Saya begitu penasaran dengan film ini setelah banyak review yang mengatakan bahwa film ini menimbulkan rasa tegang luar biasa bagi penontonnya. Bahkan judul artikel pada salah satu media online menyatakan seperti ini: "Hotel Mumbai: Ketegangan Level Maksimal". Bahkan film ini kabarnya juga dikritik karena terlalu realistis!
Jadi setelah sedikit browsing tentang sinopsis, para aktor dan aktris yang terlibat dan sutradaranya, saya jadi semakin penasaran. Apalagi sebagi penikmat film-film based on true story, film yang disutradarai oleh Anthony Maras ini menarik perhatian saya karena rupanya Hotel Mumbai diangkat dari kisah nyata yakni serangkaian serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok Lashkar-e-Taiba di kota Mumbai -- India pada tanggal 26 November 2008.Â
Serangan ini membuat ratusan orang tewas dan terluka karena berlangsung di beberapa lokasi.
Film diawali dengan adegan 10 pria yang menyusuri tepi Laut Arab dengan menggunakan perahu karet, tiba di kota Mumbai. Mereka senantiasa terhubung dengan sang bos yang dipanggil "Brother Bull" melalui ponsel, yang terus memotivasi mereka dan memerintahkan hal-hal yang perlu dilakukan.
Masing-masing dari kesepuluh pria tersebut membawa tas besar kemudian berpencar ke beberapa tempat dengan menggunakan taksi. Tempat-tempat yang mereka tuju merupakan titik-titik keramaian di kota Mumbai antara lain stasiun KA Chhatrapati Shivaji Terminus (CST), Oberoi Trident Hotel, Kafe Leopold (sebuah restoran kecil yang terkenal di kalangan turis), Rumah Sakit Cama, Hotel Taj Mahal dan Mumbai Chabad House (gedung pusat komunitas Yahudi).Â
Di tempat-tempat inilah serangan teror dilaksanakan.
Namun dalam film ini, cerita terpusat pada serangan teror di Hotel Taj Mahal atau Taj Palace Hotel yang berlokasi di Maharashtra, salah satu hotel bintang lima yang sering digunakan oleh kalangan VIP, mulai dari artis, para pebisnis kelas kakap, politikus, hingga anggota kerajaan dan presiden.
Kemewahan arsitektur hotel dan pelayanan super detail khas bintang lima diperlihatkan sebagai adegan awal saat staf hotel menyiapkan kedatangan Zahra (diperankan oleh Nazanin Boniadi) beserta suami dan anaknya, serta seorang pria Rusia bernama Vasili (diperankan oleh Jason Isaacs), detik-detik menjelang serangan terjadi.
Dan benar saja, ketegangan langsung dimulai saat kesepuluh pria sampai di pos-nya masing-masing lalu mulai merakit senjata otomatis AK 47 dengan tenangnya, termasuk beberapa pisau, granat dan bom, kemudian mulai melepaskan tembakan membabi buta ke arah banyak orang.Â
Serangan di stasiun CST dan Kafe Leopold menjadi adegan pembuka teror yang mulai membangkitkan ketegangan penonton.
Ditengah kepanikan serangan tersebut, orang-orang yang sebelumnya sudah melakukan reservasi di Hotel Taj, langsung berbondong-bondong menuju hotel tersebut untuk menyelamatkan diri.Â
Hal ini tampaknya membuat sistem pengamanan di pintu masuk menjadi sedikit lengah, sehingga dua orang pelaku bisa masuk bersama dengan kerumunan orang yang ketakutan tersebut dengan mudahnya. Padahal biasanya, pintu masuk sebuah hotel bintang lima tentunya memiliki sistem pengamanan tertentu bagi para pengunjungnya.
Sama seperti pelaku lainnya yang begitu tenang dalam mempersiapkan senjata, kedua pelaku tersebut di Hotel Taj juga dengan santainya merakit senjata di salah satu lorong lobi lalu melepaskan tembakan ke segala arah. Mereka kemudian menyisir seluruh sudut hotel, mengumpulkan sandera namun tanpa segan membunuh siapa saja yang melawan.
Kisah selanjutnya kemudian berpusat pada usaha dan kerja keras seluruh staf hotel untuk melindungi para tamu yang lokasinya terpencar di seluruh hotel, karena bagi mereka "Guest is God - Tamu adalah Dewa."
Integritas dan profesionalisme mereka ditunjukkan ketika resepsionis yang berusaha menelepon setiap kamar untuk mencegah penghuninya keluar, hingga akhirnya mengorbankan dirinya karena menolak menelepon para tamu di bawah todongan senjata pelaku teror.
Selain itu ada juga Arjun (diperankan oleh Dev Patel) yang sedang bertugas sebagai waiter restoran hotel, yang pertama kali menyadari apa yang sedang terjadi di luar. Dia mulai menyuruh orang-orang di restoran mematikan lampu ruangan dan menunduk ke bawah meja.
Seorang koki kepala restoran hotel, Chef Hemant Oberoi (diperankan oleh Anupam Kher), pada akhirnya menjadi pemimpin staf hotel dalam menyelamatkan para tamu. Ia memerintahkan semua staf hotel untuk membawa sebanyak mungkin tamu ke The Chambers Lounge, sebuah lounge VIP yang hanya dapat diakses secara terbatas dan dinilai menjadi tempat yang paling aman sementara mereka menunggu tim elit tiba.
Boleh dikatakan cerita penyelamatan berpusat pada usaha Arjun dan Chef Oberoi dalam menyelamatkan para tamu. Bagaimana Arjun memimpin rombongan tamu dari restoran untuk naik ke Chambers Lounge melalui tangga darurat tanpa ketahuan teroris, hingga menjadi sukarelawan untuk membawa salah satu tamu wanita ke rumah sakit karena membutuhkan perawatan khusus, meski pada akhirnya tamu tersebut tertembak karena kepanikannya sendiri.
Para sandera terpaksa menunggu operasi penyelamatan karena rupaya anggota kepolisian Mumbai pada saat itu tidak mendapat pelatihan untuk menghadapi serangan tingkat militer seperti itu, sehingga mereka harus menunggu bantuan dari tentara elit New Delhi yang diperkirakan baru bisa sampai di Mumbai beberapa jam ke depan.Â
Sementara para sandera menunggu didalam dan di bawah komando Chef Oberoi, beberapa polisi lokal akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu. Sebagian besar dari mereka akhirnya tewas tertembak. Meski begitu mereka berhasil melukai salah satu pelaku teroris.
Selain menyuguhkan ketegangan, beberapa adegan dalam film ini rupanya juga menyuguhkan adegan yang menggugah hati. Bagaimana kisah pengorbanan orangtua menyelamatkan anaknya yang masih bayi, seorang pria kaya yang terlibat dalam prostitusi tapi justru memiliki hati yang lembut pada seorang wanita yang putus asa karena ketakutan.Â
Ada pula kisah seorang wanita yang tidak percaya lagi dengan doa namun justru selamat dari todongan senjata teroris karena melafalkan doa dalam shalat dan dilema sang teroris antara mengikuti perintah membunuh namun bertentangan dengan nuraninya karena yang menjadi targetnya justru sedang berdoa.Â
Juga tentang bagaimana Arjun melakukan pendekatan pada tamunya yang merasa takut terhadap dirinya hingga cerita Arjun yang bersedia melepaskan turbannya demi menyelamatkan tamu wanita yang terkena luka tembak padahal turban tersebut adalah simbol kepercayaan keluarga.Â
Cerita semakin mencekam ketika para teroris berhasil mengetahui tempat persembunyian puluhan tamu di The Chambers Lounge. Keseriusan para pemeran film patut diacungi jempol karena sukses membuat penonton seakan mengalami rasa takut yang sama. Apalagi efek suara rentetan tembakan juga benar-benar terdengar jernih dan nyata selama film berlangsung, yakni 2 jam 20 menit. Pokoknya saya jadi degdeg ser sendiri!
Akankah operasi penyelamatan yang berlangsung kurang lebih selama 12 jam ini berhasil? Apakah para teroris berhasil tertangkap? Sebaiknya Kompasianer langsung nonton dan membuktikan sendiri apakah film tersebut benar-benar mencekam seperti yang sudah diberitakan di mana-mana.
Omong-omong sebagai informasi, setengah dari total korban tewas di Hotel Taj adalah staf hotel dan dibutuhkan waktu sekitar 21 bulan untuk merestorasi Taj Mahal Hotel pasca serangan.Â
Pada hari kemerdekaan India tanggal 15 Agustus 2010, hotel ini kembali dibuka untuk umum dengan penambahan beberapa fasilitas seperti ruang multimedia, rute darurat dan lainnya. Kalau pelesir ke Mumbai dan mencari hotel bintang lima, kelihatannya hotel ini cocok dijadikan tujuan.
Usai nyoblos tanggal 17 nanti, bisa kali mampir ke biskop untuk nonton?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H