Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sildenafil untuk Mengobati Hipertensi? Jangan Bingung!

14 September 2018   09:00 Diperbarui: 14 September 2018   11:26 2608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu Sildenafil kan? Oke, mungkin beberapa Kompasianer ada yang tidak tahu. Tapi kalau Viagra tahu dong? Ya, Viagra adalah obat paten yang terkenal digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi pada pria dengan zat aktif Sildenafil.

Jadi ketika salah satu rekan kerja saya (kebetulan seorang pria) bertanya, "Eh jadi kan gue kemarin ke dokter, dan kata dokternya hipertensi gue termasuk hipertensi paru. Pas gue pulang, gue baru sadar pas baca resepnya ada tulisan Sildenafil. Itu bukannya obat kuat yang Viagra itu yah? Perasaan gue gak punya gangguan ereksi deh?", nadanya bercampur setengah bingung, setengah tidak terima (karena dia beranggapan, dokternya mengira dia menderita disfungsi ereksi). 

Kemudian saya lihat foto resepnya dari smartphone-nya. "Oh.. iya bener. Sildenafil di resep lo emang buat hipertensi. Dokternya gak salah kok".

Sebagai informasi, per Juni 2006 BPOM RI telah menyetujui indikasi (fungsi) baru Sildenafil sebagai obat Hipertensi Paru (Pulmonary Arterial Hypertension/PAH), namun dengan dosis 20 mg per tablet. 

Berbeda dengan dosis untuk disfungsi ereksi yakni 50 mg & 100 mg per tablet. Meskipun begitu, Sildenafil 20 mg sebagai obat PAH sebenarnya juga telah disetujui di Amerika Serikat (US FDA) per tahun 2005.

Pulmonary Arterial Hypertension (Hipertensi Paru)

Apa sih Hipertensi Paru itu dan apakah sama seperti hipertensi yang biasa kita dengar? Secara konsep sebenarnya sama, yakni meningkatnya tekanan darah akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah (vasokonstriksi). 

Namun pada Hipertensi Paru, pembuluh darah yang tersumbat adalah arteri pulmonari (pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung banyak CO2 dari jantung ke paru-paru). Tersumbatnya pembuluh darah ini akan meningkatkan tekanan darah di paru-paru karena darah sulit mengalir dengan normal.

Kondisi ini juga akan memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru-paru (untuk pertukaran gas CO2 ke O2) sehingga dapat menyebabkan perlemahan otot jantung yang dapat berpotensi menyebabkan gagal jantung.

Ilustrasi: dictio.id
Ilustrasi: dictio.id
Ada empat sub-grup PAH berdasarkan penyebabnya (etiologi) yakni Idiopathic PAH (tidak diketahui penyebabnya secara pasti); Heritable PAH (genetik); Drug & Toxin-Induced PAH (obat-obatan yang memicu terjadinya PAH seperti Aminorex, turunan Fenilfuramin, Amfetamin dan turunannya, Kokain, Phenylpropanolamine/PPA, Interferon, dan sebagainya); dan Kondisi Lesi (cedera) Lokal pada arteriole pulmonary (pembuluh arteri kecil paru).

Gejala PAH

Penderita PAH biasanya tidak menyadari gejala di awal, namun dapat dicurigai jika muncul gejala seperti bernafas pendek-pendek terutama saat beraktivitas, nyeri dada, kelelahan, bengkak pada kaki/pergelangan kaki hingga pingsan. 

Akibatnya aktivitas fisik penderita menjadi terbatas. Jika gejala-gejala ini terus muncul, ada baiknya diperiksakan ke dokter untuk diagnosis lebih tepat misalnya dengan Echocardiogram, CT Scan, Electrocardiogram, X-ray dan Tes Latihan Fisik.

Mekanisme Sildenafil pada PAH

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya di atas, Sildenafil meskipun dikenal sebagai obat Disfungsi Ereksi, pada dosis lebih rendah (20 mg) memiliki fungsi yang berbeda.

Sildenafil termasuk dalam kelas terapi PDE-5 Inhibitors (Penghambat Phosphodiesterase-5/PDE-5). PDE-5 adalah senyawa yang diproduksi di paru-paru dan bagian tubuh lain yang bertugas untuk memecah senyawa Cyclic Guanosine Monophosphate (GMP). 

Padahal GMP ini dapat membuat pembuluh darah berelaksasi/memperlebar (vasodilatasi).

Jadi Sildenafil bekerja dengan menghambat efek PDE-5 sehingga GMP dapat bekerja dengan baik dalam pelebaran pembuluh darah, sehingga akan menurunkan tekanan darah paru dan aliran darah ke paru-paru semakin lancar, sehingga pertukaran CO2 menjadi O2 dalam darah juga menjadi lancar.

Dosis dan Efek Samping

Untuk pengobatan Hipertensi Paru, biasanya dosis yang digunakan adalah tiga kali sehari satu tablet Sildenafil 20 mg, namun kembali lagi sesuai pada petunjuk dokter. Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat pemakaian Sildenafil biasanya ringan misalnya, sakit kepala, mimisan, dispepsia (rasa tidak nyaman pada saluran cerna), insomnia dan lainnya.

 Jika Anda menggunakan Sildenafil dalam pengobatan paru, jangan malu untuk bertanya pada dokter atau apoteker tentang hal-hal yang perlu diketahui seperti cara penggunaan, interaksi obat (makanan/minuman/obat) yang tidak boleh digunakan secara bersamaan, cara penyimpanan dan sebagainya. Jadi, jangan bingung lagi seperti rekan saya tadi ya!

Referensi:

webmd; emedicine; phassociation; NCBI1; NCBI2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun