Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan seringkali kesulitan memperoleh makanan. Boro-boro bisa hidup layak, bisa makan sehari sekali saja sudah untung. Padahal idealnya kita makan tiga kali sehari.
2. Konflik antar-negara
Belakangan ini kita sering mendengar adanya konflik antar-negara, bahkan perang. Hal ini sudah pasti merugikan rakyat. Mereka terpaksa bersembunyi dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tak jarang pula ada yang terpaksa keluar dari negaranya demi kehidupan yang aman.
Hidup di pengungsian sudah pasti tidak senyaman di rumah. Tinggal di pengungsian berarti menggantungkan hidup dari bantuan pihak luar atau donasi, baik pangan, sandang, dan papan.
Tak usah dulu bicara sandang dan papan. Untuk sekadar menghalau lapar saja, tak jarang mereka harus berebut dengan orang lain.
3. Bencana alam dan perubahan iklim
Isu perubahan iklim juga sudah lama dibahas. Meski saat ini (mungkin) sudah banyak upaya dan seruan untuk lebih peduli terhadap lingkungan, tetap saja belum ada perubahan yang signifikan.
Prediksi kapan seluruh es di kutub utara mencair masih terus didengungkan; perubahan musim kian sulit diprediksi; bencana alam muncul semakin tak terduga; musim kering lebih lama dari biasanya; hingga kurangnya ketersediaan air bersih; panen yang gagal; dan lain sebagainya.
Kita mungkin tidak akan menang melawan kuasa alam, tapi nyatanya ketidakpastian alam seperti ini sudah pasti membuat orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu kesulitan memperoleh makanan yang layak dan cukup.
Nah sayangnya, ketika masih banyak orang yang tidak bisa memperoleh akses akan makanan yang layak karena beberapa sebab di atas, nyatanya tidak sedikit juga orang yang membuang-buang makanan (food waste).
Dikutip dari kompas.id, nilai sampah makanan Indonesia mencapai 330 triliun per tahun. Itu berarti setiap orang di Indonesia rata-rata membuang sampah makanan senilai 2.1 juta per tahun. Duh, miris kan ya?