Baru-baru ini saat saya iseng scrolling sosial media sambil membunuh rasa bosan selama perjalanan di commuter line, ada satu konten yang cukup menarik perhatian saya. Namun tak hanya kontennya, tapi juga cuit-cuitan netizen di kolom komentar membuat saya tersenyum-senyum. Komentar-komentar netizen tersebut pastinya sedikit banyak mewakili apa yang dirasakan oleh netizen lainnya.
Konten tersebut rupanya berisi informasi bahwa Maroon 5 dikonfirmasi akan mengadakan konser di Jakarta. Buat yang kurang familiar, Maroon 5 adalah band asal Los Angeles yang populer di awal tahun 2000an. Beberapa lagunya yang sangat hits kala itu antara lain "This Love", "She Will Be Love", "Moves Like Jagger", dan masih banyak lagi.
Begitu informasi tersebut di-post di Instagram, kolom komentar pun langsung diserbu netizen. Dengan nada bercanda, mereka mengeluhkan isi kantong mereka kian terkuras dan dompet pun menjerit. Masalahnya belakangan ini banyak sekali musisi dan band luar negeri yang lagu-lagunya sangat populer di era 90an hingga 2000an mengadakan konser di Jakarta.
Sebelum konfirmasi konser Maroon 5 ini, sudah ada beberapa konser musik yang dikonfirmasi dan/atau sudah dilaksanakan di Jakarta sejak tahun 2023. Sebut saja Black Pink, Coldplay, The Corrs, Bruno Mars, Ed Sheeran, Michael Learns To Rock, The Script, Super Junior, Green Day, Firehouse, dan lainnya.Â
Tak hanya band-band luar negeri, musisi-musisi lokal yang sangat populer pada zamannya juga ikut menggelar konsernya di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Ada Raisa, Sheila On 7, Kahitna, dan lainnya.
Seni Memenangkan War Tiket Konser dan Serunya Nonton Konser
Pembaca mungkin ingat betapa hebohnya momen war (perang/berburu) tiket konser Coldplay awal tahun 2023 lalu?Â
Saya sempat ikut war demi membantu seseorang untuk memenangkan tiket konser Coldplay tersebut. Padahal saya sendiri bukan penggemar Coldplay. Tapi berhubung saat itu pandemi Covid-19 baru saja dinyatakan selesai, sudah pasti konser Coldplay ini akan tinggi peminat. Jadi selain membantu, hitung-hitung saya belajar nge-war tiket.
Kalau diingat-ingat, mengikuti war tiket konser memang punya seni tersendiri karena dibutuhkan beberapa persiapan. Mulai dari menggunakan beberapa gadget untuk memperbesar kemungkinan menang war, jaringan internet yang stabil, data-data pribadi yang dibutuhkan, media pembayaran online dengan saldo yang cukup, hingga menetapkan alternatif kelas tiket sebagai antisipasi jika kelas yang sudah kita targetkan habis.Â
Intinya persiapan-persiapan ini dibutuhkan untuk mempercepat waktu eksekusi tiket begitu akses pembelian dibuka. Jangan sampai kita kehabisan waktu karena kebanyakan mikir.
Saya akui mengikuti war tiket konser membuat adrenalin jadi terpacu. Apalagi jika kita juga bisa memenangkan tiket tersebut, rasanya puas bukan main. Selanjutnya, menonton konser pun tak kalah seru. Apalagi jika memang kita merupakan penggemar berat musisi atau band tersebut. Bisa bernyanyi secara langsung bersama dengan penyanyi aslinya dan didukung dengan sound system yang mantap, tentunya akan membangkitkan rasa semangat dan euforia, sampai bisa menghilangkan stres setidaknya selama beberapa jam.
Dibalik Konser Musik yang Bertaburan, Ada Isi Kantong yang Berguguran
Dari apa yang saya amati, setiap kali satu konser terlaksana dengan sukses dan tiket terjual habis, maka akan muncul konser-konser lainnya. Apalagi jika ternyata konser tersebut akan menarik banyak peminat.Â
Para penggemar akan bersaing ketat untuk bisa memenangkan tiket konser. Bahkan tidak menutup kemungkinan para penggemar tersebut ikut berebut dengan para calo tiket atau penggemar dari negara lain. Tentunya pihak promotor akan melihat hal ini sebagai ladang yang sangat menjanjikan.
Berikut ini beberapa penyebab yang saya amati dibalik bertaburnya perhelatan konser di Jakarta:
1. Pandemi Covid-19 sempat menahan kita untuk berkumpul secara massal dan menerapkan social distancing sebagai bagian dari protokol kesehatan. Jadi begitu pandemi dinyatakan selesai, semua orang seolah "balas dendam" karena merasa haus dan rindu untuk berkumpul dan bersenang-senang seperti yang bisa dialami saat konser berlangsung. Jadi gelaran konserpun akan disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya.
2. Generasi milenial boleh dikatakan menjadi target utama promotor-promotor konser. Asumsinya, kelompok generasi tersebut adalah generasi produktif yang sudah punya penghasilan sendiri dan sudah lebih mapan.Â
Para promotor pun berlomba-lomba mendulang penghasilan dengan mendatangkan penyanyi dan band-band yang dulu selalu menemani masa-masa remaja generasi milenial. Mereka memanfaatkan kerinduan generasi milenial untuk bernostalgia ke masa-masa sekolah melalui band-band tersebut.
3. Berbeda dengan generasi baby boomers, generasi milenial biasanya lebih mengedepankan pengalaman dibanding fokus berinvestasi. Bagi mereka uang masih bisa dicari, tapi datangnya kesempatan untuk suatu pengalaman tidak selalu bisa ditemui. Oleh sebab itu tak sedikit juga dari mereka yang menganut pemikiran YOLO (you only life once) dan FOMO (fear of missing out).Â
Jadi tanpa berpikir terlalu panjang, mereka akan langsung eksekusi tiket konser penyanyi atau band kesayangannya karena menurut mereka bisa jadi kesempatan ini datang hanya sekali seumur hidup atau semata-mata tidak ingin ketinggalan tren.
4. Harus diakui bahwa pandemi Covid-19 sempat mematikan perekonomian dari sektor hiburan dan pariwisata. Jadi perhelatan konser-konser mancanegara tentu sangat memberi pengaruh positif dalam upaya pemulihan perekonomian negara.Â
Tingkat okupansi hotel, moda transportasi, hingga produksi material promosi (souvenir), jelas ikut berkontribusi dalam menggerakkan kembali roda perekonomian. Tak hanya itu, pajak hiburan sebesar 15% juga ikut menyumbang pemasukan bagi negara.
Maka ketika promotor-promotor tersebut mendatangkan musisi dan band-band populer untuk menggelar konser satu demi satu, semakin terkuras pula kantong-kantong para penggemar. Hihi..
Nonton Konser Boleh, Tapi Jangan Lupa Ini
Sama seperti generasi milenial lainnya, saya juga punya musisi atau band favorit. Dan ya, saya juga suka mengikuti konser. Meski demikian, saya termasuk selektif dalam memilih konser-konser yang ingin saya hadiri. Saya juga tidak terlalu bersikeras sampai harus melakukan berbagai cara atau sampai rela membayar tiket lebih mahal dari harga resmi yang ditetapkan promotor.
Hingga saat ini saya baru satu kali ikut konser, yakni Bon Jovi di tahun 2018. Dan di bulan Februari 2025 nanti, saya akan ikut konser Green Day, band rock asal California.
Boleh dibilang range harga kelas-kelas tiket konser sekarang ini tergolong mahal untuk saya pribadi. Sebagai contoh harga tiket Coldplay kemarin yang dibanderol mulai dari 800 ribu rupiah untuk kelas terendah, hingga Rp. 11 juta rupiah untuk kelas Ultimate Experience. Itupun belum termasuk pajak 15%, convenience fee 5%, dan biaya tambahan lain. Fantastis bukan?
Range harga tiket beberapa konser di tahun 2024 ini juga berkisar 800 ribuan hingga 7 jutaan. Namun jika konteksnya adalah memperoleh pengalaman, dengan harga-harga konser tersebut malahan saya bisa mendapat pengalaman yang menurut saya lebih 'kaya', yakni traveling ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi.Â
Jadi selain selektif, biasanya saya juga akan memilih kelas terendah saat mengikuti konser, karena menurut saya yang paling penting adalah suasananya. Tidak masalah jika jarak pandang saya ke panggung cukup jauh.
Nonton konser boleh saja, tapi alokasi dana tetap harus diperhatikan. Jangan sampai karena terus-menerus ikut konser dengan alasan YOLO dan FOMO tadi, kondisi keuangan jadi lebih besar pasak daripada tiang. Apalagi kalau sampai lari ke pinjol hanya demi euforia selama beberapa jam.
Jangan lupa bahwa masih ada hari esok yang perlu dipikirkan. Bahwa masih ada dana pensiun dan dana darurat yang harus disiapkan. Biaya hidup semakin tinggi, harga properti semakin tak masuk akal, komponen potongan pajak di gaji kita makin bertambah banyak, lapangan kerja semakin sedikit, requirement dan persaingan kerja juga semakin ketat. Belum lagi kalau kamu suka ngopi-ngopi cantik di kafe atau check out online shop.
Beda cerita kalau kamu tergolong anak sultan atau keturunan 9 naga. Jangankan nonton konser berkali-kali, mungkin kamu bisa undang band-nya sekalian di acara pernikahanmu macam keluarga Ambani. Eh tapi itu kalau sudah ada jodohnya sih. Hihihi...
Yuk bisa yuk, lebih selektif kalau mau nonton konser karena mungkin masih akan ada lebih banyak perhelatan konser kedepannya. Saya lihat sudah banyak bocoran musisi yang berencana menggelar konser di Jakarta. Jangan sampai lengah dikit, uang jadi wirstband konser. So kamu sudah beli tiket konser siapa saja nih? Cerita di kolom komentar ya!
Cherio!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H