapan pagi di rumah, apa yang anda konsumsi setelah itu, misalnya jam 10 pagi pada saat perut Anda sudah mulai keroncongan? Sehubungan dengan ini saya ingat beberapa pasien saya yang mengaku tidak sarapan pagi, lalu ketika saya tanya Anda makan apa? Biasanya pasien agak lama menjawab, "Ya, banyak dokter macam-macam, mulai dari minuman manis, soda, kerupuk, kue, roti, makanan ala barat seperti pizza, donut, hamburger, dan makanan lain yang kandungan kalorinya tinggi tapi rendah nutrisi".
Dan, yang sangat jarang saya dengar dari pasien adalah jawaban, Saya makan sayuran, buah-buahan. Kenyataan seperti yang diungkapkan para pasien ini sesuai dengan penelitian bahwa mereka yang menghindari sarapan pagi ini lebih jarang mengonsumsi sayuran, buah-buahan.
Di samping itu, penelitian yang pernah dilakukan di Spanyol menunjukkan bahwa menghindari sarapan pagi meningkatkan risiko mereka menjadi lebih gemuk dan ancaman diabetes mellitus dan gangguan kesehatan kardiovaskuker.
Bahkan ada penelitian yang memperlihatkan meningkatnya risiko pembentukan plak, atau penyepitan pembuluh darah koroner (atheroskelerosis) yang yang cukup tinggi dibandingkan dengan mereka yang sarapan pagi.
Jadi, sarapan pagi itu penting, jangan Anda hindari. Di samping itu, yang lebih menentukan lagi adalah apa yang kita konsumsi waktu sarapan itu. Pilihan sumber kalori dari karbohidrat dengan glikmik indeksnya rendah, makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran, buahan-buahan, nasi merah, gandum yang utuh, oatmeal, ubi-ubian, dan sumber protein dari ikan, daging ayam, kacang-kacangan, tahu, tempe, susu rendah lemak, akan membuat gula darah kita lebih stabil dan mencegah Anda kelaparan dan makan berlebihan sepanjang hari.
Saya sering sarapan pagi dengan beberapa sendok makan oatmeal yang dicampur susu rendah lemak setengah gelas, buah segar atau jus tomat campur semangka, satu telor mata sapi (atau direbus), dan sayuran satu mangkok. Dengan menu sarapan seperti itu, saya tidak akan merasa lapar lagi sampai menjelang makan siang.
Sayangnya, karena alasan repot, tidak ada waktu, malas memasak, mungkin pertimbangan lebih murah, kita sekarang jadi cenderung tidak sarapan pagi. Satu dari tiga penduduk Amerika Serikat tidak sarapan pagi. Saya tidak tahu bagaimana dengan kebiasaan kita di Indonesia, tapi saya percaya, semakin banyak yang meninggalkan sarapan, apalagi yang tinggal di perkotaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H