Di samping itu, penelitian yang pernah dilakukan di Spanyol menunjukkan bahwa menghindari sarapan pagi meningkatkan risiko mereka menjadi lebih gemuk dan ancaman diabetes mellitus dan gangguan kesehatan kardiovaskuker.
Bahkan ada penelitian yang memperlihatkan meningkatnya risiko pembentukan plak, atau penyepitan pembuluh darah koroner (atheroskelerosis) yang yang cukup tinggi dibandingkan dengan mereka yang sarapan pagi.
Jadi, sarapan pagi itu penting, jangan Anda hindari. Di samping itu, yang lebih menentukan lagi adalah apa yang kita konsumsi waktu sarapan itu. Pilihan sumber kalori dari karbohidrat dengan glikmik indeksnya rendah, makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran, buahan-buahan, nasi merah, gandum yang utuh, oatmeal, ubi-ubian, dan sumber protein dari ikan, daging ayam, kacang-kacangan, tahu, tempe, susu rendah lemak, akan membuat gula darah kita lebih stabil dan mencegah Anda kelaparan dan makan berlebihan sepanjang hari.
Saya sering sarapan pagi dengan beberapa sendok makan oatmeal yang dicampur susu rendah lemak setengah gelas, buah segar atau jus tomat campur semangka, satu telor mata sapi (atau direbus), dan sayuran satu mangkok. Dengan menu sarapan seperti itu, saya tidak akan merasa lapar lagi sampai menjelang makan siang.
Sayangnya, karena alasan repot, tidak ada waktu, malas memasak, mungkin pertimbangan lebih murah, kita sekarang jadi cenderung tidak sarapan pagi. Satu dari tiga penduduk Amerika Serikat tidak sarapan pagi. Saya tidak tahu bagaimana dengan kebiasaan kita di Indonesia, tapi saya percaya, semakin banyak yang meninggalkan sarapan, apalagi yang tinggal di perkotaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H