Paskah tahun 2020 ini benar-benar berbeda. Bagaimana tidak, sejak kecil saya dibesarkan dalam ajaran Katolik dan setiap tahun, saya tidak pernah absen mengikuti misa Minggu Palma dan Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci/Malam Paskah).Â
Tapi tahun ini saya tidak bisa menghadiri misa di gereja karena kebijakan social distancing dari pemerintah sebagai upaya mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Bagaimana rasanya? Super aneh!
Jujur dibandingkan perayaan Natal, menurut saya momen Paskah lah yang paling terkesan spesial. Mengapa? Pertama, setiap misa Minggu Palma dan Tri Hari Suci memperingati peristiwa yang berbeda.Â
Oleh sebab itu selalu ada prosesi khusus pada hari-hari tersebut yang berbeda dengan misa di minggu-minggu biasa. Kedua, ada persiapan batin secara khusus selama empat puluh hari sebelumnya (yang dimulai sejak Rabu Abu) untuk memasuki Pekan Suci. Bahkan dekorasi gereja pun dibuat berbeda. Ada satu hari yang tanpa dekorasi sedikit pun (Jumat Agung) dan ada yang full dekorasi meriah (Sabtu Suci).
Namun pandemi kali ini sungguh luar biasa dampaknya ke dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Dan salah satu konsekuensinya, saya beserta umat Nasrani tidak bisa pergi ke gereja untuk beribadah Paskah.
Sebagai gantinya, kami beribadah secara online melalui siaran live streaming maupun siaran langsung di televisi. Namun meskipun kami difasilitasi untuk mengikuti ibadah di rumah melalui siaran media elektronik, tetap saja terasa ada yang kurang. Apalagi saya tidak bisa menyambut komuni pada perjamuan kudus, meskipun ada Doa Komuni Batin sebagai penggantinya.
Saya jadi ingat salah satu homili (khotbah) yang disampaikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo saat Misa Minggu Palma lalu, bahwa kita sudah sepantasnya mengikuti jalan-Nya. Namun jalan-Nya selalu butuh pengorbanan.Â
Dan keharusan kita untuk selalu tinggal di rumah selama pandemi, tentunya membuat kita merasa bosan setengah mati. Namun inilah salah satu bentuk pengorbanan yang bisa kita lakukan demi kepentingan umum.
Meski begitu, apakah mereka yang masih bekerja di luar tidak melakukan pengorbanan di tengah pandemi ini? Tentunya kita jangan seudzon dulu. Mungkin, (mungkin loh ya), masih ada beberapa perusahaan nakal yang kurang peduli terhadap situasi pandemi ini, sehingga mewajibkan karyawannya untuk tetap datang ke tempat kerja.Â
Namun bagi mereka yang masih kerja di luar, bisa jadi sebenarnya mereka melakukannya dengan terpaksa karena mereka adalah pekerja harian, atau karena mereka memang pekerja lapangan, atau karena mereka menerapkan WFH (Work from Home) dengan sistem giliran. Jadi mereka juga melakukan pengorbanan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.