Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Yuk, Coba Lebih Menghargai Makanan Kita

17 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 18 Oktober 2022   17:57 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi pribadi)

Ada yang menarik dengan hari Minggu kemarin. Saya terpaksa membuang sayur buncis yang belum saya olah namun sudah rusak karena terlalu lama disimpan dalam kulkas.

Intinya karena saya merasa terlalu lelah untuk memasak sepulang kerja, kadang-kadang saya jadi lupa bahwa masih ada bahan makanan di dalam kulkas.

Alhasil ketika saya buka kulkas, bahan makanan tersebut sudah tidak layak untuk dimasak dan berakhirlah di tempat sampah.

Jadi apanya yang menarik dengan membuang sayur yang sudah rusak di hari Minggu?

Well, hari Minggu kemarin ternyata bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia (World Food Day) yang jatuh pada tanggal 16 Oktober. Dan di Hari Pangan Sedunia itu, saya membuang bahan makanan gara-gara lupa untuk menengok isi kulkas. Jelas saya jadi merasa tidak enak hati.

Food Waste vs Hak Manusia

Memperoleh akses terhadap ketersediaan makanan sejatinya adalah salah satu hak asasi manusia yang harus dipenuhi. Setiap orang berhak memperoleh makanan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya.

Tapi nyatanya saat ini tidak semua orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh makanan yang layak. Ada beberapa sebab misalnya:

1. Kemampuan ekonomi seseorang yang tidak memadai

Ada banyak hal yang mempengaruhi rendahnya kemampuan ekonomi seseorang. Mulai dari kurangnya ketersediaan lapangan kerja; kurangnya pendidikan dan keterampilan sebagai bekal seseorang untuk bersaing di dunia kerja; dan lain sebagainya.

Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan seringkali kesulitan memperoleh makanan. Boro-boro bisa hidup layak, bisa makan sehari sekali saja sudah untung. Padahal idealnya kita makan tiga kali sehari.

2. Konflik antar-negara

Belakangan ini kita sering mendengar adanya konflik antar-negara, bahkan perang. Hal ini sudah pasti merugikan rakyat. Mereka terpaksa bersembunyi dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tak jarang pula ada yang terpaksa keluar dari negaranya demi kehidupan yang aman.

Hidup di pengungsian sudah pasti tidak senyaman di rumah. Tinggal di pengungsian berarti menggantungkan hidup dari bantuan pihak luar atau donasi, baik pangan, sandang, dan papan.

Tak usah dulu bicara sandang dan papan. Untuk sekadar menghalau lapar saja, tak jarang mereka harus berebut dengan orang lain.

3. Bencana alam dan perubahan iklim

Isu perubahan iklim juga sudah lama dibahas. Meski saat ini (mungkin) sudah banyak upaya dan seruan untuk lebih peduli terhadap lingkungan, tetap saja belum ada perubahan yang signifikan.

Prediksi kapan seluruh es di kutub utara mencair masih terus didengungkan; perubahan musim kian sulit diprediksi; bencana alam muncul semakin tak terduga; musim kering lebih lama dari biasanya; hingga kurangnya ketersediaan air bersih; panen yang gagal; dan lain sebagainya.

Kita mungkin tidak akan menang melawan kuasa alam, tapi nyatanya ketidakpastian alam seperti ini sudah pasti membuat orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu kesulitan memperoleh makanan yang layak dan cukup.

Nah sayangnya, ketika masih banyak orang yang tidak bisa memperoleh akses akan makanan yang layak karena beberapa sebab di atas, nyatanya tidak sedikit juga orang yang membuang-buang makanan (food waste).

Dikutip dari kompas.id, nilai sampah makanan Indonesia mencapai 330 triliun per tahun. Itu berarti setiap orang di Indonesia rata-rata membuang sampah makanan senilai 2.1 juta per tahun. Duh, miris kan ya?

What We Can Do

Membuang-buang makanan sama saja dengan tidak menghargai hak asasi orang-orang yang kekurangan makanan.

Jadi apa yang bisa kita lakukan?

Tema World Food Day tahun ini adalah 'No One Left Behind' (Jangan Sampai Ada yang Tertinggal).

Kita tidak usah dulu pusing memikirkan setinggi apa tumpukan sampah senilai 330 triliun itu. Tapi ada hal-hal yang bisa kita lakukan mulai dari diri sendiri sebagai upaya untuk mengurangi sampah makanan, misalnya:

1. Habiskan Makananmu

Saya paling gemas kalau saat acara pesta, ada yang menyisakan banyak makanan di piringnya. Umumnya mereka kalap saat mengambil makanan karena takut kehabisan, tapi akhirnya tidak dihabiskan karena kekenyangan atau rasanya tidak sesuai ekspektasi. Kzl!

Well kita sudah bukan anak kecil lagi yang tidak bisa menakar kapasitas perut. Jadi please, jangan norak apalagi tamak.

Kalau kira-kira tidak yakin dengan rasanya, ambil sedikit saja untuk dicicip lebih dahulu atau tidak usah diambil sekalian biar nggak merasa kena zonk. Jadi tidak ada makanan yang mubazir. Kalau masih lapar, baru ambil lagi.

Terus, kalau ternyata pas mau nambah malah kehabisan gimana? Ya nasib Anda lah, masa saya juga yang mikir..

Intinya kapanpun dan dimanapun, usahakan ambil makanan secukupnya dan habiskan apa yang sudah kita ambil.

2. Simpan Makanan dengan Baik

Beberapa dari pembaca sekalian mungkin ada yang gemar groceries (belanja bahan makanan) tapi begitu sampai di rumah, malas sekali untuk mengolahnya? Alhasil bahan makan disimpan begitu saja hingga akhirnya rusak dan dibuang.

Yuk mulai sekarang hilangkan kebiasaan itu. Kalau sudah tahu malas mengolah tapi masih kepingin masak sendiri, sebaiknya pilih bahan makan yang praktis dan jangan terlalu banyak.

Simpan bahan makanan di tempat yang proper supaya tidak cepat rusak. Saya kira saat ini sudah banyak informasi mengenai cara menyimpan bahan makanan supaya tahan lama.

Pun demikian jika ada makanan sisa. Beberapa jenis makanan ada yang masih bisa disimpan jika bersisa.

3. Berbagi dengan Mereka yang Membutuhkan

Apakah pembaca sekalian ada yang pernah ulang tahun dan mendapat banyak kiriman makanan? Saking banyaknya sampai bingung bagaimana cara menghabiskannya. Tapi kalau tetap disimpan, ujung-ujungnya rusak atau kedaluwarsa.

Yap, jangan ragu memberikan sebagian kepada mereka yang membutuhkan. Loh tidak menghargai pemberian dong itu namanya.

Ya kita bisa ambil masing-masing dalam porsi sedikit sebagai bentuk rasa terima kasih kepada pemberi. Sisanya bisa kita bagi kepada mereka yang membutuhkan. Saya yakin mereka yang memberikan tidak keberatan kok.

Berbagi makanan tidak akan membuat kita jatuh miskin kan?

Yuk, Coba Lebih Menghargai Makanan Kita

Well, ini hanya sedikit refleksi yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman pribadi dan kebetulan bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia.

Semoga kita bisa lebih menghargai makanan sebagai bentuk rasa terima kasih kita kepada yang Maha Kuasa sekaligus sebagai wujud menghargai hak asasi sesama manusia.

Cherio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun