3. Pemecahan/Metabolisme Obat (Drug Breakdown)
DNA juga akan menentukan kecepatan tubuh dalam memecah obat (metabolisme), sehingga mempengaruhi kadar obat dalam tubuh. Apabila tubuh memiliki kemampuan yang lambat dalam memecah obat, maka dosis obat yang dibutuhkan akan lebih sedikit untuk mencegah efek toksik karena kadar obat yang berlebih dalam tubuh, dan sebaliknya.
Farmakogenomik memungkinkan kita untuk melihat bagaimana DNA mempengaruhi tubuh dalam merespon obat. Farmakogenomik ini akan bermanfaat dalam penerapan precision medicine (personalized medicine), yang akan memungkinkan tenaga medis/tenaga kesehatan dapat memilih dan menentukan skema pengobatan (regimen dosis, cara pemberian, hingga alternatif obat) yang lebih spesifik, akurat, dan lebih aman untuk seorang pasien atau sekelompok pasien yang memiliki genetik yang mirip atau sama.
Manfaat Farmakogenomik dalam Pengobatan
Jika ditelaah lebih lanjut, ada cukup banyak manfaat yang dapat diperoleh dari farmakogenomik ini, antara lain :
1. Menurunkan angka polifarmasi
Satu dari 12 lansia di Indonesia ditemukan menerima polifarmasi berlebihan. Beberapa kondisi kronis dan peningkatan lama rawat inap di rumah sakit menjadi faktor yang berhubungan dengan polifarmasi berlebihan (Faisah, S. et al, 2023).
Walaupun belum ada definisi baku dari polifarmasi, WHO mendefinisikan polifarmasi sebagai penggunaan lebih dari 5 jenis obat secara bersamaan.
Umumnya polifarmasi ditemukan pada lansia karena umumnya fungsi organ tubuhnya sudah banyak menurun dan menderita banyak penyakit. Oleh sebab itu polifarmasi berisiko menimbulkan interaksi obat, dimana khasiat satu obat berkurang atau bahkan hilang akibat obat lainnya, maupun efek samping yang tidak diinginkan.
Farmakogenomik memungkinkan dokter untuk memberikan obat yang lebih spesifik dan bekerja paling maksimal, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka polifarmasi.
2. Menurunkan efek samping dan meningkatkan efikasi