Di sekolah saya dulu, Paskibra masuk dalam salah satu kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Dengan demikian, tim Paskibra bertanggung jawab dalam mengkoordinasi kegiatan upacara bendera setiap minggu dan hari peringatan nasional, latihan rutin, hingga lomba baris-berbaris antar-sekolah.
Awal mula saya tertarik ikut dalam ekskul Paskibra adalah ketika tergabung dalam Pasukan 45 Paskibra 17an. Pada saat itu upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan selalu dilaksanakan secara spesial.Â
Dan karena tingkat TK, SD, SMP, dan SMA berada dalam satu kompleks gedung, seluruh siswa-siswi dan guru akan mengikuti upacara bendera di sebuah lapangan berukuran besar. Dan petugas upacara biasanya dilakukan oleh siswa-siswi tingkat SMA.
Tim Paskibra terdiri dari 3 pasukan, yakni pasukan 8 dan 17 yang akan dibawakan oleh tim inti Paskibra SMA dan pasukan 45 yang akan dibawakan oleh 45 orang siswa-siswi kelas 1 SMA.Â
Dengan orang sebanyak itu, pengibaran Bendera Merah Putih akan diiringi dengan formasi berbentuk burung Garuda kalau dilihat dari atas. Intinya ketertarikan saya muncul karena melihat menjadi anggota Paskibra itu keren. Maka mendaftarlah saya ke ekskul tersebut.
Tak disangka, menjadi anggota Paskibra tidak hanya sekadar diisi dengan latihan baris-berbaris. Saya harus mengikuti kegiatan Ordik (Orientasi dan Pendidikan) selama 3 hari 2 malam di sekolah pada saat libur panjang bersama calon anggota yang lain.Â
Kegiatan tersebut diisi dengan teori bela negara dan latihan fisik ala-ala militer lengkap dengan bentakan-bentakan dari senior. Setiap gerakan kami dihitung dalam satuan detik. Meski demikian, senior kami tak sekalipun melakukan kontak fisik (kekerasan).
Tidak boleh mengeluh, menangis, apalagi melawan. Hukum 'Senior selalu benar' dan 'Satu untuk semua' pun berlaku. Satu orang salah, semua dihukum. Pokoknya serasa dapat kejutan tersembunyi. Atau mimpi buruk sekalian?
Baru satu hari menjalani Ordik, saya langsung menyesal. Mau menyerah tapi saya tidak enak dan kasihan dengan teman-teman yang lain. Pasalnya kalau sampai ada calon yang mengundurkan diri (atau bahkan keluar setelah dikukuhkan), teman seangkatanlah yang harus menerima hukuman fisik. Hukuman fisik yang dimaksud misalnya, push up, lari, jalan jongkok, dan lainnya yang bisa membuat otot perut kram dan kaki gemetar. Hihi..
Di kemudian hari saya suka berpikir, kenapa waktu itu saya sebegitu takutnya untuk menyerah. Tinggal mengadu ke orangtua atau guru, semua beres dan saya pasti langsung bebas. Toh itu cuma kegiatan ekskul kan? Tapi yah, mungkin itulah bedanya siswa zaman dulu dan sekarang?
Singkat cerita, akhirnya saya dan seluruh calon anggota Paskibra pun dikukuhkan dan resmi menjadi anggota Paskibra sekolah. Kami diberikan lencana MPG dan harus memakainya setiap kali bertugas dalam upacara bendera. Belakangan saya sempat heran kenapa dulu kami mendapatkan MPG dengan latar Garuda berwarna putih? Tapi ah sudahlah, sudah berlalu juga.