Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Membaca untuk Kesehatan Fisik dan Mental

23 April 2022   18:03 Diperbarui: 24 April 2022   01:00 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Udah gue duga, lo pasti di sini. Demen banget sih lo ngumpet di perpus? Gak bosen apa baca melulu? Kantin yuk? Laper nih gue," kata seorang teman puluhan tahun silam ketika kami masih mengenakan seragam SMP.

Ya, waktu SMP dulu saya ikut mobil antar-jemput karena jarak antara sekolah dan rumah saya lumayan jauh. Nah kalau sedang menunggu mobil yang menjemput saya tiba di sekolah, hampir pasti saya akan menunggu di perpustakaan.

Selain karena saya memang gemar membaca, perpustakaan adalah satu-satunya ruangan yang AC-nya masih menyala selain ruang guru. Gak mungkin dong saya nunggu mobil jemputan di ruang guru. So perpustakaan lah yang paling pas. Sudah adem, banyak koleksi buku, suasananya tenang pula! Mendukung banget kan buat membaca.

Kalau dipikir-pikir, tidak salah juga sih ada yang berpendapat bahwa kegiatan membaca buku itu membosankan. Dari apa yang saya amati, beberapa penyebab seseorang tidak betah membaca buku misalnya karena bukunya tidak menarik, atau banyak distraksi dari sekitar, lebih suka main game, dan yang paling utama adalah maunya instan! Ngapain harus repot-repot baca yang panjang-panjang kalau ada yang singkat? Apalagi saat ini sudah ada berbagai macam jenis gadget yang secara audiovisual lebih menarik. Dan pastinya sosmed juga lebih menggoda!

Saat membaca buku, sudah hampir pasti kita hanya akan berdiam diri menatap rangkaian huruf, kata, dan kalimat. Bagi mereka yang sulit berimajinasi, bisa jadi rangkaian kata inilah yang malah akan menghipnotis si pembaca hingga mengantuk dan tertidur. Pernah mengalami kan? Zzzzz...

Tapi mungkin juga dari mereka yang menganggap kegiatan membaca buku ini membosankan, tidak menyadari bahwa sebenarnya ada segunung manfaat yang bisa kita peroleh saat membaca.

Memperkaya kosakata, menambah pengetahuan, mengasah imajinasi, adalah beberapa manfaat yang paling populer yang kita kenal dari kegiatan membaca. Tapi sadarkah kita, bahwa membaca buku dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental si pembaca?

Membaca Buku dan Kesehatan Fisik

Nah, apa saja sih dampak positif dari membaca buku bagi kesehatan fisik kita?

1. Memperkuat sel-sel otak dan menjaga kesehatan otak

Ibarat tubuh yang memerlukan olahraga, otak juga butuh olahraga. Nah, membaca adalah salah satu bentuk olahraga otak. Saat membaca, kita akan berpikir, berimajinasi, menganalisis, menarik kesimpulan, dan lainnya. Hal ini tentu melibatkan sel-sel saraf (neuron) dan senyawa kimia di otak untuk aktif bekerja. Kegiatan membaca secara rutin akan memberikan dampak positif bagi kesehatan otak.

2. Mencegah demensia dan penurunan fungsi kognitif

Saat membaca, kita akan berusaha untuk secara konsisten mengikuti dan memperhatikan kata demi kata, kalimat demi kalimat, supaya memahami apa yang tertulis di buku. Bahkan tak jarang kita akan kembali ke halaman sebelumnya ketika tiba-tiba di satu titik kita tidak memahami isi paragraf. Hal tersebut akan membantu kita untuk mengasah memori otak. Dengan demikian, membaca dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif dan daya ingat.

Membaca Buku dan Kesehatan Mental

Selain kesehatan fisik, membaca buku juga ternyata bisa memberikan dampak positif bagi kesehatan mental. Apa saja itu?

1. Meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan stres

Tidur sangat penting bagi tubuh untuk memelihara kesehatan tubuh dan me-recharge kembali energi yang akan kita perlukan keesokan harinya. Ketika tidur sebetulnya ada banyak hal yang terjadi pada tubuh. Mulai dari penurunan suhu tubuh, perlambatan denyut jantung dan pernafasan, menetralisir racun, hingga menjaga keseimbangan hormon.

