Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menunda Pernikahan, Antara Tuntutan Vs Realita

16 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 17 Februari 2024   17:17 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Drew Coffman via unsplash.com

Perlu dicatat, ini bukan berarti kita terlalu memilih (picky) soal pasangan. Kita berhak memiliki kriteria tertentu untuk memilih orang yang tepat, karena seumur hidup terlalu lama jika kita sampai salah memilih pasangan. Asal kita tetap cerdas membuka diri pada pergaulan yang sehat, percayalah kita akan menemukan pasangan yang tepat pada waktunya.

Tuntutan Vs Realita dan Keyakinan

Sebagai wanita, saya tidak setuju kalau ada pria yang berpendapat bahwa wanita harus berani hidup susah dengan suaminya.

Bagaimana tidak? Orangtua kita susah payah sampai jungkir balik supaya anaknya punya kehidupan dan masa depan yang lebih baik. Tentu mereka tidak rela jika akhirnya hidup si anak malah kesusahan setelah menikah, kecuali memang si anak sendiri yang membuat pilihan itu. Lagipula tentu tidak ada pasangan yang menikah hanya untuk mengalami kehidupan yang sulit kan?

Pernikahan dan hidup berkeluarga pada dasarnya merupakan keputusan yang harus benar-benar dipersiapkan dengan matang. Menikah bukan cuma soal kecukupan usia, atau bagaimana menggelar resepsi yang mewah dan berkesan, melainkan bagaimana supaya pasangan tersebut tetap konsisten menjalani komitmen berumah tangga dalam keadaan senang dan susah, untung dan malang, sehat dan sakit, hingga maut memisahkan.

Oleh sebab itu kita tetap perlu berpikir realistis terhadap kondisi saat ini dan proyeksi kedepannya. Bukan hanya dibutakan oleh euforia rasa cinta semata, atau hanya supaya tidak terus-terusan ditanya 'kapan kawin?' oleh orang-orang yang kepo. Ingat, bisa jadi mereka yang bertanya seperti itu justru akan memalingkan muka ketika rumah tangga kita membutuhkan bantuan.

Menunda pernikahan bukan sesuatu hal yang buruk. Ingat bahwa menikah bukanlah suatu ajang perlombaan, melainkan seberapa siap kita dalam hal mental, fisik, dan finansial untuk menjalani komitmen seumur hidup dengan pasangan yang kita pilih. Jangan cuma gara-gara kita gerah dengan tuntutan dari orang lain, kita malah meragukan atau bahkan mengabaikan keyakinan dan kesiapan diri sendiri.

Cherio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun