Mohon tunggu...
irsyadunnas
irsyadunnas Mohon Tunggu... Guru - Guru Swasta

Blogger, Ghost Writer, penggiat literasi lampung utara

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Gagal Tugas Imam Tarawih Gara-gara Petasan Meledak

12 April 2023   23:40 Diperbarui: 12 April 2023   23:45 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto : kompas/Rahmat Rahman Patty

Malam ini Tono mendapat giliran penyampaian kultum sekaligus imam tarawih sesuai jadwal yang ditetapkan pengurus masjid jauh-jauh hari. Sebetulnya ia tahu diri, bahwa ia merasa belum siap sepenuhnya untuk jadi imam tarawih. Apalagi, ini kali pertama ia mendapat amanah. Tapi apa boleh buat, gelar sarjana agama di belakang nama yang ia dapatkan selama berkuliah di IAIN, menjadi pertaruhan tersendiri. Mau tidak mau, siap tidak siap, masyarakat di lingkungannya sudah menganggap Tono orang yang paham agama.

Sejak siang hari, Tono sudah sibuk menghapal kalimat pembuka untuk kultumnya malam ini. Ia panik, kalimat pembuka dengan kutipan berbahasa arab dan ayat-ayat Al Quran tak kunjung ia hapal. Belum lagi untuk menjadi imam tarawih, tak banyak surat-surat pendek yang dihapalnya.

" Waduh, kacau ini. Aku bisa bikin malu se-antero lingkungan RT. Apa kata dunia kalau aku sampai terbata-bata sampaikan kultum, dan macet bacaan saat jadi imam " Tono terus menggerutu dalam hati, bercampur panik luar biasa.

Waktu menunjukkan pukul 16.00, dan ini hari sabtu.

Pikiran Tono makin tak karuan. Dari siang ia hanya membolak-balik buku materi kultum. Tak satu pun kultum yang bisa ia hapal. Jangankan dihapalnya, memahami isinya saja dia sudah tak konsentrasi akibat gugup setengah mati. Belum lagi terpikir olehnya tarawih 23 rakaat yang harus ia pimpin. Tentu surat-surat pendek yang dihapalnya juga harus banyak. Tono makin stres. Terlintas pikiran buruk, bagaimana caranya mangkir dari tugas, dan menghilang.

Waktu berbuka puasa dan shalat magrib usai. Jam dinding rumah menunjukkan pukul 18.38. Gawat!

Tono menyerah? Iya. Dengan mantap ia memberanikan akan menemui ketua takmir masjid sebelum shalat isya malam ini. Ia akan jujur apa adanya bahwa dirinya tak siap sama sekali dengan amanah ini.

Terburu-buru langkahnya datang ke rumah takmir. 

" Assalamualaikum pak Tohir.." 5 menit kemudian Pak Tohir membukakan pintu.

" Kenapa Ton? pucet amat kamu " Tanya Pak Tohir sambil mengelus-elus perutnya yang makin buncit. Nampaknya Pak Tohir baru saja makan malam.

" Nganu pak, saya minta ganti jadi kultum sama imam tarawih. Saya enggap siap, sungguh. " Tono tampak sedikit memelas.

" Lho kok gitu? kan sudah dikasih tahu dari jauh-jauh hari Ton jadwalnya. lagian, mana ada imam cadangan di masjid kita, karena imam yang biasa isi kultum dan petugas imam, malam ini juga ada jadwal di tempat lain. Sudahlah, kultum apa kek materinya. Enggak usah lama-lama, 5 menit aja. Terus bacaan imam, masak kamu enggak hapal surat-surat pendek, kan kamu lulusan IAIN? " Panjang lebar pak Tohir meyakinkan Tono agar tetap maju bertugas.

Tono seketika lemas. Ia ingin sanggah ucapan pak Tohir, namun tak punya alasan lagi. 

" Ya udah pak, bismillah.."

" Nah, gitu dong. Yuk siap-siap ke masjid "

**

Shalat isya berjamaah usai. Tono yang celingak-celinguk sedari tadi berusaha menghilangkan gugupnya, akhirnya dipersilahkan pengurus untuk naik mimbar.

" Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh " Tono memulai kultumnya dengan Muqoddimah awal. 

" Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh.." serentak seisi masjid menjawab salam.

Hening sejenak. cukup hening hingga satu menit. 

" Berhubung saya masih ustad amatiran, saya sebetulnya belum siap kultum bahkan imam tarawih. Mohon para jamaah bisa memahami. " ucap Tono kemudian dengan lantang.

Tono hanya sampaikan kultum tak sampai 5 menit. Lipatan kertas berisi materi kultum singkat ala KH. Zainuddin, MZ membantunya melewati 5 menit tergugup dalam hidupnya. Isi materinya pun singkat, dan ia hanya membaca. 

Tugas pertama usai. Kini, Tono dihadapkan pada ujian terberat sesungguhnya, menjadi imam tarawih berjumlah 23 rakaat.

Ia maju ke shaf imam. Ia tengok ke belakang, shaf jamaah tak sampai dua baris, mengingat ini sudah memasuki ramadhan malam ke 24. Ia sedikit lega. Makin sedikit jumlah jamaah yang hadir, membuat rasa gugupnya berkurang. 

" Allahu Akbar!" Tono memulai takbir pertama pada dua rakaat awal tarawih. Di luar masjid, anak-anak begitu berisik membunyikan petasan. Berkali-kali membuat jamaah kaget, dan tersulut emosi. 

Dua rakaat awal, sukses Tono pimpin. Walau bacaan Qurannya tak buruk-buruk sekali, ia sukses melewati dua rakaat awal dengan bacaan cepat.

" Allahu Akbar!' Tono memulai takbir lagi untuk dua rakaat tarawih berikutnya.

Ddduaaaaaaarrrrrr....dduuaaarrrrr... dduuuuarrrr. 3 petasan terbang, dan masuk ke dalam masjid lalu meledak keras. Satu petasan menyasar mimbar dan meledak, persis di samping Tono. Bau menyengat seperti bubuk mesiu, membuat isi masjid kalang kabut. 

" Astaghfirulloh.. kerjaan siapa ini! " Masjid riuh, bapak-bapak jamaah, berhamburan keluar mengejar pelaku yang diduga anak-anak tadi. 

Tono hanya diam terpaku di atas sajadah imam, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Ia masih terkejut dengan ledakan petasan tepat disampingnya. Kini hanya tinggal Tono dan beberapa jamaah yang bertahan, yang lain mengejar pelaku peledak petasan. 

" Terus gimana ini, pak? lanjut, enggak?" tanya Tono kepada salah satu pengurus di belakangnya.

" Udah, bubar aja Ton, lanjut tarawih di rumah masing-masing aja. Lagipula jamaah sudah kehilangan mood. " ucap bapak itu sambil berdiri dan berlalu pergi.

Sambil beranjak pulang, Tono masih belum percaya dengan apa yang ia alami. Satu sisi ia lega karena tak berlanjut jadi imam tarawih, karena ketidaksiapannya. Namun di sisi lain, ia merasa berdosa karena ikut menyetujui usai shalat tarawih berjamaah karena insiden petasan. 

Nb: ini kisah nyata di kampung saya di pertengahan 2000-an. Nama pelaku saya ganti. Memang ini bukan cerita humor. Tapi, gagalnya Tono jadi imam, saya anggap keberuntungan dan humor tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun