Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Emang Salah Kalau Saya 'Picky' Soal Pasangan?

22 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 22 Agustus 2023   15:17 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Everton Vila via unsplash.com)

Menentukan pasangan hidup tidak seperti memilih barang di supermarket atau memilih tanggal pernikahan

Kalau belanja ke supermarket, biasanya saya lumayan lama saat memilih barang yang akan saya beli saking banyaknya variasi. Beda merek, beda varian, beda keunggulan, dan pastinya beda harga. Bisa jadi barang yang akhirnya kita pilih ternyata tidak cocok dengan kita sehingga next time saya mungkin harus mengganti pilihan saya. 

Kalau dalam memilih barang di supermarket saja kita bisa memiliki banyak pertimbangan, apalagi kalau memilih pasangan yang akan menemani sepanjang sisa hidup kita. Tentu saya tidak ingin salah pilih karena memilih pasangan hidup tidak seperti memilih barang di supermarket yang bisa saja diganti atau ditukar bipa ternyata tidak cocok.

Menentukan tanggal pernikahan juga mungkin tak serumit yang dibayangkan. Asal kedua belah pihak cocok, tanggal pun bisa ditentukan. Dana pernikahan, vendor-vendor, tamu undangan, dan lainnya tinggal mengikuti.

Namun jangan dipikir setelah resepsi, hidup hanya enak-enak saja. Akan ada banyak hal-hal tak terduga dalam kehidupan berumah tangga di masa depan. Entah itu hal yang menyenangkan bak angin sepoi-sepoi, atau hal buruk bagai angin puting beliung.

Untuk bisa melewati itu semua, kita harus yakin apakah kita dan pasangan memiliki visi dan tujuan hidup yang bersinergi dan saling melengkapi? Apakah kita mampu saling menjaga komunikasi dengan baik? Apakah kita siap berkomitmen untuk saling setia, percaya, dan mendukung satu sama lain?

Jangan kompromikan masa depan hanya karena merasa tertinggal

Sebagai seseorang yang dibesarkan dengan ajaran agama Katolik dan berlatar budaya keluarga Batak, saya selalu memandang bahwa pernikahan bersifat monogami (satu untuk selamanya) dan tak terceraikan. Tidak ada yang dapat memisahkan selain maut.

Prinsip itu jelas mempengaruhi pandangan saya dalam menentukan kriteria pasangan hidup. Tentu saya tidak ingin mengkompromikan masa depan saya hanya karena merasa tertinggal dari timeline orang lain.

Pasangan hidup adalah seseorang yang akan menemani dan mendampingi selama sisa hidup kita. Jadi saya pikir, menemukan pasangan yang tepat adalah keputusan yang sangat penting.

Tentu kita tidak ingin pasangan kita begitu mudah minta berpisah hanya karena merasa sudah tidak ada kecocokan macam artis-artis di infotaintment itu, ya kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun