Walau terkadang media sosial itu sering dipakai sebagai wadah untuk ajang pamer, saya akui bahwa media sosial itu ada manfaatnya juga. Terutama dalam memberikan inspirasi ketika ingin berlibur.
Jadi ceritanya saya pun scrolling akun instagram yang menampilkan tempat-tempat wisata di Bali, karena dalam waktu dekat saya akan berlibur bersama suami ke Bali. Setelah hampir dua tahun tidak pernah liburan jarak jauh, kami memutuskan untuk pergi ke Bali saat momen puasa dengan harapan agar di sana tidak terlalu crowded. Yuhuuuu!
Pertanyaannya, di Bali mau kemana saja?
Well karena ini akan menjadi kunjungan saya yang kelima kalinya (kalau saya tidak salah) dan waktu kami juga sangat terbatas, saya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Jadi, saya memutuskan untuk mengeksplorasi daerah Karangasem. Kok cuma saya yang memutuskan? Kan perginya berdua. Yah kebetulan suami memang tipikal orang yang malas membuat itinerary kalau mau pergi liburan. Jadi yah doi ikut saja.
Nah, destinasi wisata yang pertama akan kami kunjungi adalah Tirta Gangga. Gara-gara lihat banyak foto menarik di Instagram, jadilah saya ikut penasaran dengan tempat ini.
Sekilas tentang Tirta Gangga
Tadinya saya mengira bahwa Tirta Gangga itu semacam pura yang punya taman air. Tapi ternyata ya memang taman air betulan!
Dari tempat kami menginap di daerah Seminyak, Tirta Gangga yang terletak di Kabupaten Karangasem ini dapat ditempuh selama sekitar dua jam perjalanan dengan mobil. Dan karena kami hanya punya waktu satu hari untuk mengeksplorasi, kami harus berangkat pagi-pagi dari hotel supaya tidak kesiangan.
Beruntungnya, tidak ada kemacetan berarti yang kami temui selama perjalanan. Pemandangan yang kami temui seketika beralih ke nuansa kehijauan. Tapi saat melewati daerah Candidasa, kami juga sempat melihat pantai.
Jadi Tirta Gangga itu apa sih?
Nama Tirta Gangga berasal dari kata 'Tirta' yang berarti air suci, dan Gangga yang diambil dari nama sungai yang terkenal di India. Tirta Gangga dulunya merupakan istana air yang dibangun oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasen Agung, pada tahun 1946. Konsep arsitekturnya menggabungkan budaya Bali dan Tiongkok. Hen piaoliang lah pokoknya.
Terletak di sebelah timur Pulau Bali di kaki Gunung Agung dan sekitar perbukitan Lempuyang, Tirta Gangga pernah hampir hancur seluruhnya akibat letusan Gunung Agung pada tahun 1963. Tapi kemudian dibangun dan diperbaiki kembali oleh pemerintah dan melalui serangkaian proses rehabilitasi di tahun-tahun berikutnya.
Kini Tirta Gangga menjadi objek wisata terkenal di area Karangasem, terutama bagi wisatawan lokal maupun asing yang menginap di daerah Candidasa dan sekitarnya. Selain itu tempat ini juga tidak sulit untuk ditemukan karena letaknya persis di pinggir jalan raya.
Tak jauh dari Tirta Gangga, bagi pengunjung yang punya banyak waktu mengeksplorasi Karangasem, bisa juga mengunjungi Pura Agung Lempuyang yang tersohor itu.
Rela Panas-Panasan demi Berfoto dengan Ikan-Ikan
Untuk bisa menikmati keindahan Tirta Gangga, turis lokal dikenakan biaya sebesar dua puluh lima ribu rupiah per orang. Sebelum loket tiket masuk, akan ada penjaja yang menawarkan makanan ikan seharga 5,000 - 10,000 rupiah per bungkus. Kalau kita ingin berfoto sambil dikelilingi ikan-ikan, tidak ada salahnya membeli makanan ikan untuk menarik mereka datang.
Kesan pertama yang ada di benak saya saat memasuki Tirta Gangga, ternyata tempatnya tidak seluas yang saya kira. Meski demikian, desainnya memang sangat fotogenik. Suara gemericik air yang jatuh dari menara air bertingkat sembilan, seakan memberikan rasa relaks tersendiri.
Berhubung saat kami sampai di sana hari sudah siang dan cuaca sedang terik-teriknya, akhirnya kami memilih untuk duduk-duduk di sebuah ayunan di bawah pohon. Panasnya minta ampunnn!
Tidak banyak pengunjung yang datang pada saat itu. Tapi mereka semua seakan terpusat di satu titik, yakni di sekitar kolam dengan tegel-tegel tempat berpijak, yang menjadi spot foto paling populer. Masing-masing menunggu untuk bisa berfoto ala-ala selebgram, sedikit berjongkok dengan senyum lebar sambil dikelilingi puluhan ikan mas super gemuk yang saling berebut pelet ikan tanpa malu-malu.
Serius, gemuk dan panjangnya bisa seukuran siku orang dewasa loh. Tapi yah tidak heran sih bisa sebesar itu. Lha wong tiap ada pengunjung mereka diberi makan supaya mau mendekat demi memeriahkan hasil jepretan foto para pengunjung.
Teriknya sinar matahari yang terasa begitu menyengat dan membakar kulit tidak menyurutkan semangat para pemburu foto. Satu orang bahkan rela berdiri di tengah kolam demi beberapa kali take foto. Ckckck...
Well, karena memang tidak banyak yang bisa dilakukan di sini selain berfoto dan duduk-duduk, waktu satu jam saya rasa cukup untuk menikmati Tirta Gangga. Dan karena masih ada dua destinasi lagi yang harus kami datangi dan jaraknya kebetulan juga berjauhan, akhirnya saya menutup rasa penasaran saya dengan ikut berfoto bersama para ikan. Ya nggak sah dong ke Tirta Gangga kalau tidak punya foto sama ikan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H