Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengabadikan Riwayat Hidup lewat Jurnal Harian

5 September 2020   21:18 Diperbarui: 7 September 2020   00:32 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Writing daily journal is one of our way to save our memories, to look back to our life and let the people in the future know about us and our stories - irmina gultom.

Pembaca sekalian, apakah di antara kalian ada yang masih menulis buku atau jurnal harian saat ini? Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa menulis buku harian hanya untuk orang-orang yang melankolis atau introvert atau mereka yang cenderung sulit untuk menyuarakan pikiran dan isi hati.

Ada juga yang mengasosiasikan bahwa menulis buku harian cuma untuk kalangan cewek-cewek saja. Hal ini karena umumnya kaum hawa lebih mengutamakan sisi emosionalnya sehingga cenderung memendamnya dalam hati ketika mengalami suatu peristiwa atau merasakan sesuatu. Oleh sebab itu buku harian adalah media yang cocok untuk mengeluarkan isi hati dan pikiran tanpa harus merasa malu. 

Berbeda dengan cowok-cowok yang tidak segan-segan mengutarakan secara langsung jika ada yang mengusik pikiran atau hatinya. Benar gak tuh ya?

Mungkin waktu masih sekolah dulu, kita masih suka menulis buku harian. Apalagi kalau buku hariannya punya cover dengan desain lucu dan keren. Membuat kita tambah semangat untuk menulis. Biasanya sih, selalu diawali dengan kata-kata pamungkas 'Dear diary...', kemudian diakhiri dengan tanda tangan. Ya khan?

Seiring bertambahnya usia, ketika kita beranjak dewasa dan mengenyam dunia kerja, ada kalanya kita menjadi jarang, bahkan tak lagi melanjutkan kebiasaan menulis buku harian.

Ya iyalah, nulis buku harian kan cuma buat anak-anak sekolah atau kuliahan. Isinya juga paling-paling curahan hati soal naksir kakak kelas, atau cinta bertepuk sebelah tangan, atau berantem sama pacar. Kalau sudah kerja mana ada waktu buat nulis-nulis gituan. Cuma bikin tangan pegal. Mending cerita langsung sama teman atau posting di medsos sekalian.

Ada yang berpikir demikian?

Well, bagi saya istilah jurnal harian mungkin lebih relevan saat ini dibandingkan buku harian. Di zaman teknologi canggih seperti sekarang, belum tentu semua merekam peristiwa-peristiwa penting dalam hidup dengan menulis secara manual pada buku harian kan? Meski demikian, saya sendiri hingga saat ini masih menulis di buku harian.

Saya memulai menulis buku harian sejak Januari 2002. Kira-kira kelas 1 SMP. Saat itu saya termasuk rajin dalam menulis buku harian. Hampir setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun