Kembali belajar PUEBI
Saya setuju saat menulis agar jangan terlalu kaku mengikuti PUEBI. Apalagi semakin kesini, banyak istilah gaul yang lebih populer. Saya tidak ingin orang lain membaca tulisan saya seperti membaca jurnal ilmiah. Tapi saat menulis, sedikit demi sedikit dan mau tak mau saya harus mengecek PUEBI sesekali untuk memperkaya kosakata.
Latihan menyunting
Ada yang bilang, selama proses menulis hindari memperbaiki setiap kata atau kalimat yang salah. Biarkan ide terus mengalir menjadi untaian kalimat. Dan ya saya cukup setuju. Tapi bukan berarti kita tidak perlu mengecek kembali tulisan kita.
Perlu diingat, tujuan kita mempublikasikan tulisan adalah supaya pembaca memahami apa yang ingin kita sampaikan melalui tulisan kita.
Jadi jangan sampai pesan tersebut tidak sampai ke pembaca atau bahkan menimbulkan mispersepsi hanya karena banyak kata-kata yang typo, struktur kalimat yang berantakan, atau pemborosan kata. Contohnya ya seperti di paragraf pembuka tadi. Makanya saya suka geregetan kalau melihat artikel dengan banyak sekali typo.
Menyunting adalah satu tahap yang tidak boleh dilewatkan sebelum mempublikasikan tulisan. Dan saya akui bahwa menyunting juga bukan perkara mudah. Oleh sebab itu mungkin masih ada saja kekurangan yang bisa ditemukan oleh pembaca. Termasuk pada tulisan saya sendiri.
Tapi at least kita sudah meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut. Jadi ya nggak malu-maluin amat kalau sudah sampai ke mata pembaca.
Belajar melihat dari sudut pandang berbeda
Boleh dibilang writer's block adalah salah satu hal yang paling ditakuti oleh para penulis. Kekurangan ide membuat penulis mandek dalam menghasilkan karya-karya baru.
Banyak penulis yang berkata, jangan terlalu memikirkan ide saat hendak menulis. Tuangkan saja semua isi yang ada di dalam kepala. Tapi yah, pada praktiknya tidak semudah makan kacang.