Loket Ferry menuju Pulau Nami (Dokpri)
Satu hal yang unik dalam cara mempromosikan pariwisata Pulau Nami adalah konsep namanya. Begitu sampai di pintu masuk dermaga penyeberangan
ferry, kita akan melihat tulisan "
Welcome to Naminara Republic" di sekitar loket penjualan tiket
ferry. Kemudian ada bagian "imigrasi"-nya juga. Awalnya saya agak bingung dengan sebutan itu karena setahu saya Pulau Nami bukan suatu negara yang berdiri sendiri melainkan termasuk dalam wilayah negara Korea Selatan. Tapi akhirnya saya tahu bahwa konsep nama tersebut memang digunakan hanya untuk kepentingan pariwisata. Buat seru-seruan saja rupanya. Hahaha ....
Kapal ferry yang akan mengangkut penumpang (Dokpri)
Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa kita gunakan untuk menyeberang ke Pulau Nami yaitu dengan menggunakan
ferry,
speed boat, atau
Zip Wire/
Zipline (dengan menggunakan kabel dari menara) yang pastinya memberikan pengalaman unik bagi pengunjung. Berhubung saya perginya bersama rombongan, maka
ferry adalah transportasi yang paling cocok.
Pulau berbentuk setengah bulan yang memiliki luas sekitar 553.000 meter persegi ini terbentuk setelah pembangunan Bendungan Cheongpyeong pada tahun 1940-an. Nama "Nami" diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Jenderal Nami yang dituduh sebagai pengkhianat negara pada masa pemerintahan raja ketujuh Dinasti Joseon, yakni Raja Sejo. Setelah dibunuh, mayatnya dibuang ke pulau terpencil.Â
Namun pada masa pemerintahan Raja Yejong, namanya kembali dipulihkan sebagai pahlawan bangsa dan pulau tempat pembuangan mayat jenderal tersebut diberi nama Pulau Nami. Sebuah makam untuk menghormati Jenderal Nami pun dibangun di pulau ini, meski lokasi persis mayatnya tidak pernah ditemukan. Di kalangan masyarakat setempat dipercaya bahwa jika kita membawa pulang batu dari makam tersebut, akan membawa keberuntungan dalam membuka usaha. Entah benar atau tidak.
Makam Jenderal Nami (Dokpri)
Daya tarik Pulau Nami ini sendiri sebenarnya lebih ke wisata alamnya terutama pepohonan yang ditanam berbaris (
tree line road) membentuk jalur jalan kaki yang sangat cantik untuk dijadikan sebagai latar berfoto. Jenis pohon yang ditanam sendiri bermacam-macam, mulai dari Pohon Pinus Korea, Pohon Kastanye, Pohon Ginkgo, Pohon Poplar, dan lainnya.Â
Selama musim panas, Pulau Nami akan terlihat sangat hijau karena suburnya tanaman yang tumbuh di sana. Pengunjung bisa menikmati sejuknya udara sambil berjalan kaki, bersepeda maupun hanya sekadar duduk-duduk. Karena lokasinya juga tidak terlalu jauh dari Seoul (apalagi jalanan di Korea jarang macet seperti di Jakarta), maka setiap akhir pekan banyak pengunjung (baik rombongan keluarga, murid sekolah, maupun yang lagi pacaran) yang piknik ke Pulau Nami.
Selain menikmati hijaunya pepohonan, pengunjung juga bisa berfoto karena ada banyak
spot yang
instagramable selain
tree line road. Satu spot yang paling banyak dicari adalah patung aktor dan aktris
Winter Sonata yaitu Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo. Ibarat kata, belum sah ke Pulau Nami kalau belum foto dengan patung
Winter Sonata tersebut. Usai jalan-jalan, jangan lupa mampir di 'warung' bakpao di sekitar jalur masuk utama pulau. Bakpao rasa kacang merahnya super enak dan murah, tapi sayang kurang besar! Hehehe..
Patung boneka salju di jalan masuk utama (Dokpri)
Sebenarnya ada dua tempat wisata lain yang letaknya berdekatan dengan Pulau Nami yaitu
The Garden of Morning Calm dan
Mount Seorak. Tapi lagi-lagi karena waktu terbatas dan ikut dengan "rombongan tengkulak", saya harus puas dengan kedua tempat tersebut. Jadi dalam kunjungan saya berikutnya di musim gugur (yang entah kapan), saya akan kembali lagi ke Pulau Nami dan tempat-tempat lain yang belum saya kunjungi.
Annyeong!Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya