Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Menerima Vaksin Covid-19

15 Januari 2021   18:08 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:38 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu sebagian atau seluruh bagian virus tersebut dimasukkan untuk merangsang tubuh menghasilkan antibodi. Nah, teknologi ini pastinya sudah dikuasai produsen lokal karena saat ini vaksin yang sudah beredar dan menggunakan teknologi yang sama misalnya vaksin Polio.

Sementara itu vaksin buatan Pfizer menggunakan teknologi mRNA yang termasuk teknologi baru. Teknologi vaksin ini menggunakan materi genetik yang direkayasa menyerupai kuman atau virus tertentu, dan ketika disuntikkan diharapkan dapat memicu pembentukkan antibodi pada manusia. Jadi vaksin ini tidak menggunakan kuman atau virus yang dilemahkan atau dimatikan.

Mungkin terkesan lebih aman, tapi vaksin mRNA harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius. Maka perlu dipertimbangkan secara matang dalam rantai distribusinya. Apakah peralatannya cukup memadai terutama jika didistribusikan ke daerah pelosok.

Jadi kalau ditanya, mana vaksin yang paling bagus? Saya akan menjawab belum ada. Di saat kondisi darurat seperti ini, khasiat dan keamanan obat baru pastilah belum diketahui secara maksimal, karena keterbatasan waktu dan subjek penelitian.

Maka tidak heran, hasil uji klinik suatu obat baru bisa berbeda di tiap negara, pada setiap kelompok umur, setiap kondisi kesehatan seseorang, pada setiap gaya hidup kelompok masyarakat. Ada banyak faktor penentu yang harus diperhatikan.

Semua tergantung pada pilihan kita

Sudah pernah dengar Herd Immunity kan? Istilah ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi baru trending sejak pandemi Covid-19 melanda.

Herd Immunity atau kekebalan kelompok kira-kira bisa diartikan sebagai suatu kondisi di mana kelompok masyarakat dalam jumlah besar memiliki kekebalan terhadap infeksi kuman atau virus tertentu. Dengan adanya Herd Immunity diharapkan jumlah orang yang bisa tertular penyakit lebih sedikit. Dengan demikian suatu penyakit tidak mudah menyebar.

Herd Immunity ini bisa terjadi secara alami ketika sudah banyak orang yang kebal akibat infeksi penyakit. Tapi ini membutuhkan waktu yang lama. Nah, vaksinasi adalah salah satu cara untuk mencapai Herd Immunity dengan cepat. Itu mengapa dengan bersedia divaksin, kita berpartisipasi aktif memutus rantai penularan Covid-19 ini.

Sudah satu tahun kita terjebak dalam pembatasan sosial dan aktivitas, serta merasa waswas jika diri sendiri atau orang-orang terkasih terinfeksi Covid-19, memangnya gak bosan?

Well, mungkin bagi sebagian orang masih ada yang takut divaksin karena penelitian belum maksimal, atau bahkan memilih untuk tidak divaksin. Yah, itu sih hak masing-masing pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun