"Ya maklum, namanya juga anak-anak."Â
Duh, gemas rasanya! Mau sampai kapan sih kita memaklumi perbuatan/perilaku anak yang salah dengan dalih seperti itu?
Sejauh Mana Perilaku Anak yang Harus Dimaklumi?
Pembaca sekalian yang merasa relate, mungkin pernah sesekali menegur atau mengeluh, tapi malah mendapat komentar nyinyir.
"Ya, lo kan belum punya anak. Mana tau rasanya. Coba kalo lo punya, pasti juga maklum."
Bete juga kan dibilangin gitu.
Yah paham sih, ada perilaku anak-anak yang perlu kita maklumi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Tapi tentu tidak semua perilaku/perkataan anak-anak yang kurang sesuai atau salah, boleh dibiasakan untuk dimaklumi. Jika hal yang salah itu terus dimaklumi, tentu akan mempengaruhi manner mereka hingga dewasa nanti.
Jadi kira-kira kondisi seperti apa saja sih yang bisa kita maklumi ketika anak berbuat salah?
1. Kondisi kesehatan
Kebetulan salah seorang anak dari kerabat ada yang menderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Gangguan ini ditandai dengan kesulitan anak untuk fokus/memusatkan perhatian, serta cenderung berperilaku impulsif dan hiperaktif (tidak bisa diam).
Saat orangtuanya berbicara, si anak sering berlari kesana-kemari, berteriak, atau menyentuh barang-barang di sekitarnya.