" Bro, Es jeruk e telu yo, karo sop daging e loro wae! " teriaknya kepada orang-orang di dapur.
Duh elah, ternyata isi orang-orang di dapur itu mas-mas kalem yang selalu siap ketika ada pesanan khusus di luar menu yang ditampilkan di depan.
Awalnya saya berpikir mungkin mereka pelayan biasa yang bertugas mengantar pesanan, bukan juru masak. Tapi dugaan saya meleset, ternyata mereka adalah mas-mas Jawa yang telah cukup lama bekerja di rumah makan tersebut sebagai juru masak.
Informasi ini saya peroleh, waktu saya iseng bertanya ke salah satu karyawan di lorong menuju toilet, saking saya sungguh penasarannya.
" Iya mas, yang masak rata-rata orang Jawa. Kalau yang punya rumah makan ini orang Padang sih. Tapi walaupun yang masak orang Jawa, mereka itu sudah puluhan tahun kok kerja di rumah makan padang, jadi udah fasih bener soal masaknya. " jawab karyawan ini panjang lebar kepada saya. Saya duga ini bentuk pembelaan dirinya agar para pengunjung tak salah tafsir, bahwa rumah makan padang kok karyawannya ngomong Jawa semua. he.he.
Walaupun ada beberapa catatan soal rasa masakan Padang di rumah makan tersebut, secara keseluruhan rasanya memang Padang banget sih. Ya, walaupun gulai nangkanya ada rasa manis-manisnya gitu, saya kasih nilai 7,5 untuk rasanya. Ini bukti mereka mampu menjaga keaslian cita rasa masakan Padang.
**
Jujur saya sampaikan, dan saya kira cukup mewakili keresahan orang minang kepada para pemilik rumah makan padang yang juru masaknya bukan warga minang, bahwa ada hal-hal prinsip yang perlu dijaga.
Pertama, mbok ya buat para karyawan atau juru masaknya, jangan berbahasa yang bukan bahasa Minang kalau di rumah makan Padang. Soalnya kalau ada pengunjung dengan ekspetasi tinggi soal cita rasa masakan padang, tiba-tiba dia mendengar para juru masak di dapur guyon keplak-keplakan pakai bahasa Jawa, bisa-bisa seleranya menurun sebelum mencicipi makannya. Padahal kan, belum tentu tidak enak juga. Buktinya cerita saya di atas, saya beri apresiasi cukup tinggi atas masakan mereka.Â
Kedua, wahai pemilik rumah makan Padang yang juru masaknya bukan orang Padang, apakah anda sekalian tidak melakukan fit and proper test terlebih dahulu agar cita rasanya tidak meleset jauh? atau kalian hanya berpikir masakan Padang menyesuaikan selera masyarakat lokasi di mana rumah makannya berdiri? oh, anda salah besar kalau begitu. Masakan Padang ya masakan Padang, bukan menyesuaikan dengan selera masyarakat setempat. Soal ini saya tegaskan, no debat!Â
Ketiga, jangan terlalu banyak bereksperimen dan melenceng jauh dari kaedah murni masakan minang yang telah turun menurun sejak ratusan tahun lalu. Masak iya, gulai nangka dan gulai cincangnya ada manis-manisnya gitu. Protes nih kita sebagai orang Minang.