Pernah melihat orang yang keracunan atau bahkan mengalaminya? Biasanya seseorang yang keracunan (misal akibat makanan, terpapar zat kimia, dan sebagainya) akan mengalami beberapa gejala khas mulai dari pusing, badan terasa lemas dan dingin, mual, muntah, diare, hingga kejang.
Keracunan pada dasarnya berarti masuknya suatu zat baik kimia maupun makanan ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, maupun kulit, yang mengganggu proses fisiologis tubuh sehingga kondisi tubuh tidak lagi dalam keadaan sehat.
Ada beberapa klasifikasi racun berdasarkan aksinya yakni:
Racun Korosif
Menyebabkan radang dan ulserasi jaringan, misalnya Asam Sulfat atau Asam Nitrat pekat, Ammonia.
Racun Iritan
Menyebabkan gejala sakit perut, mual, muntah, gatal, ruam dan sebagainya. Misalnya Racun Anorganik (arsen, timbal, merkuri, fosfor, klorin, dan sebagainya), Racun Organik (minyak jarak, racun ular, racun kalajengking, dan sebagainya), dan Racun Mekanik (bubuk kaca).
Racun Saraf
Menyebabkan sakit kepala, pusing, mengantuk, delirium (kebingungan), hingga stupor (koma) dan kejang. Misalnya alkohol dan zat-zat narkotika.
Racun Jantung, misalnya Digitalis dan rokok.
Gas dengan toksik minimal (Asphyxiants), misalnya Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, dan sebagainya.
Lain-lain, misalnya obat-obat penghilang rasa sakit (analgetik), penurun demam (antipiretik), penenang dan antidepresan.
Kemungkinan kita mengalami keracunan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun saat dalam perjalanan jauh. Umumnya keracunan yang kita alami (jika bukan karena tindak kesengajaan) disebabkan karena mengkonsumsi makanan (pangan) yang pengolahannya kurang bersih, hampir basi, kadaluarsa, maupun tercemar spora (jamur).Â
Selain makanan, keracunan yang biasanya ditemui dalam kehidupan sehari-hari bisa juga disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia rumah tangga, misalnya terhirup atau tertelan racun serangga, anak kecil yang meminum sebotol obat batuk karena rasanya yang enak, dan sebagainya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa di setiap tempat bahkan di rumah kita sendiri, tetap ada bahaya resiko keracunan jika pencegahan tidak dilakukan. Apalagi jika di rumah tersebut ada anak kecil. Tentunya segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan keracunan harus disimpan dengan baik dan benar supaya jauh dari jangkauan anak-anak.
Keracunan Makanan
Misalnya setelah makan ikan tongkol yang pengolahannya kurang baik (karena racun Skombrotoksin yang muncul ketika ikan sudah tidak segar), roti yang sudah berjamur, mengkonsumsi jamur liar atau makan daging yang kurang matang. Gejala umum yang biasa muncul akibat keracunan misalnya pusing, sakit perut, mual, muntah hingga diare.
Sebagai pertolongan pertama, korban keracunan bisa diberikan larutan Norit (arang aktif) dengan dosis 50-100 g (untuk orang dewasa) dan 1-2g/kg berat badan (untuk anak-anak). Jika gejala keracunan masih terus berlangsung, hendaknya dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Keracunan Akibat Tertelan Bahan Kimia
Bahan kimia yang tertelan bisa berupa racun serangga, obat-obatan dalam jumlah banyak, sabun cair, bahan pemutih, pewangi ruangan, minyak tanah, dan sebagainya. Bila keracunan yang terjadi akibat menelan bahan-bahan kimia, pertolongan pertama yang paling umum dilakukan adalah Dekontaminasi (metode pengenceran).
Tujuan Dekontaminasi ini adalah untuk mengurangi konsentrasi racun pada saluran cerna, supaya racun bisa dikeluarkan melalui urin. Dekontaminasi ini bisa dilakukan dengan minum air putih yang banyak atau susu, dan harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah bahaya.
Susu memang dikenal memiliki kelebihan dapat mengikat racun dan merangsang muntah sehingga zat beracun bisa ikut keluar. Namun tidak semua jenis keracunan bisa diberikan susu sebagai pertolongan pertama misalnya keracunan akibat kapur barus/Naftalen dan minyak tanah karena dapat meningkatkan penyerapan racun sehingga resiko keracunan pun meningkat.Â
Dan bila setelah minum susu tidak terjadi rangsangan untuk muntah, jangan dipaksa karena justru dapat mengakibatkan luka korosi pada saluran cerna maupun beresiko masuk ke paru-paru.
Setelah pemberian pertolongan pertama ini, segera bawa korban ke dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, misalnya bilas lambung dan pemberian antidotum (penawar racun). Dan jangan lupa menginformasikan kepada dokter kemasan zat yang diduga menyebabkan keracunan, untuk mempercepat penentuan antidotum yang tepat.
Pemberian susu yang dianjurkan untuk pertolongan pertama pada korban keracunan adalah, 1/4 - 1/2 cangkir untuk anak-anak dan 1-2 cangkir untuk orang dewasa, dan hanya diberikan jika korban dalam keadaan sadar dan tidak mengalami kesulitan menelan.
Keracunan Akibat Inhalasi Gas
Gas yang dimaksud disini bisa gas Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida (biasanya dari asap kendaraan bermotor), atau gas dari racun serangga atau pewangi ruangan. Gejala yang tampak biasanya sesak nafas hingga tak sadarkan diri. Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan menjauhkan korban dari sumber gas kemudian membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen murni. Oksigen murni ini bisa didapatkan di apotek.
Keracunan Akibat Paparan Zat Kimia pada Permukaan Kulit atau Membran Mukosa
Biasanya zat kimia yang dimaksud adalah zat yang bersifat korosif (misalnya asam sulfat pekat, cuka (asam asetat) pekat dan lainnya). Zat kimia korosif ini bisa menyebabkan kulit melepuh dan terbakar, meskipun sebenarnya zat semacam ini sangat jarang ditemukan di rumah tangga.
Namun bilapun terjadi, hal pertama yang bisa dilakukan adalah melepas pakaian yang terkontaminasi dan letakkan bagian tubuh yang terkena racun di bawah air mengalir yang banyak.Â
Contoh lain misalnya mata yang terkena minyak angin atau minyak gosok, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah menyiram mata dengan air yang mengalir hingga efek sakit yang dirasakan berkurang dan jangan sekalipun mengucek mata. Setelah itu bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Terkait kebiasaan orang-orang mengkonsumsi air kelapa muda untuk mengatasi keracunan sebenarnya tidak bisa dikatakan seratus persen benar. Pada dasarnya air kelapa muda (Cocos nucifera L.) merupakan cairan yang kaya elektrolit yang bisa menggantikan cairan tubuh. Jadi ketika seseorang yang keracunan mengalami muntah-muntah dan diare, dimana kondisi ini berpotensi menyebabkan tubuh dehidrasi (kekurangan cairan), air kelapa mampu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Lalu bagaimana cara pencegahan keracunan di rumah tangga? Apalagi jika di dalam rumah tersebut ada anak kecil yang notabene belum mengerti mana bahan-bahan yang berbahaya, mana yang tidak. Berikut beberapa cara pencegahan keracunan yang dapat dilakukan di rumah tangga:
Akibat Obat dan/atau Bahan Kimia
- Simpan semua obat dan bahan kimia dalam lemari terkunci, jauh dari jangkauan anak-anak dan jangan diletakkan di sembarang tempat meskipun hanya sebentar.
- Simpan obat dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan ditutup rapat. Jangan pindahkan ke dalam wadah lain tanpa diberi label, apalagi dipindahkan ke wadah bekas makanan/minuman.
- Jangan meletakkan obat dan bahan kimia dekat makanan/minuman.
- Jangan membujuk anak untuk minum obat dengan mengatakan bahwa obat tersebut cokelat/permen meskipun rasanya enak.
- Buang semua obat yang tidak digunakan dengan baik dan benar (misal melalui saluran pembuangan).
- Jangan mengkonsumsi obat tradisional bersamaan dengan obat kimia untuk menghindari interaksi.
- Cuci tangan dan muka dengan benar setelah menggunakan bahan kimia.
- Menggunakan bahan kimia (misal racun serangga) seperlunya.
- Untuk lebih jelasnya tentang cara penggunaan, penyimpanan dan pembuangan obat yang baik dan benar di rumah tangga, baca artikelnya disini.
Akibat Pangan yang Terkontaminasi
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani pangan, serta setelah menggunakan toilet.
- Tidak mengkonsumsi pangan yang warna, baud an rasanya berubah, termasuk yang kadaluarsa dan kemasannya rusak atau menggembung.
- Tidak meletakkan pangan matang di wadah yang sama dengan pangan mentah.
- Menyimpan pangan olahan beku, pangan yang cepat rusak dan yang tidak habis dimakan ke dalam kulkas.
- Membersihkan dan mencuci buah dan sayuran sebelum digunakan.
- Mengkonsumsi air yang dididihkan dan memasak pangan hingga matang.
- Membersihkan peralatan masak dan perlengkapan makan dengan baik serta menjaga dapur tetap bersih.
Semoga bermanfaat!
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H