"Kok belum makan?"
"Tidak cukup uang beli nasi Pak, biasanya dengan uang 3-4 ribu saya sudah bisa makan". Sekarang enggak dapat  lagi,  kata yang jual nasi, beras mahal sekarang
"Bapak kerjanya  memulung?" tanya saya pura-pura tidak tahu. Padahal onggokan karung plastik yang sudah kumal yang sedikit berisi gelas-gelas, botol plastik tampak jelas di dalamnya.
"Ya, sudah beberapa tahun ini sejak saya meninggalkan kampung saya. Saya biasanya nyari botol plastik dan apa saja yang bisa dijual. Satu hari bisa dapat 2-3 kilo, 1 kilo dibeli 5 ribu rupiah. Ini barusan saja mengumpulkan plastik-plastik yang ada di sekitar sini", ceritanya
Kalau 2-3 kilo plastik, berarti hanya sekitar 10-15 ribu rupiah per hari? ....Apa yang bisa dimakannya, untuk sekedar mengganjal perutnya sehari-hari?...entahlah. Dan, terbayang oleh saya banyak pemulung lain dengan nasib yang sama dengan bapak ini. Usia tua yang harusnya dinikmatinya dengan bercengkrama dengan anak-cucunya, sebaliknya dia ini masih berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi.
Lalu, cukup lama saya berbincang-bincang dengan Bpk pemulung ini. Mulai dari usianya, pekerjaannya, kampungnya, tempat tinggalnya, istri, dan anak-anaknya.
Nah, ternyata pemulung yang kecil kurus ini sudah berusia sekitar 65 tahun, punya  1 istri, dan 3 orang anak yang tinggal di pacitan. Tidak punya tempat tinggal di Jakarta, berpindah-pindah dari satu emperan toko ke emperan lainnya, bahkan bisa saja di kolong jembatan.
Hmm, beras mahal sekarang, banyak yang menjerit seperti itu. Pemulung tua yang tidak sendiri  ini, yang kurus, kelihatannya yang juga sakit-sakitan ini merintih menahan pedih di lambungnya karena belum diisi sejak tadi malam.  ................Dan, apakah penguasa negri ini mau sedikit menoleh kepada mereka, ikut merasakan pedihnya kehidupannya ?........ Bukan malah sebaliknya, memburu-buru mereka.#irsyalrusad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H