Ada hal-hal yang tidak perlu kita pusingkan, melainkan tetap fokus mengurus keluarga semampunya. Dan pastinya sebisa mungkin tidak mengumbar 'urusan dalam negeri', sekalipun kepada orangtua atau mertua, apalagi tetangga!
Selain mental, pernikahan juga butuh persiapan materi. Saya sih prinsipnya, suatu pernikahan dijalankan bukan untuk menimbulkan kesulitan baru.
Jadi kalau memang dirasa belum siap secara materi, ya tidak perlu dipaksakan menikah. Materi yang saya maksud di sini bukan berarti harus hidup serba berkecukupan dulu.Â
Cukup makan, cukup rumah, cukup mobil, cukup jalan-jalan. At least masing-masing atau salah satu sudah memiliki pekerjaan tetap yang bisa jadi jaminan untuk bisa hidup mandiri setelah menikah nanti.
Kalau hanya suami saja yang bekerja dan sangat berkecukupan untuk menafkahi keluarga sih bagus sekali. Tapi kalau memang tidak memungkinkan, seorang suami juga tidak perlu merasa gengsi kalau istrinya ingin membantu dengan bekerja di luar juga. Yang penting si istri tetap mau berusaha untuk menjalankan tugas-tugasnya di rumah sebagai istri.
Oleh sebab itu perlu dibicarakan juga kesepakatan tentang pembagian pekerjaan rumah tangga, karena urusan domestik bukan cuma tanggung jawab seorang istri.
Maka dari itu ada baiknya jangan buru-buru menikah kalau belum mengetahui dan memahami keempat hal di atas. Jangan takut gak dapat jodoh kalau memang belum siap menikah. Jangan ambil risiko salah pilih pasangan gara-gara ngebet mau menikah. Biarkan orang-orang di luar sana pusing dengan omongannya sendiri.Â
Jangan pertaruhkan pernikahanmu menjadi pernikahan penuh drama macam sinetron ratusan episode di televisi. Karena yang menjalankan kehidupan pernikahan adalah dirimu sendiri. Bukan mereka yang pada berisik itu.
Well, ini hanya sekadar sharing berdasarkan apa yang telah saya amati dan alami. Usia pernikahan saya sendiri memang masih seumur jagung. Dan puji Tuhan hingga saat ini tidak ada konflik berarti yang menerpa.
Kalaupun nantinya ada, saya dan suami berharap bisa tetap saling mendukung dan bersama-sama melaluinya dengan baik. Kami masih perlu belajar dari para orang-orang tua dan pasangan yang lebih senior dalam dunia rumah tangga.
Cherio!