Membaca dapat membantu kita mempersiapkan diri untuk tidur sehingga kita bisa memperoleh tidur yang berkualitas. Tidur yang berkualitas akan membantu kita untuk menurunkan stres sehingga keesokan paginya kita akan lebih segar dan bersemangat.

Tapi perlu diingat, membaca yang dimaksud adalah printed book loh ya. Bukan melalui gadget karena blue light dari gadget justru akan merangsang kita untuk sulit tertidur dan bahkan merusak mata.

2. Menjadi jembatan untuk memahami diri sendiri dan orang lain

Pernah merasa sangat relate ketika kita membaca suatu cerita? Nah saat membaca buku, terutama cerita fiksi, tanpa disadari kita akan belajar untuk menempatkan diri di posisi tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Dengan demikian, secara tidak langsung kita juga belajar untuk mengenal dan memahami diri sendiri, bahkan orang lain. Oleh sebab itu, kegiatan membaca secara rutin juga berperan besar dalam membantu kita untuk mengasah rasa empati.

3. Mengurangi gejala depresi

Pernah merasa seperti tenggelam dan terhanyut dalam cerita ketika kita membaca suatu buku? Apalagi ketika isi buku tersebut terasa sangat relate dengan apa yang sedang kita alami. Percaya tidak percaya, membaca buku dapat membantu mengurangi gejala depresi yang dialami seseorang. 

Ketika seseorang berada dalam tekanan dan mengalami stres berkepanjangan, membaca buku bisa menjadi salah satu cara untuk mengolah dan mengatur emosi. 

Membaca bacaan yang memiliki korelasi dengan apa yang sedang dialami, dapat mengingatkan seseorang bahwa ia tidak sendirian. Tentu hal ini juga berkaitan dengan kedua manfaat yang telah saya tuliskan sebelumnya.

Sebagai informasi, kegiatan membaca buku bahkan sudah menjadi salah satu metode psikoterapetik untuk membantu pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti gangguan panik, kecemasan, gangguan post-traumatic stress, depresi berat, hingga skizofrenia. Metode ini dikenal dengan istilah Bibliotherapy (terapi membaca).

Bibliotherapy dilakukan dengan melibatkan praktisi perawatan kesehatan mental, guru, maupun pustakawan, dengan memberikan materi bacaan kepada pasien dan keluarganya yang berkaitan dengan gangguan yang dialami oleh pasien. 

Materi bacaan tentunya dipilih dengan sangat hati-hati. Bisa berupa buku bacaan fiksi, buku puisi, pengembangan diri, hingga self-help manual, atau program e-learning.

Bibliotherapy ini sebetulnya sudah dikenal sejak lama. Pada tahun 1850an, para dokter mulai mempertimbangkan Bibliotherapy sebagai salah satu cara untuk membantu rehabilitasi pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental. 

Lalu ketika era di mana ilmu pengetahuan semakin berkembang, Bibliotherapy mulai diragukan validitas dan keefektifannya dalam merawat pasien. Hingga kemudian seorang pustakawan wanita asal Amerika Serikat, Sadie Peterson Delaney, berjuang dalam pekerjaannya mengenalkan metode Bibliotherapy yang ia definisikan sebagai "The treatment of patients through selected reading". Dalam memilih bacaan yang tepat untuk pasien, Sadie berkonsultasi dengan dokter dan staf medis lainnya.

Meski bukan menjadi metode terapi utama, sejumlah studi menunjukkan bahwa Bibliotherapy memberikan dampak positif bagi para pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Nah, kalau kamu sendiri pernah merasakan manfaat apa dari membaca buku? Cerita di kolom komentar ya!

Happy World Book and Copyright Day 2023!

Referensi:

Satu | Dua | Tiga | Empat | Orlando, J.Y. 2017. Bibliotherapy for Mental Health. International Research in Higher Education. Sciedu Press: USA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun