Setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Peringatan ulang tahun negara ini selalu dirayakan dengan upacara penaikan bendera di pagi hari dan penurunan bendera di sore hari.Â
Upacara bendera umumnya dilaksanakan di tingkat sekolah, instansi pemerintah maupun perusahaan swasta, dan pastinya juga di Istana Negara yang disiarkan secara langsung di televisi.
Saya termasuk salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang selalu (dan tidak bosan) menyaksikan Upacara Bendera di Istana Negara melalui televisi. Â Kendati protokol upacara bendera dan konsep acara hiburannya selalu sama setiap tahun.
Dan bagian dari upacara yang selalu saya perhatikan adalah momen pengibaran Bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka alias Paskibraka.
Setiap kali saya melihat kekompakan dan akurasi gerakan para anggota Paskibraka, konsistensi tempo langkah kaki, fokus pandangan mata, kesigapan dalam pemasangan bendera, hingga sinkronisasi antara lagu kebangsaan Indonesia Raya dan naiknya bendera, selalu membuat saya merasa nostalgia.
Ah ya, belasan tahun yang lalu saya pernah tergabung dalam anggota Paskibra sekolah. Dan setiap kali saya telah menunaikan tugas pengibaran bendera tanggal 17 Agustus, saya bersama tim Paskibra yang lain makan bersama sambil menyaksikan upacara bendera di Istana Negara melalui televisi.
Atribut Paskibra
Dalam Paskibra, ada beberapa atribut khas yang digunakan oleh para anggotanya. Beberapa diantaranya bahkan harus diperlakukan secara hati-hati oleh pemiliknya.Â
Well, saya masuk dalam keanggotaan Paskibra sekolah tahun 2004, dan itu berarti sudah sekitar 17 tahun yang lalu. Jadi mohon dimaklumi (dan juga dikoreksi) kalau mungkin ada pengertian yang keliru.Â
Beberapa atribut mungkin memiliki istilah yang sedikit berbeda, tapi pada dasarnya memiliki maksud yang sama.
Pakaian Dinas Upacara (PDU) dan Pakaian Dinas Harian (PDH)
Dalam konteks Paskibra, satu set PDU biasanya berupa seragam yang terdiri dari atasan (kemeja atau jas) dan bawahan (rok atau celana) berwarna putih, evolet, sarung tangan dan kaus kaki panjang berwarna putih, sepatu pantofel hitam, syal merah, peci hitam dengan pin burung Garuda, dan lencana Merah Putih Garuda (MPG).Â
Rambut harus dipotong pendek rapi atau dikuncir rapi untuk siswi, sesuai ketentuan sekolah. Kebetulan PDU lengkap memang sudah disediakan oleh pihak sekolah, namun kami diizinkan untuk menyimpan satu set ukurannya pas dengan tubuh masing-masing. Sedangkan PDH biasanya dipakai di luar kegiatan upacara.
Lencana Merah Putih Garuda (MPG)
Satu atribut yang paling saya ingat saat saya menjadi anggota Paskibra adalah MPG. Bagi saya, lencana MPG memiliki memori tersendiri.
Walaupun bentuknya sangat kecil dan sederhana, yakni berbentuk persegi panjang berwarna merah, putih, dan lambang burung Garuda, ini bukanlah lencana sembarangan.Â
Meskipun MPG bisa dibeli siapapun dengan harga yang murah, seorang anggota Paskibra harus mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) tertentu untuk mendapatkannya.
Lencana MPG akan diberikan pada saat pengukuhan, setelah calon anggota Paskibra telah lulus diklat. Dengan demikian, setiap anggota Paskibra harus memperlakukan lencana tersebut dengan hati-hati.Â
Misal tidak boleh hilang atau diletakkan di sembarang tempat. Lencana MPG akan disematkan pada PDU di bagian dada sebelah kiri, sebagai lambang kecintaan terhadap NKRI.
Lencana MPG memiliki beberapa jenis warna yang menjadi latar lambang Garuda. Ada yang putih (untuk tingkat SMP), hijau (untuk tingkat SMA), merah (untuk anggota Pakibraka), ungu (untuk pembina Paskibraka), dan kuning (untuk kalangan senior / Paskibraka yang memiliki prestasi).
Kejutan Tersembunyi
Di sekolah saya dulu, Paskibra masuk dalam salah satu kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Dengan demikian, tim Paskibra bertanggung jawab dalam mengkoordinasi kegiatan upacara bendera setiap minggu dan hari peringatan nasional, latihan rutin, hingga lomba baris-berbaris antar-sekolah.
Awal mula saya tertarik ikut dalam ekskul Paskibra adalah ketika tergabung dalam Pasukan 45 Paskibra 17an. Pada saat itu upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan selalu dilaksanakan secara spesial.Â
Dan karena tingkat TK, SD, SMP, dan SMA berada dalam satu kompleks gedung, seluruh siswa-siswi dan guru akan mengikuti upacara bendera di sebuah lapangan berukuran besar. Dan petugas upacara biasanya dilakukan oleh siswa-siswi tingkat SMA.
Tim Paskibra terdiri dari 3 pasukan, yakni pasukan 8 dan 17 yang akan dibawakan oleh tim inti Paskibra SMA dan pasukan 45 yang akan dibawakan oleh 45 orang siswa-siswi kelas 1 SMA.Â
Dengan orang sebanyak itu, pengibaran Bendera Merah Putih akan diiringi dengan formasi berbentuk burung Garuda kalau dilihat dari atas. Intinya ketertarikan saya muncul karena melihat menjadi anggota Paskibra itu keren. Maka mendaftarlah saya ke ekskul tersebut.
Tak disangka, menjadi anggota Paskibra tidak hanya sekadar diisi dengan latihan baris-berbaris. Saya harus mengikuti kegiatan Ordik (Orientasi dan Pendidikan) selama 3 hari 2 malam di sekolah pada saat libur panjang bersama calon anggota yang lain.Â
Kegiatan tersebut diisi dengan teori bela negara dan latihan fisik ala-ala militer lengkap dengan bentakan-bentakan dari senior. Setiap gerakan kami dihitung dalam satuan detik. Meski demikian, senior kami tak sekalipun melakukan kontak fisik (kekerasan).
Tidak boleh mengeluh, menangis, apalagi melawan. Hukum 'Senior selalu benar' dan 'Satu untuk semua' pun berlaku. Satu orang salah, semua dihukum. Pokoknya serasa dapat kejutan tersembunyi. Atau mimpi buruk sekalian?
Baru satu hari menjalani Ordik, saya langsung menyesal. Mau menyerah tapi saya tidak enak dan kasihan dengan teman-teman yang lain. Pasalnya kalau sampai ada calon yang mengundurkan diri (atau bahkan keluar setelah dikukuhkan), teman seangkatanlah yang harus menerima hukuman fisik. Hukuman fisik yang dimaksud misalnya, push up, lari, jalan jongkok, dan lainnya yang bisa membuat otot perut kram dan kaki gemetar. Hihi..
Di kemudian hari saya suka berpikir, kenapa waktu itu saya sebegitu takutnya untuk menyerah. Tinggal mengadu ke orangtua atau guru, semua beres dan saya pasti langsung bebas. Toh itu cuma kegiatan ekskul kan? Tapi yah, mungkin itulah bedanya siswa zaman dulu dan sekarang?
Singkat cerita, akhirnya saya dan seluruh calon anggota Paskibra pun dikukuhkan dan resmi menjadi anggota Paskibra sekolah. Kami diberikan lencana MPG dan harus memakainya setiap kali bertugas dalam upacara bendera. Belakangan saya sempat heran kenapa dulu kami mendapatkan MPG dengan latar Garuda berwarna putih? Tapi ah sudahlah, sudah berlalu juga.
Perlahan saya mulai menikmati menjadi anggota Paskibra. Kegiatan latihan baris-berbaris maupun latihan fisik saya ikuti secara rutin. Bahkan setiap hukuman fisik akibat kesalahan saat menjalankan tugas pun saya terima.
Meski saya tidak terlalu akrab dengan senior lainnya, saya cukup menikmati kebersamaan dengan teman-teman seangkatan. Hingga di tahun berikutnya, status kami naik menjadi senior untuk menyambut anggota-anggota baru.
Suka-Duka dan Manfaat Menjadi Anggota Paskibra
Kalau ditanya, lebih banyak suka atau duka saat menjadi anggota Paskibra? Dengan mantap saya akan menjawab 50:50.
Saat itu boleh dikatakan saya masih 'lembek', tapi setiap minggu saya harus latihan fisik di bawah terik matahari (sampai kulit saya jadi gosong dan belang-belang) dan menerima bentakkan-bentakkan senior.Â
Terkadang beberapa teman ada yang 'egois' sehingga saya terpaksa harus ikut menanggung hukuman. Ibaratnya, yang salah siapa yang dihukum siapa. Pokoknya annoying deh.
Tapi semua itu rasanya cukup sebanding dengan rasa bangga saat berhasil melaksanakan upacara bendera dengan sempurna, ketika hitungan mengerek tali bendera dan lagu Indonesia Raya sinkron, pandangan kagum dari siswa-siswi lain dan guru-guru saat barisan Paskibra berjalan dengan kompak, atau ucapan selamat ketika tim kami berhasil mengharumkan nama sekolah setelah memenangkan lomba PBB antar-sekolah.
Selama dua tahun aktif secara penuh dalam tim Paskibra sekolah (untungnya di tahun ketiga, kami tidak diperbolehkan oleh guru untuk terlalu aktif dalam kegiatan ekskul karena harus fokus pada persiapan ujian kelulusan), berikut beberapa manfaat yang saya dapatkan:
Melatih Kekuatan Fisik
Kurang lebih sama dengan kegiatan ekskul tim pencinta alam, di Paskibra saya memperoleh latihan fisik yang keras secara rutin. Sebelumnya, saya termasuk anak yang mudah sakit.Â
Kecapean sedikit demam, kedinginan atau kepanasan sedikit langsung mimisan, terlalu lama berdiri di bawah terik matahari langsung pusing (bahkan pernah sampai pingsan). Pokoknya lemah deh.
Tapi setelah beberapa bulan saya ikut Paskibra, saya tidak lagi mengalami itu semua. Fisik saya betul-betul dipaksa untuk dilatih kekuatannya.
Tidak Mudah Gentar
Ibarat vaksin, akibat terlalu banyak dan sering menerima omelan dan bentakkan dari senior, saya menjadi kebal. Saya belajar untuk tetap tenang dan tidak mudah panik (apalagi baper) meski ada pressure dari luar.
Bahkan waktu saya mengikuti ospek saat kuliah pun, boleh dibilang saya termasuk salah satu dari sedikit mahasiswi baru yang tahan terhadap tekanan senioritas di kampus. Dan selama delapan tahun saya bekerja, saya juga masih tahan terhadap sikap atasan yang kadang mengintimidasi.
Melatih Fokus dan Koordinasi
Boleh dibilang menjadi seorang Paskibra, fokus dan koordinasi adalah hal yang wajib. Saat baris-berbaris, saya dilatih untuk berkonsentrasi terhadap komando yang diberikan, namun di satu sisi harus bisa berkoordinasi secara baik dengan anggota lainnya supaya tercipta keselarasan dan kekompakkan.
Keseimbangan akademik
Menjadi anggota Paskibra sekolah, kita juga dilatih untuk bisa menerapkan skala prioritas. Dulu setiap kali menjelang 17an, latihan Paskibra akan semakin intensif. Latihan bisa berjalan sejak pulang sekolah hingga sore hari.Â
Di satu sisi kami tidak punya banyak waktu luang untuk mengulang pelajaran, tapi di sisi lain kami tidak boleh sampai mengorbankan nilai akademik karena pada dasarnya Paskibra hanyalah kegiatan ekskul dan sekolah adalah prioritas utama. Apalagi kalau kita menjadi anggota Paskibraka di tingkat kecamatan, kota, atau bahkan provinsi. Pastinya agak repot membagi waktunya.
Well, kira-kira seperti itulah cerita nostalgia saya sebagai mantan Paskibra sekolah. Mungkin pembaca sekalian ada yang pernah atau masih menjadi anggota Paskibra / Paskibraka? Cerita di kolom komentar yah.
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76. Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H