Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

[Resensi] Kisah Perjuangan Empat Sahabat untuk Memiliki Rumah di "Home Sweet Loan"

11 Maret 2023   14:12 Diperbarui: 11 Maret 2023   20:26 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi pribadi)

Meski ceritanya terkesan receh, tapi sebetulnya ada banyak moral cerita yang bisa pembaca petik dari novel ini. Penulisnya mengangkat isu masa kini yang dihadapi para kaum urban usia produktif yang saat ini didominasi oleh generasi milenial, yakni sulitnya mencari rumah di Jakarta dengan harga yang 'masuk akal'.

Generasi milenial semakin sulit memiliki properti?

Pembaca yang gemar nonton drama korea seperti saya pastilah sudah tidak asing dengan istilah 'Chaebol'. Pernah dengar? Duh, bukan cebol loh ya. 

Chaebol adalah istilah di Korea Selatan yang menggambarkan kondisi keluarga konglomerat yang memiliki jaringan perusahaan-perusahaan besar. Intinya kaya raya delapan turunan!

Nah jika kita bukan orang yang punya privilege lahir di keluarga chaebol, jangan mimpi bisa pilih rumah yang ingin dibeli di Jakarta dengan sesuka hati. Boleh dibilang, harga tanah dan rumah di wilayah Jakarta semakin tidak masuk akal.

Kalaupun ada rumah dengan harga terjangkau, harus puas dengan lokasinya yang jauh dari Jakarta dan tentunya dengan tenor cicilan puluhan tahun. Atau kalau tidak mau ribet membayangkan perjuangan pulang-pergi kerja dengan transportasi massal, bisa juga membeli sekotak apartemen di tengah kota. Ya sekotak dan tidak termasuk tanahnya! Harganya juga tidak terlalu beda jauh dengan rumah tapak di luar Jakarta.

Tapi itu semua jelas hanya mimpi belaka jika tidak memiliki komitmen kuat dan konsisten dalam menabung. Mau nabung juga rasanya nggak akan cukup-cukup karena setiap tahun harga tanah dan properti terus naik. Apalagi jika kita masih menuruti keinginan hedonisme untuk bisa ngopi-ngopi syantiek di kafe, shopping barang branded di mall, bolak-balik check out di online shop, sampai traveling dengan alih-alih healing.

Saat sudah berkeluarga, berusahalah untuk mandiri

Dalam novel ini diceritakan bahwa kedua kakak Kaluna yang sudah berkeluarga, masih tinggal bersama dengan kedua orangtua di bawah satu atap, namun terkesan sangat dimanja dan tidak mandiri hingga akhirnya menyulitkan seluruh keluarga.

Well, setelah berkeluarga memang idealnya hidup terpisah dari orangtua. Tapi dengan kondisi seperti sekarang ini, tidak semua pasangan yang baru menikah bisa seperti itu. Entah karena kondisi keuangan yang belum memadai, atau memang ada faktor lain. Tinggal bersama orangtua/mertua, mengontrak rumah/menyewa apartemen, atau membeli hunian sendiri setelah menikah, adalah hak masing-masing pribadi, dan setiap pilihan ada plus minusnya.

Ketika memutuskan untuk tinggal terpisah dari orangtua/mertua, pengeluaran rumah tangga pasti akan lebih besar dan kita benar-benar harus memutar otak untuk bisa mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun