Ckckck... Tidakkah mereka berpikir bahwa mereka bisa membuat turis kapok datang ke Pura Besakih?
Terobati dengan Kemegahan Pura dan Keramahan Pemandu
Nama Pura Besakih berasal dari bahasa Sansekerta 'wasuki' atau dalam bahasa Jawa kuno 'basuki', yang berarti 'selamat'.
Berada di lereng sebelah barat daya Gunung Agung, suhu udara di sekitar pura pun terasa sejuk. Kebetulan ketika kami sampai, cuaca sedang mendung dengan gerimis halus.
Kompleks Pura Besakih dibangun dan ditata berdasarkan arah mata angin, sehingga setiap bangunannya dapat mewakili keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana.
Dikutip dari laman pemerintah kabupaten Karangasem, struktur bangunan pura berdasarkan arah mata angin yaitu Pura Penataran Agung Besakih (tengah), Pura Gelap (timur), Pura Kiduling (selatan), Pura Ulun Kulkul (barat), dan Pura Batumadeg (utara).
Dengan kompleks pura yang sedemikian megah dan besar ini, saya membayangkan pasti sangatlah meriah saat diadakan upacara Ida Bhatara Turun Kabeh yang berlangsung selama 21 hari.
Selama berkeliling pura, kami ditemani oleh seorang pemandu yang tampak sudah sepuh. Entah berapa usianya. Tapi sayangnya, betapapun saya berusaha mengingat namanya, tetap saja saya lupa.
Yang jelas dalam ingatan saya, beliau sangat ramah kepada kami. Meski penjelasannya terkesan template karena mungkin beliau sudah melakukannya selama puluhan tahun, tapi dengan sabar beliau berusaha memberikan jawaban yang memuaskan atas setiap pertanyaan yang kami ajukan.
Sepanjang berkeliling pura, beliau menjelaskan tentang sejarah di setiap sudut pura, termasuk ketika kami melihat sekelompok umat Hindu yang kebetulan sedang sembahyang.