Mohon tunggu...
Irsan Husain
Irsan Husain Mohon Tunggu... -

Aktifis Serikat Pekerja Maritim Indonesia. Mendirikan LSM : Labour Education And Development Syndicate. Sekarang juga Sekejend Serikat Pekerja Angutan Pelabuhan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Toko Buku Usang di Depan Cafe

20 November 2009   01:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:16 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

”Agama apapun mengajarkan cinta. Tuhan dari Agama manapun tidak pernah mengajarkan kebencian.” waw, aku rada sensi dia langsung bicara agama di awal-awal perbicangan. Gerah. Entah kenapa aku tiba-tiba merasa digurui. Dan tiba-tiba aku berniat untuk cepat-cepat menghabiskan kopi panasku ini. Aku nggak mau bicara agama.

’Kamu tahu sesuatu nggak?” kenapa orang-orang tua di dunia ini banyak yang ditinggalkan oleh teman, oleh sahabat, dan banyak orang disekitarnya tidak peduli dengan keberadaannya.?” dia beranjak ke pembicaraan berikutnya.

Ya, bahkan terkadang, anak-anak nya pun melupakannya. Kamu tahu kenapa? Melihat aku berfikir keras dia langsung menyambar opini nya dengan penjelasan pertanyaannya itu. ”karena sewaktu muda dia tidak memiliki cinta”.

” apa yang mau kita sombongkan sekarang? Harta, Jabatan, Rumah besar, mobil yang bagus, perhiasan. Apa itu yang akan kita sombongkan sekarang. Lalu kita disibukkan dengan harta-harta itu. Waktu kita dihabiskan percumah untuk mengejar semua itu. Bahkan kita repot mengatur waktu untuk meraup segala mimpi kita itu. Saat kita muda, kita tidak pernah membagi kebersamaan dan kehangatan pada orang lain. Yang kita fikirkan hanya diri kita sendiri.

Saat semua itu terjadi, kita lupa membangun tataran kasih sayang. Pada keluarga, pada sahabat-sahabat kita, pada orang-orang lain disekitar kita. Kita asyik dengan diri kita sendiri. Dengan kesombongan yang kita bangun sendiri. Dan kita sering berfikir bahwa hari tua itu miliki orang lain, bukan untuk kita. Tertawa hanya miliki kita dan tangisan tidak akan pernah mampir dalam diri kita.

Kita tiada sadar akan lakon kehidupan. Kita hanya berfikir, sakit hanya milik orang, dan kematian tidak akan mempir dalam hidup kita. Sehingga kita larut dalam euforia yang luar biasa besarnya. Hingga tua menghampiri kita. Hingga sakit dan kematian menghampiri kita.

Cinta tidak pernah kita bangun. Rasa sayang tidak pernah kita berikan kepada mahluk. Kita ambil sendiri. Maka tua akan menghampiri kita. Kita sakit-sakitan tidak akan ada yang merasa empati turut merasa apa yang kita rasa. Anak-anak akan sibuk dengan dirinya sendiri karena mereka tidak pernah merasakan pengorbanan cinta kita untuk mereka. Begitu juga dengan orang-orang disekitar kita. Sahabat, teman, atau siapapun yang dulu bersama kita tidak ada perhatian pada kita karena cinta yang palsu yang kita beri. Sekedar basa-basi saja.

Nak, hargailah waktumu. Tebarkanlah cinta kepada siapapun. Rangkul mereka dengan kasih sayang. Yakinlah kau akan bahagia hingga akhir hayatmu. Kamu Kristiani? Dia bertanya kepadaku. Aku kaget. Karena aku masih terperangah tentang konsep cinta yang dia sampaikan tadi. ”bapak bertanya apa?” aku menanyakan ulang kepadanya. ” kamu percaya tuhan dan beragama?” oh ya, jawabku singkat. Agak aneh memang, biasanya orang-orang Australia jarang bicarakan agama. Karena memang dianggap privat dan kurang lazim untuk ditanyakan.

Aku hanya berfikir, mungkin dia seorang pendeta. Perawakannya mendukung itu. Apalagi mungkin itu konsep ”dakwah” mereka fikirku. ” aku seorang muslim pak” aku menambahkan jawabanku. ” saya Yahudi” dia menyambut jawabanku sambil tersenyum. Aku mengangguk-angguk seperti mendengarkan dosen yang sedang memberikan kuliah.

Salut aku mendengarkan paparannya tentang cinta. Aku jadi penasaran dengan buku yang dia pegang. Jangan-jangan quotasion dari buku itu yang dia nukilkan tadi, pertanyaan nakal mampir dibenakku. Ah, Cuma bisa nyadur doank nih orang fikirku. Dia aja udah tua, nggak ada yang memperhatikan dia. Termasuk aku. Kan aku menegurnya karena aku butuh tempat duduk ini saja, fikiran kotorku menjelajahi hatiku.

”hai dad... sudah lama menungguku” suara wanita dari arah belakangku seperti menyapa lelaki Itali tua ini. sekelebat akupun menoleh menyambangi sumber suara. Alamak, kagetnya aku. Ternyata dia. Wanita yang selama ini aku perhatikan dari kursi ini yang ada di depan toko buku usang itu ada belakangku. Jantungku berhenti sejenak. Darah kencang mengalir entah kemana. Kagat luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun