Batu Parsidangan dan Stigma Kanibalisme Masyarakat Batak
Sepanjang perjalanan saya menuju Huta Siallagan, papan penunjuk jalan tidak mencantumkan "Huta Siallagan" melainkan "Batu Kursi Raja Siallagan". Hal ini karena memang Batu Kursi Raja Siallagan lah yang menjadi ikon Huta Siallagan.
Dalam kompleks Huta Siallagan terdapat satu set kursi yang mengelilingi meja yang terbuat dari batu. Area ini dinamakan Batu Parsidangan karena konon di tempat inilah Raja Siallagan mengadili dan menjatuhi hukuman bagi penjahat atau pelanggar hukum adat.
Sebagai informasi, Pohon Hariara dikenal sebagai pohon suci bagi masyarakat Batak. Pohon yang termasuk dalam genus Ficus ini sering dikenal juga dengan Pohon Beringin.Â
Meski bentuknya memang seperti pohon Beringin, tapi Hariara berbeda dengan Beringin, dimana daun Hariara lebih lebar dan buahnya lebih besar.
Dalam kepercayaan agama asli (paganism) orang Batak, Pohon Hariara diyakini sebagai pohon yang diciptakan oleh Mulajadi Na Bolon (Pencipta yang Maha Besar).Â
Pohon ini juga diyakini diciptakan bersamaan dengan penciptaan Tanah batak dan Manusia Batak pertama oleh Mulajadi Na Bolon di Kampung Sianjurmulamula, Gunung Pusukbuhit.
Oleh sebab itu Pohon Hariara lazim digunakan oleh orang Batak sebagai penanda kelayakan perkampungan. Sebelum menetapkan pendirian sebuah lokasi kampung baru, maka terlebih dahulu akan ditanam anakan Pohon Hariara.Â
Jika setelah tujuh hari Hariara itu dapat tumbuh dengan baik, maka lokasi itu dianggap cocok untuk mendirikan kampung dan diyakini memiliki tanah yang subur dan cocok untuk bertani.