Berkali-kali saya pernah memperoleh wejangan dari para tetua, bahwa pernikahan tidak harus bermegah-megah. Yang penting seluruh unsur adat yang diwajibkan ada dan bisa dilaksanakan, maka pesta adat tersebut sah.
Tapi fakta bahwa ada biaya yang begitu besar yang harus dikeluarkan dibalik pelaksanaan adat tersebut, membuat para kaum milenial menjadi antipati. Hidup di perantauan saja sudah susah, apalagi menyiapkan biaya untuk pesta adat. Dan kalau kedua calon mempelai memilih untuk mengadakan pesta resepsi biasa, tidak sedikit mulut orang di luar sana yang bergunjing.
Pun jika mereka memutuskan pesta adat yang minimalis, tetap saja ada yang nyinyir. Mengapa? Karena semuanya berkaitan dengan gengsi.
Saya jadi ingat salah satu tulisan di Kompasiana yang menyatakan bahwa "yang mahal itu bukan pernikahannya, tapi gengsinya". Ada benarnya juga. Dan fenomena inilah yang saya lihat di pesta pernikahan adat Batak. Rasa gengsi ini ada di setiap aspek persiapan pesta adat sehingga tampaknya begitu sulit untuk diabaikan apalagi dihilangkan, misalnya:
Sewa Gedung dan Katering
Dua hal ini boleh dibilang yang paling banyak menyedot anggaran. Rata-rata gedung adat batak di Jakarta berkapasitas seribu orang dan untuk biaya sewa selama satu hari (pagi hingga sore, karena acara adat berlangsung seharian) berkisar 30 -- 80 juta rupiah.
Gedung-gedung tertentu juga sudah dikenal di kalangan orang Batak sebagai gedung mewah. Contoh, kalau pesta diadakan di gedung sekelas Mulia Raja atau Balai Samudera, pastilah yang punya Ulaon (acara) orang terpandang dan semua tamu akan terkesan.
Kasarnya, kalau makanan kurang, maka pesta tersebut bisa jadi gunjingan tujuh pomparan (alias tujuh turunan)! Serem kan? Saya yakin sekali tidak ada keluarga yang tidak memperhitungkan jumlah tamu dan katering yang dipesan. Semua pasti ingin tamunya merasa puas dan mendapat makan.
Tapi menurut saya pribadi, kekurangan ini tak lepas dari banyaknya tamu yang mengambil makanan begitu banyak di piringnya, tapi karena tidak sesuai selera lidah, makanan tersebut dibiarkan begitu saja di meja pojokan. Sayang kan? Hayo, siapa yang suka seperti itu?
Baju Pengantin dan Tata Rias