Kerugian korupsi tidak hanya dirasakan oleh bangsa sendiri, akan tetapi dapat dirasakan oleh bangsa lain. Keterbukaan informasi saat ini menjadi faktor yang dominan dalam akses penyebaran informasi, termasuk didalamnya adalah informasi terkait korupsi di suatu bangsa.Â
Jika suatu bangsa diberitakan melakukan korupsi oleh media online, maka informasi tersebut akan segera tersebar dan meninggalkan jejak di media online.Â
Menurut  WEF (World Economic Forum),  Corruption Perception Index published by Transparency International bahwa pengurangan tingkat korupsi berdampak positif pada tingkat daya saing pariwisata lintas bangsa.Â
Hal ini menunjukkan bahwa citra bangsa akan terpengaruh dan diberikan label oleh calon wisatawan yang berkunjung di suatu negara sebagai bangsa korupsi. Indonesia menunjukkan kondisi sebaliknya dengan meningkatnya jumlah nilai dalam daya saing pariwisata di internasional.Â
Menurut Kemenpar dari data yang dikeluarkan oleh WEF (World Economic Forum) tahun 2013 nilai yang diperoleh sebesar 4,00 pada posisi peringkat 70. Tahun 2017 nilai yang diperoleh naik sebesar 4,16 pada posisi peringkat 42.
2. Menurunkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
Korupsi memberikan efek berantai dalam berbagai hal, termasuk dari pariwisata dalam hal jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Informasi suatu bangsa yang akan dikunjungi akan dicari oleh calon wisatawa.Â
Jika informasi tersebut selain memunculkan informasi tentang destinasi wisata pilihan, juga memunculkan informasi tentang korupsi.Â
Maka wisatawan mancanegara akan terpengaruh dengan informasi korupsi. Kerugian yang bisa dirasakan adalah wisatawan akan batal mengunjungi bangsa yang akan dijadikan tujuan berwisata dan mengunjungi bangsa lain. Â
Dapat diambil kesimpulan bahwa jika wisatawan mancanegara terpengaruh dan batal untuk mengunjungi suatu bangsa, maka jumlah kunjungan wisatawan mancanegara akan menurun. Berbeda dengan Indonesia yang menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
3. Mempercepat perizinan dalam sektor pariwisata