Ada yang bilang, kita bisa menilai karakter seorang pria (terutama sikap mereka terhadap wanita) dari bagaimana cara mereka memperlakukan keluarganya.Â
Misal bagaimana sikap dan perlakuan seorang pria terhadap ibunya atau saudarinya. Oleh sebab itu penting untuk mengenal keluarga si pria. Kita juga bisa mendengar dari keluarganya, bagaimana si pria ini bersikap di tengah-tengah keluarga.
Selain itu dengan mengenal keluarga si pria, kita juga bisa menilai seperti apa karakter dari masing-masing keluarganya. Hal ini kita butuhkan supaya kita tahu bagaimana bersikap terhadap anggota keluarganya saat kita sudah menikah nanti, dan meminimalisir konflik keluarga yang mungkin akan muncul di kemudian hari. When you are marrying someone, you're also marrying their family, right?
Sudah Tahu Teman-Temannya?
Selain mengenal keluarganya, kita juga perlu mengenal teman-teman calon pasangan kita. Atau at least inner circle-nya. Kita bisa melihat bagaimana pergaulan seorang pria dari lingkaran pertemanannya. Apakah teman-temannya membawa pengaruh positif atau negatif.
Well, perlu diingat kita tidak bisa serta merta men-judge apakah teman-temannya baik atau tidak. Ketika seorang pria memutuskan untuk mengenalkan kita pada teman-temannya, itu berarti si pria ingin melihat bagaimana respon teman-temannya terhadap kita.Â
Jadi yang perlu kita lakukan adalah mencoba mengenal mereka lebih dulu. Mungkin awalnya agak awkward, tapi percayalah pasangan kita akan sangat menghargai jika kita mau berusaha untuk mau bersosialisasi dengan lingkaran pertemanannya.
Sudah Tahu Harus Siap Mental dan Materi?
Yang terakhir ini gak kalah penting. Pernikahan bukan cuma soal cinta dan kesiapan komitmen untuk saling setia dan hidup bersama. Mental juga harus siap. Seperti yang sudah saya singgung tadi, kita tidak akan tahu ada badai apa yang akan menerpa kehidupan rumah tangga di masa depan kelak.Â
Saat memutuskan untuk berumah tangga, pasangan harus bisa berusaha untuk menurunkan egosentris yang ada dalam diri masing-masing. Kalau orang-orang bilang sih, 'Setelah menikah tidak ada lagi kamu dan saya, melainkan kita'. Uwuw banget kan!
Jadi harusnya jangan ada lagi kamu harus begini, aku maunya begitu. Masing-masing harus siap untuk memberi, karena kalau masing-masing maunya menerima ya jadinya konflik terus. Kita sebagai wanita juga harus lebih sabar dan pandai membaca situasi, namun tetap tegas.Â