Seorang pasien suatu ketika datang konsultasi ke ruang poli penyakit dalam. Tidak seperti biasanya, Ibu yang berusia 75 tahun ini diantar oleh anaknya dan didorong di atas kursi roda. Saya mengenal baik pasien ini yang memang rutin kontrol karena penyakit diabetes yang disandangnya yang sudah cukup lama.
 Karena heran, melihat pasien ini, kemudian saya bertanya, "Ibu kenapa?" "Kok ngak bisa jalan?" .....Ya, dokter, Ibu kemaren jatuh, kaki kanannya sakit sekali dan sulit digerakkan, apalagi kalau dibawa berjalan, Ibu saya menjerit kesakitan, jawab anaknya
 "Kok bisa jatuh", tanya saya?
 "Saya juga tidak tahu pastinya, cerita Ibu saya, waktu bangun pagi mau ambil wudhu ke belakang, dekat pintu di luar kamar, Ibu kepleset dan jatuh. Hanya gara-gara kesandung mainan anak saya yang kebetulan ada di lantai. Menurut Ibu, dia tidak melihat, dan kebetulan juga masih agak gelap" cerita anaknya
 Nah, hanya karena kesandung maianan yang kecil seorang berusia lanjut dengan mudahnya jatuh. Kenapa ini terjadi? Andaikan Ibu ini masih berusia 20 tahun, dia kesandung dengan benda yang sama, apakah dia juga akan jatuh, dan kemudian cedera berat, atau mungkin patah? Kemungkinan besar tidak. Kita pasti pernah mengalami kesandung pada usia remaja, muda, kita hampir saja tersungkur, tetap tidak sampai jatuh, tergeletak di tanah. Mengapa kita tidak waktu itu tidak jatuh? Jawabannya adalah, pada usia muda, kita masih mampu berupaya untuk mempertahankan sikap, posisi kita agar tetap dalam keadaan tegak. Ini karena otot kita masih kuat, refleks masih bagus, mata kita masih awas, tumpuan dan cengkraman kaki masih sangat kuat.
 Lalu. pada pasien di atas, disamping usia lanjut, dia juga menderita diabetes mellitus tipe 2 yang sudah cukup lama. Komplikasi diabetes mellitus seperti neuropati perifer dengan keluhan kebas, kesemutan, tidak merasa pada ke dua tungkainya, gangguan penglihatan sudah diseritanya. Otot pahanya yang kanan sudah mengalami atrofi, dan radang sendi lutut kanan juga sudah dideritanya dalam beberapa tahun terakhir. Akibat komplikasi ini tentu saja pasien sangat kesulitan untuk memepertahan posisi agar tetap berdiri pada saat dia kesandung. Otot-otot paha dan tungkai bawah yang sudah mengecil, nyeri pada sendii lutut kanan, kaki yang kebas, mata yang tidak lagi awas, refleks, fleksibiltas yang menurun adalah faktor risiko pasien di atas jatuh
 Cerita pasien lain, sebut saja Tn AB, usia 78 tahun, penderita hipertensi yang mengonsumsi beberapa obat, jatuh di kamar mandi. Dia jatuh waktu mau berdiri setelah selesai buang air besar. Saya tiba-tiba pusing, mata gelap dan saya kemudian jatuh dokter, untung saja saya masih sempat berpegangan pada tepi kamar mandi, kalau tidak saya akan terhempas kuat dokter, ungkap pasien.
 Jatuh pada pasien ini disebabkan oleh perubahan tekanan darah dari posisi duduk ke posisi berdiri. Dalam Ilmu kedokteran dikenal dengan istilah "hipotensi postural." Tekanan darah yang tiba-tiba turun cukup besar pada saat perubahan posisi. Akibat tekanan darah yang turun, aliran darah ke jantung kanan juga berkurang sehingga otak kita pun kekurangan darah, kemudian kita dapat mengalami pusing, berputar dan bahkan dapat menyebabkan sinkop dan jatuh. Pada orang usia lanjut karena refleks barometer yang biasanya bekerja mengatur keseimbangan ini tidak lagi berfungsi dengan baik.
 Ny DS, 65 tahun beda lagi ceritanya. Ibu dari 3 anak yang suaminya baru saja meninggal ini, hidup sendiri, karena ke 3 anak-anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing. Ibu ini jatuh waktu mau bangun dan turun dari tempat tidur. Saya tidak tahu juga mengapa saya kok bisa jatuh, hanya saja saya masih mengantuk dan juga pusing.
 Ibu dengan beberapa orang cucu ini setelah suaminya meninggal sedikit mengalami depresi dan insomnia, dia baru bisa tidur kalau mengonsumsi obat psikotropik seperti benzodiazepines dan alprazolam. Penelitian memperlihatkan beberapa obat tertentu seperti benzodiazepin meningktakan risiko jatuh pada malam hari dan fraktur tulang panggul. Obat-obat psikotropik, obat sedative, beberapa obat aritmia jantung, digoxin, dan diuretik juga meningkatkan risiko usia lanjut mengalami jatuh
 Nah, banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan orang tua kita jatuh. Secara garis besar, WHO, 2104 mengelompokkanya menjadi tiga kategori, yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, dan eksposur terhadap faktor risiko
 Faktor risiko intrinsik, diantaranya adalah usia lanjut, pengalaman jatuh sebelumnya, obat-obatan, penyakit kronis yang diderita seperti penyakit kardiovaskuler, arthritis, diabetes mellitus, penyakit paru, Parkinson, Alzheimer's, pikun. Cacat pada tungkai bawah, gaya hidup santai, aktifitas fisik yang kurang, berbaring yang lama, status psikologis, defisiensi nutrisi, gangguan mata, telinga, juga dapat meningkatkan risiko orang tua kita jatuh.
 Faktor ekstrinsik atau faktor lingkungan,, misalnya cahaya yang kurang, lantai yang licin, permukaaan lantai yang tidak rata, ruangan yang berantakan, pakaian dan alas kaki yang tidak pas, alat bantu berjalan yang tidak sesuai.
 Berapa besar pengaruh faktor lingkungan ini terhadap kejadian risiko jatuh pada usia lanjut tidak diketahui secara pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antara 30% dan 50 % usia lanjut yang jatuh berkaitan dengan faktor risiko lingkungan ini
 Jadi, orang tua kita jatuh pada dasarnya adalah karena dia tidak mampu merpetahankan posisi tegak, kemudian tanpa dikehendaki jatuh, tergeletak di lantai atau di tempat yang lebih rendah. Salah satu faktor risiko yang penting adalah menurunnya kebugaran tubuh orang tua seiring dengan bertambahnya usia mereka. Untungnya, kebugaran itu kapanpun tetap bisa dijaga dan ditingkatkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H