"Eh, gue disuruh temen gue minum suplemen ini buat mempercepat pembentukkan otot. Katanya dalam 2 minggu, massa otot gue bisa terbentuk sambil latihan fitness. Coba liat deh, produk ini oke atau nggak?" tanya salah seorang teman laki-laki saya sambil menunjukkan sebotol produk suplemen yang mereknya saya lupa.Â
Setelah saya tanya produk itu didapat darimana, jawabannya beli secara online. Jawaban saya waktu itu hanyalah, "Yakin suplemen macam gini aman? Siapa tahu isinya steroid makanya hasilnya cepat terlihat?"
Mengapa saya bertanya seperti itu? Karena produk tersebut dibeli secara online dan saya tidak melihat Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan POM pada kemasannya, sehingga saya tidak yakin apakah komposisinya benar-benar seperti yang tertulis di kemasannya. Ada banyak suplemen olahraga yang dijual ternyata mengandung steroid supaya efeknya lebih cepat terlihat.
Jadi ceritanya, temannya teman saya ini sudah pernah mengkonsumsi suplemen tersebut dan hasilnya memang kelihatan, sehingga teman saya ini jadi tergoda. Alasannya apalagi kalau bukan untuk membuat fisik tubuhnya tampak lebih menarik? Kalau bagi wanita bentuk tubuh yang ideal adalah langsing berlekuk bak gitar Spanyol, bagi pria justru tubuh yang ideal adalah berotot mulai dari bagian lengan, bahu, dada hingga perut yang mirip "roti sobek". Aih! Menurut saya pribadi pria yang tubuhnya terbentuk oke juga sih, tapi kalau sampai lebay seperti binaragawan, ya serem juga!
Untuk memperoleh bentuk tubuh berotot seperti itu, biasanya para pria akan melakukan olahraga atau latihan rutin hingga ekstrim di gerai-gerai fitnes atau dikenal juga dengan istilah bodybuilding.Â
Jenis latihannya pun berbeda, tergantung bagian tubuh mana yang ditargetkan supaya ototnya terbentuk. Masalahnya, untuk membentuk massa otot ini diperlukan waktu yang cukup lama dengan latihan yang rutin plus menerapkan pola makan tertentu.Â
Setiap orang memiliki respon tubuh yang berbeda terhadap durasi dan level latihannya. Ada yang hanya sebulan langsung terlihat perubahannya, ada juga yang harus berbulan-bulan.Â
Tak jarang mereka juga mengkonsumsi suplemen untuk membantu pembentukkan massa otot tersebut. Sebenarnya jika suplemen yang dikonsumsi hanya sebatas asam amino (protein) tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka tidak sabaran untuk melihat hasilnya sehingga memilih jalan instan dengan meminum suplemen yang mengandung steroid.
Suplemen olahraga (sport supplement) yang mengandung steroid atau dikenal juga dengan Anabolic-Androgenic Steroids (AAS), sebenarnya merupakan isu lama. Dan meski penggunaannya sudah dilarang untuk tujuan peningkatan massa otot, tetap saja suplemen jenis ini masih banyak dijual secara ilegal di luar sana.
Oleh sebab itu, masyarakat sudah sepatutnya aware dengan produk-produk semacam ini karena ada banyak resiko kesehatan dibalik penggunaannya.
Suplemen Olahraga yang mengandung AAS
Sebenarnya apa sih AAS itu? AAS adalah bentuk turunan sintetik hormon primer pria yakni Testosteron. Selama masa pubertas, hormon Testosteron akan memberikan efek pada pria berupa meningkatnya pertumbuhan rambut pada tubuh, tinggi badan dan massa otot, perubahan suara dan tentunya dorongan seksual. Jadi suplemen yang mengandung AAS ini akan memberikan efek instan untuk proses pembentukkan massa otot.
Ada beberapa kategori AAS yang digunakan, tergantung tujuan penggunaannya seperti Bulking Steroids untuk membangun massa otot; Performance Steroids untuk kekuatan dan daya tahan dan Cutting Steroids untuk pembakaran lemak. Selain itu penggunaannya juga ada yang bertujuan untuk meningkatkan metabolisme tubuh.
Cara penggunaan AAS ini ada yang melalui oral (ditelan), implan di bawah lapisan kulit, injeksi atau suntik, maupun berbentuk krim atau gel yang dioleskan pada kulit. AAS disirkulasikan melalui pembuluh darah ke jaringan otot untuk berikatan dengan reseptor Androgen.
Beberapa contoh senyawa AAS yang sering disalahgunakan (steroid abuse) misalnya Methandienone (Dianabol), Oxandrolone (Anavar), Oxymetholone (Anadrol), Nandrolone Phenpropioneate (Durabolin), Testosterone Propionate (Testex) hingga Steroid Human Growth Hormone / SHGH seperti Somatropine.
Penggunaan AAS ini tentunya legal jika disertai resep dokter. Tapi ketika senyawa-senyawa ini menjadi 'senyawa penyusup' pada suatu produk dan tidak dilaporkan pada lembaga yang berwenang, tentunya menjadi produk ilegal yang bisa membahayakan penggunanya.
Resiko Kesehatan
Lalu apa saja resikonya bagi kesehatan jika menggunakan AAS secara sembarangan? Berdasarkan Public Warning yang dikeluarkan oleh US FDA, produk AAS yang digunakan untuk tujuan bodybuilding dapat menimbulkan kerusakan hati yang sangat serius hingga beresiko kematian.Â
Ada banyak laporan kasus kerusakan hati akibat penggunaan produk yang mengandung AAS secara tidak bertanggung jawab. Selain kerusakan hati, efek buruk lain yang ditimbulkan mulai dari jerawat berlebihan, kerontokan rambut, perubahan mood, peningkatan agresivitas dan depresi, hingga yang mengancam nyawa seperti  kerusakan ginjal, serangan jantung, stroke, emboli paru (pembekuan darah pada paru-paru) hingga trombosis (pembekuan darah) pada pembuluh darah kapiler.
Suplemen Olahraga yang diizinkan
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, penggunaan suplemen untuk membantu pembentukkan massa otot tidak dilarang sepanjang sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan mengandung bahan-bahan yang dizinkan (umumnya yang mengandung asam amino atau protein).
Beberapa komposisi yang disetujui penggunaannya sebagai suplemen olahraga misalnya Whey Protein sebagai sumber protein tinggi, Branch Chain Amino Acids (BCAA) untuk meningkatkan sintesis protein dan menghambat pemecahan protein, Creatine untuk meningkatkan energi otot dan Omega-3 Minyak Ikan yang mendukung sirkulasi darah untuk bisa menghantarkan nutrisi berupa protein dan karbohidrat mencapai jaringan otot.
Dan seperti saran-saran yang sering saya sebutkan dalam artikel saya lainnya, selain memperhatikan komposisi, jangan lupa untuk selalu memastikan Nomor Izin Edar produk dan tanggal kadaluarsa. Pun jika produk  (suplemen olahraga) yang akan dikonsumsi dibeli di luar negeri untuk konsumsi pribadi, pastikan produk tersebut berasal dari industri yang memiliki reputasi yang baik.
Referensi:
US FDA; NCCIH; drugs.com; medicalnewstoday.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H