Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mitos dan Fakta Kopi Mencegah Kejang Demam pada Anak

10 September 2018   09:00 Diperbarui: 10 September 2018   15:07 5238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thecoffeetable.grandeguerremeuse.org

Sudah sejak lama kopi menjadi minuman favorit banyak orang. Gaya hidup minum kopi di kafe bersama keluarga, teman atau kolega alias ngopi-ngopi cantik kini sudah menjamur dimana-mana, didukung dengan kafe-kafe kopi yang didesain apik sehingga membuat pengunjungnya betah nongkrong lama-lama.

Mengkonsumsi kopi biasanya bertujuan untuk mencegah kantuk. Kaum pekerja hingga mahasiswa biasanya paling sering mengkonsumsi kopi ketika mereka sedang dikejar deadline pekerjaan atau tugas. Tapi nyatanya, kopi bukan hanya ditujukan untuk mencegah rasa kantuk dan mempertahankan fokus dan kewasapadaan, tapi juga bisa mencegah kejang demam pada balita. Benarkah?

Entah dari mana awalnya dan dasar medisnya bahwa pemberian kopi kepada balita dipercaya bisa membantu mencegah step atau kejang demam. Kompasianer pasti ada yang pernah mendengar tentang ini atau bahkan melihat sendiri saat ada orangtua yang meminumkan kopi pada anaknya yang masih balita. Hal ini nyatanya juga terjadi pada keluarga saya. 

Salah seorang paman saya yang peminum berat kopi, terkadang suka memberikan sedikit kopinya kepada anaknya yang masih balita. Herannya sepupu kecil saya itu malah suka! Waduh.

Minum kopi yang saya maksud disini bukannya secangkir kopi atau sebotol susu yang diganti dengan kopi loh, melainkan hanya satu atau dua sendok kopi dan itu pun sesekali. Jujur saja, dulu saya sempat percaya. Tapi setelah saya pikir-pikir, agak aneh juga sih.

Pada salah satu penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah ibu di daerah Bandung untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan kebiasaan sekelompok ibu tersebut saat menghadapi situasi kejang demam pada anaknya, ada sekitar 70 persen responden yang percaya bahwa memberikan sejumlah kecil kopi dapat mencegah terjadinya kejang demam pada anak. Dan metode ini umumnya mereka peroleh secara turun-temurun dari orangtua mereka.

Kejang Demam (Febrile Seizure)

Kejang demam pada balita biasanya terjadi ketika demam tinggi dengan suhu tubuh di atas 38.5C dan umumnya kejang demam ini terjadi akibat infeksi telinga atau akibat adanya infeksi bakteri atau virus. 

Beberapa gejala yang mungkin muncul misalnya lengan dan kaki yang tersentak, kaku, mata berputar, hingga kehilangan kesadaran dan tidak merespon suara atau sentuhan.

Ada dua kategori kejang demam yakni:

Kejang Sederhana (Simple Seizure), ditandai dengan durasi kejang kurang dari 15 menit dan biasanya tidak kambuh dalam 24 jam berikutnya sehingga biasanya tidak berpotensi menyebabkan kerusakan sel otak.

Kejang Komplex (Complex Seizure), ditandai dengan durasi kejang yang cukup lama (lebih dari 15 menit), kejang berulang pada demam yang sama selama 24 jam berikutnya, sehingga berpotensi menyebabkan adanya kerusakan sel saraf.       

Efek Kopi pada Orang Dewasa dan Anak

Seperti yang telah kita ketahui, kandungan terbesar senyawa yang ada pada kopi adalah kafein. Jangan membayangkan kafein hanya ada pada minuman-minuman tertentu seperti kopi atau teh. 

Sebagai informasi, kafein adalah senyawa kimia dengan kelas terapi stimulan yang berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Pada dosis tertentu, kafein digunakan untuk mengatasi kantuk, kelelahan, gagal nafas termasuk henti nafas pada bayi baru lahir (neonatal apnea). 

Efek samping yang biasanya muncul akibat mengkonsumsi kopi (terutama bagi yang tidak biasa) misalnya, percepatan denyut jantung (takikardi), insomnia, peningkatan rasa cemas, sering buang air kecil (diuresis), tremor, mula-muntah hingga diare.

Jadi logikanya begini, jika pada orang dewasa yang tidak terbiasa minum kopi saja bisa mengalami efek samping seperti di atas, apalagi pada balita yang notabene saluran cerna dan organ-organ dalam tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna, meskipun kopi yang diberikan hanya sekitar satu atau dua sendok. 

Pemberian kopi pada balita justru meningkatkan resiko aritmia (ketidakteraturan denyut jantung). Selain itu, kafein dosis rendah juga berpotensi menyebabkan anak gelisah, sulit tidur, sakit perut, dehidrasi (karena sering buang air kecil), hingga diare.

Sedapat mungkin saya berusaha untuk mencari referensi terkait hubungan antara kopi dengan kemampuannya mencegah kejang demampada anak, namun nyatanya hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang bisa menguatkan hipotesis ini. Oleh sebab itu pemberian kopi (meskipun dalam jumlah yang kecil) pada balita tidak direkomendasikan. 

Begitu juga dengan pemberian obat antiepilepsi (anti kejang) maupun antipiretik (penurun demam) secara berkelanjutan untuk mencegah timbulnya kejang demam.

Lalu bagaimana cara mencegah supaya kejang demam tidak terjadi? Kalau yang dimaksud adalah pencegahan untuk jangka panjang memang tidak ada. Tapi bila anak demam, usahakan supaya suhu tubuhnya tidak semakin tinggi misalnya dengan memberikan obat penurun panas dan mengompres, serta yang paling penting jangan panik. Namun bila suhunya tidak juga turun, sebaiknya dibawa ke dokter untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat.

Referensi:

Satu; Dua; Tiga; Empat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun