Bu Mega sendiri pernah 2x digoyang dari partainya, pertama lewat peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli) karena adanya dualisme antara Suryadi di PDI yang didukung Rezim Orde Baru dengan Megawati yang memenangkan Kongres PDI dan harusnya menjadi Ketua Umum PDI.
Bu Mega akhirnya mendirikan PDI Perjuangan, karena PDI yang seharusnya sah menjadi miliknya direbut secara paksa oleh Suryadi yang seharusnya kalah di Kongres.
PDIP yang dipimpin Bu Mega berhasil memenangkan Pemilu 1999 yang merupakan pemilu pertama pasca-reformasi.Kedua ia digoyang dalam Kongres II PDIP di Bali tahun 2005, ia dikhianati oleh orang-orang terdekatnya sendiri seperti Laksamana Sukardi dan Arifin Panigoro yang hendak mendongkel Megawati.
Mereka merasa kekalahan Megawati di Pilpres 2004 karena ketidakbecusan Bu Mega sebagai Ketum PDIP dan mereka merasa bisa jadi ketum yang lebih baik dari Bu Mega, bahkan beberapa dari mereka ada yang mencoba merapat ke Istana dan berusaha mengantongi dukungan Pak SBY dengan harapan mereka bisa mendongkel Bu Mega.
Kongres II PDIP di Bali, rupanya dimenangkan oleh Bu Mega dan kandidat-kandidat yang lain yang kalah membuat partai tandingan PDIP. Rupanya semua partai tandingan itu tidak ada yang lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada Pemilu 2009.
Kongres II PDIP di Bali tahun 2005, merupakan badai terbesar dalam internal PDIP setelah Kudatuli. Namun begitulah semakin tinggi pohon, semakin deras angin menerjang daun. Setelah 2005, badai itu pun berlalu kongres-kongres PDIP setelahnya Bu Mega selalu menang aklamasi dan tanpa gejolak yang berarti.
Dari uraian ini kita bisa menyimpulkan, Megawati memang punya kualitas bila dibandingkan anak Sukarno yang lain dan anggapan bahwa ia mencapai puncak karena bermodalkan anaknya Sukarno tidak sepenuhnya benar.
Tentunya sebagai politisi senior yang pernah memegang jabatan Presiden Republik Indonesia dan menjadi ketum parpol terlama, Bu Mega pastinya memiliki akal yang panjang.
2. Adanya perubahan strategi dari Bu Megawati dan jajaran internal pengurus DPP PDIP.
Pembahasan ini masih beririsan dengan pembahasan pertama terkait intuisi politik Bu Mega. Bu Mega melihat kans untuk ngotot memenangkan Ganjar sudah sulit dan elektabilitasnya terus menurun.
Elektabilitas Ganjar yang semula tertinggi kemudian menurun terus, karena beberapa blunder dan kesalahan positioning kampanye.