Mohon tunggu...
Irsyadul Umam
Irsyadul Umam Mohon Tunggu... Petani - Pelajar dengan keseharian ngopi dan sedikit melihat lingkungan sekitar

Corat Coret di toilet

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Hikayat Perkenalan Kopi

24 April 2020   00:22 Diperbarui: 24 April 2020   00:27 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; jatimnet.com

Sebagai senior setahun. dan sedaerah pula. Aziz yang sok kenal dan sombong itu menyodorkan segelas minuman. Hitam sekali warnanya. Pekat seperi rembulan yang tengah bersedih. Seperti kotoran kambing yang mirip sukro. Hanya warnanya saja,baunya tidak. Di pinggirran gelas masih menempel tak beraturan semacam pasir kali manjuto belakang rumah. Tak nikmat sekali minuman ini di pandang. Kenapa Aziz tak memesankan jus, ataupun susu yang sedap dipandng.

 Belum diantar saja tenggorokan sudak tersenyum kauitu susu. Dengan bangga ia sodorkan minuman itu, ini adalah kopi . Kopi semacam ini merupakan minuman ksatria-ksatria jaman dulu. ilmuan ilmuan jaman dulu. pemuka agama seperti Kyaimu juga minum ini. Kau mau bercita-cita tinggi? inilah minuman wajibmu. Dia berhenti membual sejurus saat dia meletakan kopi itu  dimejaku. Aku tau nama itu kopi  baru beberapa detikyang lalu.

Malam itu kulihat kopi itu, kucicicp sedikit hanya pahit yang kurasa. Suara Aziz si kelinci dari dalam terdengar sayup-sayup, semakin hitam semakin cepat kau jadi orang hebat. semakin Pahit kau semakin hebat, cerdas pula.  belum sempat kuminum,masih mencicip tepatnya, kuletakan lagi gelas di meja. Gara gara ucapan Aziz  tadi. Pada malamitu benar heran aku dengan segelas minuman raja jenis aneh ini. Apakah raja tak kuat membeli anggur . 

Apakah raja tak mampu memesan susu dari sapi-sapi paling berkualitas. Malam itu kuteguk kopi itu. Habis Tak bersisa. Aku dan Aziz pulang setelah lumayan larut. Aziz kembali membual, karna kau habiskan kopi itu,minuman raja itu, kuyakin kaujuga berpotensi jadi pembesar. Rutinlah  meminum minuman itu.Bual senior itu dengan menepuk pundaku.

Jam 11 malam. Di kamar aku masih mmikirkan raja dari mana yang meminum kopi. Minuman pahit itu siapa pula yang akan meminumnya. Saya teringat cerita raja-raja romawi yang menyukai anggur. tak pernah dari cerita apapun yang berbicara kalau raja suka kopi. Toh di tsuroya, kopi hanya seharga sepuluh permen kis. Tak mungkin raja meminum kopi hina itu . jelas sudah.

Jam 12 malam. Sebenarnya kopi tadi terbuat dari bahan apa saja. Apakah mungkin kotoran kambing dicampurkan disana. Atau mungkin pewaranaya adalah sari patinya. Boleh jadi dihargai murah karena benar dari  kotoran. Tidak mungkin, bantahku sendiri. Kotoran kambing pasti lembut . 

Di bibiran gelas, nampak serbuk yang keras seprti telah ditumbuk. Tidak mungkin kotoran kambing dicampurkanya. Aku menimbang, apakah mungkin pasirlah yang di campur di kopi tu. Pasir hitam dari pantai belakang pesantren. Bukan, bantahku kembali. Pasir tak mungkin larut dan melarutkan cairan pewarna.  Atau mungkin isi pena. Atau mungkin rambut manusia yang dibusukan . atau biji sejenis buah. Atau itu benar-benar kotoran kambing. 

Jam 1 malam ,1 pagi pasnya. Belum bisa tidur, Apakah minuman itu cuk, umpatku.

Jam 2 pagi, Kuumpati Aziz buaya yang mengajaku . Kumaki abis-abisan. Sumpah serapah kuhadiahkan padanya. Nama hewan kulekatan semua. Tiada absen barangkali satupun.

Jam 3 pagi, masih berpikir apa sebabnya aku trus memikirkan kopi itu. Apa kopi itu semacam cairan guna-guna yang membuatku berpikir untuk memikir kopi itu sendiri. Apa sebenarnya kopi itu, kuulangi lagi umpatan ke aziz, dialah peracunya tiada lain. Belum selesai  aku menghujani aziz dengan umpatan dari bangsa tumbuhan, sirine tanda bangun  istigotsah berbunyi. Mulai patrolilah keamanan pondok, kupaksa bangun dan kuangkat kaki dengan sempoyongan ke padasan tempat wudhu. 

Sialan, bangun Kesiangan. Kulihat arloji diperglanganku. Tepatjam 8. Ternyata aku tertidur selepas sholat tadi. Aku lari menuju kamar kemudian secepat kilat memasuki kamar mandi yang sedikit jorok itu. tak lama aku telah siap berangkat ke sekolah. Kulihat jam, 8;15 tepat. Takapalah berangkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun